Safira , Citra (2019) Pemaknaan Khalayak tehadap Resistensi Maskulinitas Boyband Korea dalam Reality Show “Wanna One Go in Jeju”. Masters thesis, Master Program in Communication Science.
| PDF - Published Version 96Kb | |
| PDF - Published Version 407Kb | |
| PDF - Published Version 306Kb | |
| PDF - Published Version 840Kb | |
| PDF - Published Version 236Kb | |
| PDF - Published Version 206Kb |
Abstract
Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara patriarki di dunia. Sejak zaman dinasti sebelum masehi, bentuk maskulinitas laki-laki seperti otoritas patriarki, laki-laki yang berpendidikan tinggi (seonbi), dan laki-laki yang memiliki kekuatan fisik (militer). Bentuk maskulinitas tersebut juga berkembang menjadi ideologi maskulinitas yang dibenarkan oleh sebagaian besar negara di dunia. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, Korea Selatan menjadi negara yang terkenal dengan gelombang budaya populernya yaitu Korean Wave. Kunci kesuksesan Korean Wave terletak pada hibridisasi budaya, yang disebut mugukjeok (non-nationality). Maskulinitas laki-laki Korea pun turut digabungkan dengan unsur-unsur feminitas, dan dikenal dengan istilah hyrbid masculinity. Hybrid masculinity melahirkan Laki-laki yang memiliki wajah cantik (kkonminam), bertingkah laku imut (aegyo), banyak melakukan sentuhan (skinship), dan melakukan perawatan wajah. Seperti boyband Korea Wanna One yang dipilih oleh Innisfree sebagai brand ambassador sekaligus bintang iklan Innisfree varian green tea seed serum. Selain karena motif ekonomi, pemilihan Wanna One sebagai bintang iklan dinilai sebagai ikon kkonminam dan mampu menyebarkan bentuk maskulinitas baru melalui tayangan Wanna One Go in Jeju. Bentuk maskulinitas baru ini dinilai sebagai perlawanan hegemoni maskulinitas karena adanya unsur-unsur keperempuanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis resepsi Stuart Hall dan teori Gender Performativity. Sebanyak enam informan dipilih berdasarkan kriteria yakni laki-laki yang menyukai Kpop. Hasil penelitian menunjukkan tayangan Wanna One Go in Jeju memiliki preferred reading adanya resistensi hegemoni maskulinitas dalam bentuk hybrid masculinity. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah secara garis besar, keenam informan ini berada pada posisi dominant reading, di mana mereka memaknai hal yang sama dengan preferred reading. Meskipun terdapat satu kategori di mana keenam informan berada pada posisi negotiated reading, yakni pada kategori melakukan skincare routine. Hal tersebut menunjukkan bahwa khalayak masih terhegemoni dengan ideologi maskulinitas dan menganggap maskulinitas baru sebagai bentuk perlawanan.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > H Social Sciences (General) |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Communication Science |
ID Code: | 76627 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 24 Sep 2019 16:14 |
Last Modified: | 25 Sep 2019 12:51 |
Repository Staff Only: item control page