-
   
  Nomor 3  
Juli - Desember 2006
 
 
 
ARTIKEL ASLI
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
 
PAST ISSUE

M3 Nomor 2

   
  EFEK PEMBERIAN LIGNIN, CELLULOSA & AMORPHOPHALLUS ONCOPHYLLUS TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK KOLON TIKUS WISTAR (Penelitian eksperimental laboratorik pada tikus Wistar yang diinduksi 1,2 DMH subkutan, diet tinggi lemak dan protein)
-

 

Gambar 2. Kelenjar epitel yang mengalami displasia ringan (400X)

PEMBAHASAN

Sepanjang tahun 2004, oleh The American Cancer Society menemukan 106.370 kasus baru kanker kolon (50.400 pria dan 55.970 wanita) dan sekitar 56.730 kematian akibat kanker kolon (28.320 pria dan 28.410 wanita). Di Indonesia, kanker kolon termasuk lima besar kelompok kanker penyebab kematian tertinggi selain kanker leher rahim, kanker paru, kanker nasofaring dan kanker kulit. 1,2 DMH subkutan dapat diandalkan untuk menginduksi kanker kolon pada tikur Wistar. Druckrey yang dikutip dari Arcos Joseph menyatakan bahwa induksi karsiogenesis dengan 1,2 DMH mempunyai target jaringan utama pada intestinum, khususnya kolon dan rektum, sedangkan pada pemberian subkutan 1,2 DMH mampu menginduksi kanker kolon dan juga kanker hati, walau hanya dengan dosis yang rendah. Induksi kanker dengan 1,2 DMH pada intestinum tikus ini dapat dipacu oleh diet tinggi lemak dan tinggi protein. Bahkan menurut Reddy et al., diet tinggi lemak sebesar 24% dan protein sebesar 40% mampu mempengaruhi induksi karsinogenesis kolon dengan injeksi 1,2 DMH subkutan. 7-9,10,11
Richards menemukan bahwa aksi 1,2 DMH melalui dua tahap, yakni tahap inisiasi yang merangsang suatu kelompok sel sensitif DMH untuk membelah, dan tahap promosi dimana populasi sel yang bertambah besar akan mengalami perubahan menuju keganasan. Pada tahap inisiasi, terjadi metilasi asam nukleat kolon oleh 1,2 DMH dan metabolitnya, dimana yang paling relevan adalah metilasi yang berlangsung pada posisi N7 dan O6 dari guanin. Menurut The Cancer Journal setelah pemberian berulang 1,2 DMH pada tikus, akan terjadi kegagalan maturasi sel induk kripte kolon yang menyebabkan peningkatan jumlah sel dan penumpukan sel pada bagian atas kripte. Pemberian 1,2 DMH juga menurunkan apoptosis sel epitel kolon.6,9,12 Reddy et.al membuktikan bahwa kelompok tikus yang menerima diet tinggi protein dan lemak bersama induksi 1,2 DMH mengalami insiden tumor kolon yang lebih tinggi daripada kelompok tikus yang diberi induksi 1,2 DMH dan diet normal protein dan lemak. Pemajanan karsinogen oleh 1,2 DMH subkutan memberikan gambaran berupa displasia ringan. Displasia sendiri merupakan kondisi premaligna yang ditandai dengan peningkatan pertumbuhan sel yang atipik dengan kelainan diferensiasi, kadang disebut hiperplasia atipik. Bentuk permulaan displasia masih reversibel, sedang bentuk akhirnya yaitu displasia berat akan ireversibel bila berkembang menjadi neoplasma ganas. Epitel mukosa kolon Wistar yang mengalami displasia ringan ini terutama tampak dari gambaran inti yang hiperkromatik akibat bertambahnya DNA inti. Hiperplasia adalah pembesaran kelenjar suatu jaringan atau organ yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah sel. Hiperplasia yang patologik terjadi akibat rangsang patologik tertentu dalam jangka waktu yang lama.3,7
Selain hiperplasia, gambaran lain yang dapat ditemukan pada proses karsinogenesis kolon adalah crypte aberrant. Secara harafiah, crypte aberrant berarti gambaran/bentuk yang menyimpang dari keadaan normal pada tabung/kripte. Crypte aberrant ini biasanya ditemukan pada penelitian eksperimental dengan menggunakan hewan coba yang diinduksi karsinogen kolon, kemudian diidentifikasi dengan pengecatan Methylen Blue atau Hemaktosilin Eosin pada seluruh lapangan pandangnya. Adapun struktur yang sama dapat ditemukan pada manusia. Secara mikroskopis, kripte sel-sel epitel pada mukosa kolon mengalami pembesaran dan hiperplasia, bahkan tidak jarang memberikan gambaran fokus displasia. Crypte aberrant ini dapat muncul pada tahap awal identifikasi perubahan kolon menuju keganasan, baik 'adenoma' ataupun 'mikroadenoma' sebagai bentuk alternatifnya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila dewasa ini, crypte aberrant dipakai sebagai prekursor kanker kolon, terutama setelah terjadi pembesaran ukuran sel dengan atau tanpa fokus displasia.12-16
Lignin mampu menghambat proses karsinogenesis kolon melalui; 1) peranannya sebagai substrat energi mukosa kolon, sehingga dapat menjalankan fungsinya secara optimal; 2) kemampuan menurunkan kadar kolesterol serta meningkatkan absorpsi asam empedu untuk dikeluarkan melalui feses.8,10,12
Perbedaan bermakna antara kelompok yang mendapat A. oncophyllus dengan yang tidak mendapat, pada induksi karsinogenesis dengan 1,2 DMH subkutan, diet tinggi lemak dan protein menunjukkan bahwa A. oncophyllus mampu menghambat proses karsinogenesis. Penghambatan karsinogenesitas itu terjadi akibat kandungan lignin sebagai antioksidan poten yang mampu menstimulasi apoptosis sel, glukomannan sebagai serat alami yang memiliki viskositas tinggi, dan cellulosa akan diubah menjadi butirat. Lignin dapat berperan sebagai substrat energi mukosa kolon, sehingga dapat menjalankan fungsinya secara optimal, menurunkan kadar kolesterol serta meningkatkan absorpsi asam empedu untuk dikeluarkan melalui feses. Kemampuan lignin sebagai zat anti tumor semakin efektif karena kemampuannya untuk mencegah terbentuknya radikal bebas serta menstimulasi apoptosis sel.11,13 Mekanisme penghambatan karsinogenesis oleh glukomannan lewat; 1) penurunan kadar kolesterol, dan 2) kemampuan mengikat asam empedu untuk dikeluarkan bersama feses. Glukomannan merupakan serat dengan viskositas tertinggi yang dapat menyerap air sehingga dapat membentuk gel berviskositas tinggi. Gel inilah yang akan memperpendek transit intestinal, sehingga peluang bagi bakteri untuk bereaksi dengan kandungan feses menjadi berkurang. Jadi kontak karsinogen dengan mukosa usus dapat terhambat.8,11,12

 

Next Page >>

<<Previous Page

 

 
     
www.m3undip.org
 

Berdiri tahun 2005, dipulikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang