LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMARANG AUTISM CENTER

Saffana, Khansa and Erni Setyowati, Erni Setyowati and Woro Murtini, Titien (2018) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMARANG AUTISM CENTER. Undergraduate thesis, undip.

[img]
Preview
PDF
1088Kb
[img]
Preview
PDF
488Kb
[img]
Preview
PDF
197Kb
[img]
Preview
PDF
263Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

1236Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

520Kb
[img]
Preview
PDF
154Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

1179Kb
[img]
Preview
PDF
294Kb

Abstract

Autisme dapat mengenai siapa saja tidak tergantung pada etnik, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi. Autisme bukanlah masalah baru, dari berbagai bukti yang ada, diketahui kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad yang lampau. Hanya saja istilahnya relatif masih baru. Diperkirakan kira-kira sampai 15 tahun yang lalu, autisme merupakan suatu gangguan yang masih jarang ditemukan, diperkirakan hanya 2-4 penyandang autisme. Tetapi sekarang terjadi peningkatan jumlah penyandang autisme sampai lebih kurang 15-20 per 10.000 anak. Jika angka kelahiran pertahun di Indonesia 4,6 juta anak, maka jumlah penyandang autisme pertahun akan bertambah dengan 0,15% yaitu 6900 anak. (Sugiarmin, 2015) Di Indonesia, autisme masih dianggap sesuatu yang ‘gelap’. Tidak adanya pencerdasan yang tepat tentang autisme, memicu terbentuknya pola pikir bahwa memiliki anak penderita autis adalah sesuatu yang tabu, padahal mereka juga seorang anak yang berhak untuk mendapatkan pendidikan serta treatment yang tepat. Bahkan, kebanyakan anak penderita autis memiliki tingkat intelegensi yang normal, sehingga mereka sebenarnya mampu didik. Jumlah anak penderita autis di Indonesia, khususnya di Kota Semarang yang mengalami peningkatan setiap tahunnya tidak diseimbangi dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung mereka untuk tetap dapat mengenyam bangku pendidikan yang baik dan menerima terapi yang dapat mendukung tumbuh kembang mereka. Bahkan keberadaan tempat rehabilitasi dan sekolah khusus untuk anak autis di Kota Semarang masih dapat dihitung dengan jari, dan kebanyakan sekolah serta pusat terapi di Semarang adalah sebuah rumah yang dialihfungsikan, sehingga desain yang ada tidak menyesuaikan perilaku anak autis itu sendiri. Hingga saat ini, tercatata ada 11 fasilitas untuk anak penyandang autis dengan rata-rata kapasitas fasilitas adalah 50 anak, sementara jumlah anak autis di Semarang hingga tahun 2017 mencapai 1210 anak. Proses awal perancangan dimulai dengan mempelajari lebih dalam tentang apa itu autisme dan persyaratan ruang yang tepat bagi mereka, serta studi banding bangunan sejenis yang ada di Indonesia maupun di luar. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Semarang, serta peraturan daerah setempat yang mendukungnya. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual. Untuk penekanan desain sendiri dipilih penerapan Guidelien Design Aspect for Autism. Pemilihan tapak didasarkan pada kriteria-kriteria syarat tapak yang diperoleh

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Naval Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Naval Architecture Engineering
ID Code:66228
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:05 Nov 2018 14:01
Last Modified:05 Nov 2018 14:01

Repository Staff Only: item control page