-
   
  Nomor 2  
Januari - Juni 2006
 
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
Puisi Media Medika Muda
Selamat Dies Natalis FK Undip ke-44
 
Kalender Kegiatan
Seminar Anakku Tidak Bisa Mendengar
Seminar Malpraktik IDI Jateng
Pengelolaan Gangguan Neurologis
ARTIKEL TERKINI
 
-
  PENGARUH STRES AKIBAT CEMAS UJIAN SEMESTER TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNDIP ANGKATAN 2001
 
-
 

Hubungan antara stres (derajat cemas) dengan jumlah leukosit sebelum ujian semester dinilai dengan uji korelasi Pearson. Hasil yang didapat menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan dengan nilai r dan p berturut-turut -0,12 dan 0,952. Sedangkan untuk hubungan stres (derajat cemas) dengan jumlah leukosit saat ujian semester dinilai dengan uji korelasi Spearman's. Juga tidak didapatkannya hubungan yang signifikan dengan nilai r dan p berturut-turut 0,373 dan 0,060. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan derajat cemas tidak sejajar dengan kenaikan jumlah leukosit. Salah satu penyebab adalah faktor subyektivitas (subyek penelitian dan pemeriksa) yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan derajat cemas dan jumlah leukosit meskipun telah digunakan instrumen yang telah teruji validitasnya. Dengan kata lain, skor cemas belum dapat digunakan sebagai data obyektif untuk menggambarkan derajat cemas seseorang yang sesungguhnya.11
Namun dapat dilihat bahwa dari 26 subyek, 24 subyek mengalami kenaikan jumlah leukosit saat ujian semester dibandingkan sebelum ujian semester. Kenaikan tersebut dapat dijelaskan melalui hubungannya dengan mekanisme hipothalamo-pituitari-adrenal dan sistem otonom sesuai bagan sebagai berikut ini:

Mekanisme respon tubuh terhadap stres diawali dengan adanya rangsang yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi thalamus, hipothalamus, amygdala, hippocampus dan septum. Sistem Limbik juga dapat mempengaruhi kerja dari sistem otonom.
Hipothalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh sistem visceral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak mempunyai hubungan dengannya. Oleh karena hubungan inilah, maka hipothalamus dapat merespon rangsang psikologis dan emosional. Peran hipothalamus terhadap stres meliputi empat fungsi spesifik. Fungsi tersebut adalah; 1) menginisiasi aktivitas sistem saraf otonom, 2) merangsang hipofise anterior memproduksi hormon ACTH, 3) memproduksi ADH atau vasopressin, 4) merangsang kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin. Pemahaman empat fungsi ini sangat penting untuk mengerti tentang respons tubuh terhadap stres.
Hipothalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH (adrenocorticotrophic hormone) dan TRF (thyrotropin releasing factor). Pelepasan ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan beberapa hormon, meliputi glukokortikoid (kortisol), adrenalin dan noradrenalin. Pelepasan TRF akan merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi tirotropin yang akan mengatur kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin pada kelenjar tiroid.12
Hormon kortisol akan menekan sistem imun, sehingga menyebabkan produksi limfosit dan eosinofil berkurang terutama limfosit sangat ditekan produksinya. Selain itu, peningkatan jumlah kortisol juga menyebabkan terjadinya penurunan jumlah monosit dan basofil dalam sirkulasi, hanya saja mekanismenya masih belum jelas diketahui.13
Pengaruh adrenalin terhadap hitung jumlah leukosit terutama menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah netrofil atau yang kita sebut leukositosis netrofilia. Prosesnya terutama berkaitan dengan peningkatan terjadinya demarginasi sel-sel netrofil dari dinding-dinding kapiler darah oleh penambahan jumlah adrenalin sehingga menambah pool netrofil dalam sirkulasi bebas.14,15
Pada stres tahap ringan, intensitas stres masih belum mengakibatkan gangguan yang berat dan merusak, sehingga yang terjadi adalah tubuh masih mampu untuk mengatasi gangguan yang terjadi dengan meningkatkan sistem pertahanan tubuh sendiri salah satunya adalah dengan peningkatan jumlah sel darah putih yang beredar dalam sirkulasi darah.

Next Page >>

<<Previous Page

 
www.m3.undip.org

Berdiri tahun 2005, dipublikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang