|
|
PENDAHULUAN
Karsinoma hepatoselular (KH) atau Hepatoma merupakan keganasan primer pada hepar yang paling sering ditemui, 90-95% dari seluruh tumor hepar primer. Kanker ini menduduki peringkat keempat terbanyak di dunia dan menyebabkan hampir 250.000 kematian per tahun. Di Asia dan Sub-Sahara Afrika insidensi tahunan KH mencapai 500 kasus per 100.000 penduduk.1-3
Pada umumnya diagnosis KH terlambat ditegakkan, disebabkan awalnya hanya timbul keluhan tidak jelas atau bahkan tanpa keluhan sama sekali, sehingga pasien tidak menyadari sampai ukuran tumor menjadi besar dan lanjut. Selain itu, pada penderita sirosis, gejala dan tanda KH dapat menyerupai gejala dan tanda progresi sirosis tersebut.1,3-5
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat diperlukan untuk menegakkan diagnosis KH. Pemeriksaan radiologi dan laboratorium juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis, dan diantara pemeriksaan penunjang tersebut, yang paling umum digunakan adalah ultrasonografi (USG) dan AFP serum.1,2,4
AFP adalah salah satu petanda tumor yang paling umum digunakan pada KH. Kadar AFP meningkat pada 70-90% penderita KH. Pada KH yang memproduksi AFP, ditemukan Ephrin A1, yang merupakan suatu faktor angiogenik, sebagai gen yang diekspresikan secara berlebihan. Ephrin A1 mempengaruhi pertumbuhan sel pada KH dengan cara menginduksi ekspresi gen-gen yang berhubungan dengan siklus sel (p21), angiogenesis (angiopoietin 1 dan thrombospondin 1), serta interaksi antar sel (rho, integrin, dan matrix metalloprotein). Pada KH dengan kadar AFP tinggi, ditemukan seluruh sel tumor saling berhubungan erat dan banyak mengandung Retikulum Endoplasma Kasar, mitokondria, dan Kompleks Golgi. Kadar AFP yang meningkat terutama diasosiasikan dengan prognosis yang buruk seperti tumor berukuran besar, invasi vaskular, dan rekurensi dini. 1,6- 8
Gambaran USG keganasan primer pada hepar dapat dibagi menjadi bentuk nodular dan difus. Pada jenis nodular terlihat kelainan yang berbatas tegas dari parenkim hepar sekitarnya. Kelainan ekostruktur pada jenis ini tergantung dari ukuran lesi. Lesi berukuran kurang dari 2 cm seringkali berekostruktur hipoekoik. Dengan bertambahnya diameter, ekostruktur akan menjadi lebih hiperekoik atau campuran, serta dapat dijumpai adanya bagian yang nekrosis atau perdarahan di dalamnya, seringkali ditemui pada yang berekostruktur hiperekoik atau campuran. Gambaran lainnya dapat juga ditemui adanya trombus dalam vena porta atau vena hepatika dan atau cabang-cabangnya yang tampak sebagai suatu struktur yang hiperekoik tanpa bentuk tertentu, besarnyapun tidak tentu, dapat memenuhi lumen vena porta dan cabang-cabangnya atau sebagian saja. Bentuk difus memperlihatkan perubahan ekostruktur di seluruh hepar.9
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; Apakah terdapat hubungan antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada kasus KH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar AFP serum dan gambaran USG pada KH.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan belah lintang, dengan ruang lingkup keilmuan Radiologi dan Patologi Klinik, yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2005, dengan lokasi penelitian Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD) Jakarta.
Sampel penelitian ini adalah semua penderita yang didiagnosis KH dan dilakukan pemeriksaan USG serta kadar AFP serum di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dalam kurun waktu 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2004. Kriteria inklusi sampel adalah penderita yang didiagnosis KH melalui pemeriksaan fisik (ditemukan pembesaran hepar, massa pada hepar, dan bising hepatik atau friction rub yang menandakan adanya tumor hepar), pemeriksaan USG (ditemukan gambaran nodul soliter atau multipel atau perubahan ekostruktur di seluruh hepar yang menandakan KH jenis difus) dan pemeriksaan kadar AFP serum (ditemukan peningkatan dari nilai normal sebesar 15 ng/ml). Kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah penderita dengan gambaran klinis, USG, dan laboratoris yang sesuai dengan KH yang juga menderita penyakit lain yang dapat menyebabkan kenaikan kadar AFP serum seperti kanker testis, kanker ovarium, kanker traktus biliaris, kanker lambung, kanker pankreas, dan teratoma maligna. Besar sampel ditentukan dengan rumus sampel tunggal, yaitu sebanyak minimal 20 orang penderita.
Data penelitian merupakan data sekunder yang diambil dari catatan medik RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Analisis dilakukan dengan menilai perbedaan gambaran USG, yang terdiri dari diameter lesi, ekostruktur lesi, dan jenis lesi, pada kelompok dengan kadar AFP tinggi dan rendah dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi Square, dilanjutkan dengan uji Korelasi Spearman dan Koefisien Kontingensi untuk menilai korelasi antar variabel. Data diolah dengan program SPSS 11.0 for Windows.
Next Page >>
<<Previous Page
|
|
|