-
   
  Nomor 3  
Juli - Desember 2006
 
 
 
ARTIKEL ASLI
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
 
PAST ISSUE

M3 Nomor 2

   
  PENGARUH KETAMIN SEBAGAI ANESTETIKUM TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA
DIABETES MELLITUS DAN NON DIABETES MELLITUS
-

PENDAHULUAN

Ketamin merupakan derivat phencyclidine yang mulai diperkenalkan penggunaannya dalam klinis sejak tahun 1970,1 selama 30 tahun telah banyak penelitian mengenai mekanisme kerja dan penggunaan klinisnya.2 Penggunaan ketamin dalam anestesi sangat bervariasi, antara lain sebagai obat premedikasi, sedasi, induksi dan rumatan anestesi umum. Berbeda dengan obat anestesi lainnya, ketamin memiliki efek analgesik yang signifikan.1 Ketamin mempunyai tempat yang penting dalam praktek anestesi ketika efek simpatomimetik dan bronkodilatasinya diindikasikan selama induksi anestesi.1 Efek simpatomimetik ketamin disebabkan oleh pelepasan katekolamin yang diperantarai secara sentral dan hambatan reuptake katekolamin.3 Pada umumnya, semua obat-obat anestesi yang sering digunakan dalam klinik dapat mengganggu toleransi glukosa, meskipun pengaruhnya berbeda. Mekanisme kenaikan kadar glukosa darah sangat kompleks. Salah satu pendapat yang dianut adalah obat-obat anestesi langsung yang menekan sel beta pankreas melalui pelepasan katekolamin, dan berakibat menurunnya produksi insulin.4
Banyak cara yang dianjurkan untuk mengelola penderita diabetes mellitus selama pembedahan, baik dengan obat anti diabetik maupun cairan infus yang diberikan.5 Namun, tidak ada skema tunggal untuk menjangkau semua kasus selama operasi.6 Secara umum dibuat suatu kebijaksanaan bahwa sedikit kenaikan gula darah lebih baik daripada risiko terjadinya hipoglikemi.7 Tujuan terapi sebelum dan selama pembedahan adalah menjaga kadar glukosa darah antara 100-300 mg% dan menjaga flow glukosa ke dalam sel.6,8 Dalam hal anestesi, dapat dipilih cara yang tidak terlalu mengganggu metabolisme penderita diabetes mellitus.7 Light general anestesi merupakan metode terpilih.6 Atas dasar hal ini, maka dirumuskan permasalahan yaitu; “sampai berapa jauh pengaruh anestesi ketamin terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus”. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberi petunjuk dalam penggunaan ketamin terutama pada penderita diabetes mellitus, serta dapat memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya.

METODE

Sampel penelitian ini diambil dari penderita yang menjalani operasi elektif di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Randomisasi dilakukan secara simple random sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I adalah kontrol dengan kriteria inklusi; umur 25-65 tahun, status fisik American Society of Anesthesiologist (ASA) I-II, tidak menderita diabetes mellitus yang diketahui dengan anamnesis dan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa<110 mg% dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial <140 mg%, kelompok II adalah perlakuan dengan kriteria inklusi; umur 25-65, status fisik ASA II, menderita diabetes mellitus yang diketahui dengan anamnesis dan telah terawat baik dengan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 70-150 mg% dan kadar glukosa darah 2 jam post prandial<200 mg%. Kriteria eksklusi seluruh sampel adalah memiliki kontra indikasi terhadap ketamin.
Semua penderita dipuasakan 6 jam sebelum tindakan pembedahan dimulai, dan sejak itu diberi infus NaCl 0,9%, setengah jam sebelum induksi penderita diberikan obat premedikasi sulfas atropin 0,01 mg/kgBB IM. Data merupakan data sekunder dari data primer penelitian Abidin Munir. Data yang terkumpul meliputi data demografis, status fisik, jenis operasi, kadar glukosa puasa sebelum pembedahan, premedikasi, menit ke-5, 10 dan 15, setelah pemberian ketamin 1 mg/kgBB IV, menit ke-15, 30, 60, 90, dan 120 setelah pembedahan dimulai serta kadar glukosa darah 30 menit pasca pembedahan.
Cara kerja penelitian ini adalah seleksi pada penderita yang menjalani operasi elektif dengan anestesi umum berdasarkan kriteria, dilanjutkan dengan randomisasi. Data diuji normalitasnya dengan Kolmogorov Smirnov, dilanjutkan Independent T-test untuk data yang berdistribusi normal, dengan derajat kemaknaan p<0,05.

HASIL

Dari data yang telah dikumpulkan, didapatkan jumlah seluruh subyek penelitian adalah 36 orang yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu 18 orang non diabetes mellitus sebagai kelompok kontrol, dan 18 orang penderita diabetes mellitus sebagai kelompok perlakuan. Data karakteristik penderita dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 memperlihatkan hasil karakteristik demografik penderita kedua kelompok secara statistik berbeda tidak bermakna (p>0,05), dengan demikian kedua kelompok tersebut dapat dibandingkan.

 

 

Next Page >>

<<Previous Page

 

 
     
www.m3undip.org
 

Berdiri tahun 2005, dipulikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang