-
   
  Nomor 2  
Januari - Juni 2006
 
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
Puisi Media Medika Muda
Selamat Dies Natalis FK Undip ke-44
 
Kalender Kegiatan
Seminar Anakku Tidak Bisa Mendengar
Seminar Malpraktik IDI Jateng
Pengelolaan Gangguan Neurologis
ARTIKEL TERKINI
 
-
  UJI SENSITIVITAS, SPESIFISITAS DAN AKURASI MAMOGRAFI PADA TUMOR PAYUDARA  
-
 

PENDAHULUAN

Tumor payudara merupakan salah satu kelainan yang sering ditemukan di seluruh dunia. Insidensi kanker payudara di dunia merupakan 27% dari kanker pada wanita dan menyebabkan 20% kematian akibat kanker. Kanker ini menduduki tempat kedua setelah kanker servik uteri. Insiden kanker payudara pada tahun 1994 berkisar antara 17,7% (Malang) hingga 27,9% (Makassar). Di Semarang, insidensi kanker payudara menduduki peringkat kedua, atau 12,16% kasus tiap tahun.1-3
Dalam 10 tahun terakhir, kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor enam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sebagian penderita kanker payudara di Indonesia datang dalam keadaan telah lanjut. Sebagian besar hasil pengobatan tergantung pada stadium penyakit saat diagnosis tumor ganas ditegakkan, sehingga perlu langkah cepat dan tepat agar dapat ditentukan jenis terapi yang tepat pula.4,5
Tumor payudara dapat berasal dari semua komponen jaringan, yaitu komponen jaringan penunjang dan epitel, namun unsur epitel lebih sering menimbulkan neoplasma pada payudara. Berdasarkan sifatnya, tumor payudara dikelompokkan menjadi tumor jinak dan ganas. Tumor jinak payudara antara lain; adenoma, fibroadenoma, papilloma intraduktus, lipoma dan hemangioma. Tumor ganas payudara yang berasal dari epitel disebut karsinoma yang dibagi menjadi duktular dan alveolar. Sedangkan tumor ganas payudara yang berasal dari jaringan penunjang disebut sarkoma.6
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan patologi anatomi. Mamografi merupakan pemeriksaan secara radiologis sinar-X memakai kilovoltase (Kv) rendah (2630 Kv) dan miliamperdetik (mas) yang tinggi (150 mas). Teknik pembuatan foto mamografi dengan cara kompresi payudara dengan mamogram, kemudian difoto dalam dua posisi yaitu cranio-caudal dan mediolateral oblique.7,8
Lesi jinak di payudara biasanya berbentuk bulat, oval atau berlobus dan berbatas tegas, kecuali bila terjadi superposisi dengan jaringan fibroglanduler di sekitarnya. Gambaran halo sign yang merupakan garis tipis radioluscens di sekitar massa sering dikaitkan dengan lesi jinak walaupun lesi ganas seperti Karsinoma meduler, mukoid dan papiler juga mempunyai gambaran halo sign. Kalsifikasi pada lesi jinak ukurannya relatif besar dengan bentuk kurvilinier, pop corn, atau egg-shell, jarang berupa mikrokalsifikasi.9
Kelainan keganasan yang dapat ditemukan pada mamogram dapat diketahui dengan adanya tanda primer dan tanda sekunder. Tanda primer merupakan tanda dari tumor itu sendiri, antara lain; 1) massa (sebagian besar massa karsinoma bersifat radioopak densitas tinggi dan sebagian kecil bersifat radioopak densitas rendah yaitu pada karsinoma papiler dan mukoid, biasanya diklasifikasi dalam tiga kategori; stelata, bernodul, berbatas tegas), 2) kalsifikasi (ukuran kalsifikasi ganas biasanya lebih kecil daripada kalsifikasi jinak (0,08-5 mm), tipe kalsifikasi malignum disusun oleh fragmen-fragmen heterogen, bervariasi ukuran, bentuk, densitas dan jumlahnya). Distribusi kalsifikasi bisa linier (granuler, casting) yaitu mengikuti pola duktus, cluster (berkelompok yang terbatas pada area 2 cm2) atau segmental (menempati area lebih dari 2 cm2). Tanda sekunder pada karsinoma payudara disebabkan karena adanya perubahan struktur payudara karena massa tumor (antara lain; perubahan penebalan dan retraksi kulit, penebalan dan retraksi areola/puting, kepadatan yang asimetris, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler yang tak teratur, bertambahnya vaskularisasi, dan pembesaran kelenjar aksiler yang menunjukkan adanya metastasis) Sedangkan untuk tumor jinak, mamografi memberikan tanda; 1) lesi berbatas tegas, licin dan teratur, 2) ada tiga macam densitas pada lesi jinak (radiolusens, kombinasi radiolusens dan radioopak, radioopak densitas rendah), 3) adanya halo sign yang merupakan garis tipis radiolusens di sekitar massa., 4) kadang-kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat dihitung (kalsifikasi yang lebih besar dibandingkan tumor ganas).9-11

METODE

Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan mengambil kasus dari catatan medik RS. Dr. Kariadi dalam kurun waktu 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2003. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik uji diagnostik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua penderita yang didiagnosis tumor payudara dan dirawat rawat jalan maupun rawat inap di RS. Dr. Kariadi dalam kurun waktu 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2003. Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu; pasien rawat jalan atau rawat inap dengan atau tanpa benjolan di payudara yang dilakukan pemeriksaan mamografi dan pemeriksaan patologi anatomi. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien dengan tumor di payudara yang tidak dilakukan pemeriksaan patologi anatomi serta data yang tidak lengkap. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan uji diagnostik, ditampilkan dalam tabel 2X2, dihitung sensitivitas, spesifisitas dan akurasinya.

 

Next Page >>

<<Previous Page

 
www.m3.undip.org

Berdiri tahun 2005, dipublikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang