|
|
Dari hasil pemeriksaan kadar timbal udara pada penelitian ini, ditemukan bahwa rerata kadar timbal udara di Gebangsari (1,783 µg/m3/4 jam) jauh lebih tinggi daripada kadar timbal udara di Moro Demak (0,177 µg/m3/4 jam) dan Sekaran (0,175 µg/m3/4 jam). Hal ini dimungkinkan karena lokasi Gebangsari yang dekat dengan jalan raya Semarang-Demak yang sangat padat lalu lintasnya. Pencemaran timbal di udara umumnya berasal dari pembakaran timbal sebagai zat additive pada bahan bakar kendaraan bermotor. Timbal yang merupakan hasil samping dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor berasal dari senyawa tetrametil-Pb dan tetraetil-Pb berfungsi sebagai anti knock pada mesin-mesin kendaraan.4
Pencemaran udara di Gebangsari lebih diperberat lagi dengan adanya kawasan industri sehingga mempertinggi risiko untuk terjadi pemaparan timbal. Dalam kawasan industri tersebut ditemukan lima pabrik pengolahan daur ulang aki bekas dimana tiga pabrik masih aktif berproduksi. Timbal merupakan bahan baku utama pada pembuatan aki yaitu berfungsi sebagai elektroda. Pada industri pengolahan aki bekas, dilakukan pembakaran elektroda aki bekas untuk mendapatkan kembali logam timbal yang sebagian besar permukaannya telah berubah menjadi PbSO4. Dengan demikian, timbal hasil pembakaran dapat digunakan kembali sebagai elektroda pada aki bekas walaupun kualitasnya lebih rendah daripada sebelumnya. Dari proses pembakaran ini diduga kuat menghasilkan partikulat antara lain Pb, PbO, PbO2, PbSO4, dan partikulat lainnya. Dari hasil pemeriksaan, didapatkan perbedaan yang mencolok antara kadar timbal udara pada sore hari (4,08 µg/m3/4 jam) dibandingkan dengan kadar timbal udara pada pagi (0,53 µg/m3/4 jam) dan siang hari (0,73 µg/m3/4 jam), diketahui bahwa pabrik pengolahan aki bekas mulai intensif melakukan proses daur ulang aki bekas pada sore hari.10
Berbeda dari kadar timbal udara di daerah Gebangsari, kadar timbal udara di Moro Demak dan Sekaran masih lebih rendah, namun dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa terdapat partikulat timbal di udara walaupun kadarnya masih di bawah nilai ambang. Dimungkinkan sumber partikulat timbal di udara di daerah Moro Demak berasal dari asap buangan perahu motor yang menggunakan bahan bakar solar, dimana wilayah Moro Demak terletak di tepi sungai yang digunakan sebagai pelabuhan perahu tradisional dan setiap hari sungai tersebut dilalui perahu-perahu yang menuju ke laut ataupun kembali dari laut. Sedangkan di Sekaran, sumber partikulat timbal di udara mungkin berasal dari hasil samping pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor seperti motor dan kendaraan umum yang sering melintasi jalan di daerah ini.
Rerata kadar timbal darah anak di Gebangsari lebih rendah (9,2 µg/dL) dibandingkan dengan rerata kadar timbal darah anak di Moro Demak (15,23 µg/dL) dan Sekaran (10,55 µg/dL). Hal ini tidak sesuai dengan keadaan di Gebangsari yang memiliki kadar timbal udara yang lebih tinggi daripada kadar timbal udara di Moro Demak dan Sekaran. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa; 1) anak-anak dengan kadar timbal >60 µg/dL mempunyai diet pemasukan kalsium yang rendah; 2) diet rendah Ca dan P meningkatkan absorbsi timbal di usus; 3) defisiensi zat besi meningkatkan absorbsi timbal; 4) penurunan kadar timbal darah pada pekerja pabrik aki setelah pemberian zinc dan vitamin C secara terus-menerus selama 6 bulan, walaupun pajanan tetap berlangsung.9
Penelitian ini menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin rendah kadar timbal darah anak. Sekitar 72% orang tua di Gebangsari berpendidikan tingkat Universitas sehingga dimungkinkan orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mengerti tentang gaya hidup sehat, misalnya membiasakan anak-anak untuk mencuci tangan sebelum makan, memakai alas kaki bila bermain, tidak boleh jajan sembarangan, memberikan makanan yang bergizi untuk anak, dan sebagainya sehingga dapat mengurangi risiko pemaparan timbal pada anak.11
Kadar timbal udara di Sekaran (0,175 µg/m3/4 jam) hampir sama dengan kadar timbal udara di Moro Demak (0,177 µg/m3/4 jam), namun rerata kadar timbal darah anak di daerah ini (10,55 µg/dL) lebih rendah daripada di Moro Demak (15,23 µg/dL). Hal ini mungkin disebabkan karena pengertian tentang pentingnya asupan gizi pada anak lebih dimengerti oleh orang tua di Sekaran daripada di Moro Demak, dimana sebagian besar orang tua berpendidikan tingkat Sekolah Menengah Umum (46,7%).
Next Page >>
<<Previous Page
|
|
|