-
   
  Nomor 2  
Januari - Juni 2006
 
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
Puisi Media Medika Muda
Selamat Dies Natalis FK Undip ke-44
 
Kalender Kegiatan
Seminar Anakku Tidak Bisa Mendengar
Seminar Malpraktik IDI Jateng
Pengelolaan Gangguan Neurologis
ARTIKEL TERKINI
 
-
  HUBUNGAN ANTARA KONJUNGTIVITIS VERNALIS DENGAN RIWAYAT PENYAKIT ATOPIK  
-
 

PENDAHULUAN

Dewasa ini, salah satu peradangan mata yang merupakan masalah penyakit mata sehari-hari adalah radang konjungtiva (konjungtivitis). Konjungtivitis vernalis adalah salah satu bentuk dari konjungtivitis yang disebabkan oleh faktor alergi, disamping juga dipengaruhi oleh faktor, yakni; iklim, usia, dan jenis kelamin. Insidensi konjungtivitis vernalis relatif kecil, sekitar 0,5% dari penderita penyakit mata yang berobat ke RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak sampai dewasa muda, yaitu sekitar umur 4 sampai 20 tahun, dengan frekuensi anak laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Hasil penelitian Musbadiany (1993) di poliklinik mata RSUD Dr. Soetomo mencatat adanya 50 penderita usia anak-anak sampai remaja yang menderita konjungtivitis vernalis selama bulan Mei sampai Oktober 1993. Pada umumnya penderita konjungtivitis vernalis mengeluh gatal, mata merah, fotofobia dan mengeluarkan sekret.1-5
Konjungtivitis vernalis merupakan konjungtivitis yang sering dikaitkan dengan faktor alergi, karena mempunyai dasar reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Reaksi tipe I disebut juga reaksi tipe cepat (sinonimnya; reaksi anafilaktik, reaksi alergi, IgE mediated hypersensitivity). Pada reaksi tipe I, antibodi yang berperan adalah IgE. Pada penderita konjungtivitis vernalis terjadi peningkatan IgE, dimana ketika terpapar oleh suatu alergen, maka terjadi reaksi antara IgE dengan alergen dan bergabung dengan jaringan ikat. Konjungtiva yang mengalami pertumbuhan jaringan ikat yang berlebihan mengalami hiperplasia (pertambahan jumlah) dengan diikuti proses hialinisasi dan deposit, sehingga memperlihatkan gambaran cobble stone pada konjungtiva tarsal superior (pada penderita konjungtivitis vernalis tipe palpebra). Gambaran klinik konjungtivitis vernalis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu; a) tipe limbal, dan b) tipe palpebra. Pada tipe limbal, pertama kali terjadi vasodilatasi konjungtiva bulbi (yang memberikan warna merah muda), kemudian disusul terjadinya perubahan proliferasi jaringan fibrosa, peningkatan pembentukan jaringan kolagen, infiltrasi stroma oleh eosinofil, basofil, sel plasma, limfosit dan kerusakan endotel kapiler. Perubahan pada epitel berupa proliferasi dan degenerasi menyebabkan perubahan beberapa sel epitel silindris menjadi pipih. Degenerasi epitel terjadi karena gangguan suplai makanan akibat infiltrasi sel radang di sub epitel. Epitel sekitar limbus mengalami degenerasi musinosa, sehingga terbentuk bintik-bintik putih yang disebut Horner's trantas dots.2,6,7-9-13
Berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh, alergen terbagi menjadi empat golongan, yaitu; melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, melalui suntikan, atau secara kontak langsung. Alergen tersebut umumnya menyebabkan keluhan gatal dikulit (dermatitis, urtikaria), gangguan dimata (konjungtivitis vernalis), mengenai saluran pernafasan (asma, rinitis alergi). Saat ini, keterkaitan antara alergen spesifik sulit ditemukan, namun penderita konjungtivitis vernalis dapat menampakkan manifestasi lain, yaitu; asma, rinitis alergi, urtikaria, atau dermatitis. Beberapa penulis (Allan Smith, Friedloender dan Theodone) juga menyatakan bahwa penderita konjungtivitis vernalis sering kali mempunyai riwayat penyakit atopik.14,15
Berdasarkan data bahwa sering kali terdapat hubungan (walaupun belum ada data analisis statistik) antara penderita konjungtivitis vernalis dengan riwayat penyakit atopik, menimbulkan pertanyaan; apakah ada hubungan antara konjungtivitis vernalis dengan riwayat penyakit atopik sebelumnya? Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara konjungtivitis vernalis dengan riwayat penyakit atopik, dengan melakukan studi kasus kontrol pada penderita konjungtivitis vernalis di unit rawat jalan mata RS Dr. Kariadi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara konjuntivitis vernalis dengan riwayat penyakit atopik.

METODE


Penelitian ini adalah studi kasus kontrol tanpa matching dengan uji regresi logistik. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi kelompok kasus (lewat penelusuran data catatan medik), pasien konjungtivitis vernalis yang berobat di unit rawat jalan RS Dr. Kariadi pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2004. Secara retrospektif, dilakukan wawancara mendalam untuk menggali riwayat atopik, dan dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak menderita penyakit konjungtivitis vernalis). Sebagai variabel bebas adalah dermatitis, urtikaria, rhinitis alergi, asma, sedangkan variabel tergantung adalah konjungtivitis vernalis. Besar sampel ditentukan sebanyak 40 di tiap kelompok, dengan OR=4, α=0,10, power 80%. Kriteria inklusi dari sampel adalah; 1) penderita konjungtivitis vernalis berada di wilayah kota Semarang, 2) bersedia diwawancarai sesuai dengan informed consent, 3) memenuhi kriteria diagnosis konjungtivitis vernalis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi; umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit atopik (dermatitis, urtikaria, asma, rhinitis alergi). Pengolahan data dilakukan dengan cara menyunting, mengelompokkan dan tabulasi secara manual. Analisis data dengan uji Chi square program SPSS for Windows 13.0.

Next Page >>

<<Previous Page

 
www.m3.undip.org

Berdiri tahun 2005, dipublikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang