PENDAHULUAN
Teh merupakan minuman tradisional yang sangat populer sepanjang masa. Masyarakat meminum teh tidak hanya karena kenikmatannya saja, tetapi juga untuk mendapatkan khasiatnya yang menyehatkan. Khasiat ini didapat dari senyawa bioaktif teh yaitu katekin.1 Teh hijau yang diperoleh dari tanaman Camellia sinensis adalah teh yang tidak mengalami fermentasi sehingga kandungan katekinnya lebih banyak dibandingkan teh yang mengalami fermentasi.1,2
Katekin memiliki berbagai macam manfaat, antara lain sebagai anti oksidan, anti kanker, anti bakterial alami, membantu menurunkan tekanan darah, mencegah penyakit jantung, dan meningkatkan kekebalan tubuh.2
Kekebalan dibutuhkan oleh tubuh manusia karena lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen yang dapat menyebabkan penyakit.3 Sel-sel yang mempunyai peran pada kekebalan tubuh berasal dari stem cell di dalam sumsum tulang, yaitu lekosit. Lekosit terdiri dari dua golongan utama yaitu agranular (limfosit dan monosit) dan granular (netrofil, eosinofil, dan basofil). Lekosit berperan aktif dalam pertahanan selular dan humoral terhadap benda asing.4 Netrofil berperan utama pada peradangan akut karena komposisinya dalam lekosit paling banyak dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sel yang terinfeksi lebih cepat dari jenis lekosit yang lainnya.5
Pada berbagai riset terhadap hewan coba ditunjukkan bukti-bukti mengenai bioaktivitas dari katekin teh hijau dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Katekin teh hijau dapat meningkatkan sekresi Interleukin-12 (IL-12), daya fagositosis, ketahanan limfosit, dan proliferasi limfosit pada mencit yang diinokulasi Listeria monocytogenes. IL-12 akan menyebabkan sekresi interferon-γ sehingga makrofag teraktivasi dan dapat membunuh kuman penyakit.6,7,8
Senyawa bioaktif katekin yang terdapat pada tanaman obat tradisional Cina Spatholobus suberectus Dunn (SSD) dilaporkan dapat memperbaiki sistem hematopoesis pada mencit yang diradiasi dengan meningkatkan Granulocyte Macrophage Colony-Stimulating Factor (GM-CSF) dan Interleukin-6 (IL-6). GM-CSF dapat menstimulasi pembentukan netrofil, eosinofil, basofil, dan monosit. IL-6 tidak hanya berfungsi untuk regulasi sistem kekebalan dan menghambat pertumbuhan tumor, tetapi juga dapat memberikan efek stimulasi terhadap hematopoesis.9
Sejauh ini belum ada penelitian mengenai efek katekin teh hijau terhadap sistem hematopoesis pada individu sehat. Oleh karena itu diharapkan katekin teh hijau yang diberikan pada individu sehat dapat memberikan pengaruh yang sama dengan katekin tanaman SSD.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah katekin pada teh hijau dapat mempengaruhi jumlah lekosit dan netrofil pada individu sehat. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh katekin teh hijau terhadap jumlah lekosit dan netrofil pada individu sehat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah berupa pengembangan pemanfaatan teh hijau dan sebagai media informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai manfaat teh hijau untuk kesehatan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan quasi pre and post test design. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah biokimia, imunologi, histologi, dan patologi klinik. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan Agustus-Desember 2004 di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Kapsul katekin teh hijau didapatkan dari http://www.lef.org/newshop/items/item00753.html dengan nomor katalog 00753.
Penelitian dilakukan terhadap individu sehat yang memberikan informed consent. Besar sampel adalah 20 orang yang diambil dengan metode simple random sampling pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang angkatan 2000-2002. Kriteria inklusi meliputi; pemeriksaan SGPT, kadar ureum, kadar kreatinin, dan USG hepar dan ginjal normal. Kriteria eksklusi meliputi individu mempunyai riwayat penyakit berat, mengundurkan diri, sakit dalam masa penelitian, atau tidak mengkonsumsi kapsul katekin teh hijau secara teratur.
Pada individu sehat yang menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dilakukan penghitungan jumlah lekosit dan netrofil. Selanjutnya individu diberikan kapsul katekin teh hijau 350 mg, 2 kali sehari, selama 4 minggu, dan dihitung kembali jumlah lekosit dan netrofilnya pada akhir minggu keempat. Penilaian dilakukan dengan membandingkan hasil sebelum dan sesudah perlakuan.
Jumlah lekosit dihitung menggunakan bilik hitung Neubauer Improved, sedangkan jumlah netrofil dihitung dengan metode hitung jenis lekosit pada sediaan preparat darah hapus.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer hasil pengukuran di laboratorium berupa; jumlah lekosit dan netrofil. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian kapsul yang berisi 350 mg katekin teh hijau 2 kali sehari selama 4 minggu, sedangkan variabel tergantung adalah jumlah lekosit dan netrofil.
Data yang diperoleh diuji distribusi normalitas datanya dengan uji Shapiro-Wilk. Data yang berdistribusi normal dianalisis dengan uji statistik t-test untuk data berpasangan (Paired Sample T-test) dan yang tidak berdistribusi normal dianalisis dengan uji Wilcoxon. Pengolahan analisis data menggunakan program SPSS for Windows versi 13.0 dengan tingkat kemaknaan p<0,05.
HASIL
Individu sehat yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 20 orang, tetapi terdapat 4 orang yang termasuk dalam kriteria eksklusi dengan alasan 2 orang sakit dalam masa penelitian, 1 orang hepatomegali, dan 1 orang lainnya menunjukkan hasil USG hepar fatty liver, sehingga jumlah sampel dalam analisis hanya 16 orang.
Rerata jumlah lekosit sebelum perlakuan adalah 9565,6±2680,5 sel/mm3 dan jumlah lekosit sesudah perlakuan adalah 10578,1±3542,8 sel/mm3 (Tabel 1).
Next Page >>
<<Previous Page