PENAMAAN WILAYAH KECAMATAN DI KOTA DEPOK: TINJAUAN SISTEM TANDA ADMINISTRATIF BERDASARKAN SEMIOTIKA TEKS DAN RUANG

Abstract

Wilayah dalam konteks administratif dituntut untuk menjadi unit-unit yang dapat menjalankan fungsi-fungsi distribusi pemerintahan. Maka pembagian wilayah hakikatnya adalah upaya untuk memisahkan dan menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah lain dalam ekosistem manusia yang satu-kesatuan. Pembagian wilayah sebagai proses penciptaan ruang dalam kebudayaan terjadi melalui proses identifikasi seperti pembedaan, pemilahan, dan klasifikasi. Depok yang bersejarah panjang, telah dihuni, diperlakukan, dan dipersepsikan oleh beragam cara serta kebudayaan. Semua itu terepresentasi dalam sistem penamaan. Saat ini, sebagai kotamadya Depok terbagi menjadi 11 wilayah kecamatan dengan penamaan yang variatif. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana sistem penamaan kecamatan di kota Depok, memahami pola yang tercipta dan menguraikan kaitannya dengan pembentukan persespsi kultural masyarakat mengenai ruang. Metodologi semiotika teks dan ruang digunakan sebagai langkah untuk mendeskripsikan bagaimana tipologi, struktur, dan makna tanda dalam penamaan wilayah di kota Depok. Hal ini dilakukan agar kemudian dapat dilihat sejauh mana kombinasi tanda-tanda di dalam penamaan itu merepresentasikan sikap dan kepercayaan masyarakatnya. Berdasarkan hal itu, ditemukan bahwa penamaan kecamatan di kota Depok umumnya bermula dari upaya anggota budaya dalam menandai teritorinya. Penamaan diberikan berdasarkan ciri-ciri sensori, seperti penampang geografis, entitas tumbuhan, atau situs-situs artifisial yang dapat diindrai. Sementara tingkat pemaknaan terhadap nama, umumnya bergerak dari denotatif ke arah konotatif.