-
   
  Nomor 3  
Juli - Desember 2006
 
 
 
ARTIKEL ASLI
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
 
PAST ISSUE

M3 Nomor 2

   
  PREVALENSI ANDROPAUSE PADA PRIA USIA LEBIH DARI 30 TAHUN DI KABUPATEN BANTUL PROPINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2005
-

PENDAHULUAN

Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana terjadi penurunan kemampuan reproduksi.1 Andropause atau PADAM (Partial Androgen Deficiency in Aging Men) adalah suatu istilah yang paling sering digunakan untuk menggambarkan kondisi pria di atas umur pertengahan atau tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan mirip dengan menopause pada wanita. Oleh karena itu, andropause atau PADAM sering pula disebut sebagai menopause pada pria. Namun, meski keluhannya mirip dengan menopause, tetapi tidak berarti bahwa kondisi dan keluhannya akan sama persis seperti pada wanita.1
Beberapa tahun terakhir ini sering kita perhatikan banyaknya masalah yang berhubungan dengan kemampuan seks pria, baik di media cetak maupun di media elektronik. Masalah-masalah tersebut biasanya mengenai keluhan berupa berkurangnya libido (keinginan seksual), atau penurunan kemampuan ereksi.1
Pada wanita menopause, produksi ovum yang menggambarkan hilangnya kemampuan reproduksi, produksi hormon estrogen dan siklus haid akan berhenti dengan cara yang relatif “mendadak”. Sedangkan pada pria di atas umur tengah baya, penurunan mendadak dari produksi spermatozoa yang menggambarkan hilangnya kemampuan reproduksi maupun penurunan mendadak dari produksi hormon tesrosteron tidak pernah terjadi.2 Penurunannya sedemikian perlahan, sehingga banyak laporan yang menyatakan bahwa pria umur 90 tahun masih bisa mempunyai anak. Oleh karena itu, andropause yang identik dengan istilah menopause sebenarnya tidak ada. Meskipun demikian, pria tengah baya secara alami juga akan mengalami penurunan produksi spermatozoa yang menggambarkan status fertilitasnya. Beberapa diantara mereka, sering mempunyai gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan wanita menopause.1
Selain faktor seks yang berpengaruh pada sindrom andropause, ternyata masih banyak faktor lain yang masih saling berkaitan, dan sebenarnya gejala andropause merupakan sinyal bahwa telah terjadi penuaan pada tubuh pria. Penuaan sendiri merupakan proses yang multi kompleks, dimana juga terjadi penurunan yang diakibatkan oleh faktor penuaan sel, jaringan, maupun organ,3 juga faktor lingkungan dan faktor penyakit akut atau kronik yang dimiliki seorang pria.4 Semua hal itu mempunyai dampak cukup banyak pada pria, selain berdampak pada pikiran dan kehidupannya, hal ini juga berdampak pada bertambahnya biaya pelayanan kesehatan bagi para pria. Oleh karena itu, pengetahuan akan andropause bagi para pria sangat diperlukan.1 Sehingga, tindakan pencegahan dapat dilakukan sejak dini oleh para pria, karena sering terlihat di dunia nyata bahwa kaum wanita lebih memiliki sifat untuk mencegah lebih dahulu daripada para pria yang biasanya cenderung ke arah mengobati.2-4
Untuk mencegah berbagai kesulitan dalam meniti hidup lebih lanjut pada pria tengah baya, kiranya sangatlah penting artinya bagi mereka untuk mengenal, mengetahui dan mengobati kumpulan gejala, tanda dan keluhan andropause, bahkan kalau mungkin, mereka juga ingin mencegah andropause dan memperlambat penuaan.1,9
Dalam penelitian tentang prevalensi gejala andropause ini, sampel diambil di Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta. Secara administratif, Kabupaten Bantul terbagi menjadi 17 kecamatan yang terdiri dari 75 desa dan 933 pedukuhan. Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah sebesar 506.85 KM2, dengan jumlah penduduk 796.863 jiwa. Dari jumlah tersebut, 390.534 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 406.329 jiwa merupakan penduduk perempuan. Pada umumnya penduduknya bekerja di bidang pertanian.10

METODE

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan bentuk survei observasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pria umur 30 tahun ke atas di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta, kemudian diambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu semua pria dewasa yang berusia 30 tahun ke atas yang masih dalam status perkawinan dan secara umum sehat jasmani dan rohani, serta menetap dan bermukim di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta. Kriteria eksklusi adalah pria yang menolak menjadi responden. Besar sampel ditentukan dengan pertimbangan kelayakan analisis statistik untuk penelitian dengan sampel tunggal dan data dengan skala nominal digunakan rumus:

Dimana n=estimasi jumlah sampel, zα= derajat kepercayaan ditetapkan sebesar 1,96 pada nilai Cl 95 %, δ= 0,10 (tingkat ketepatan absolut 10 %), p=proporsi keadaan yang akan dicari sebesar 0,50 (sebab tidak diketahui sebelumnya), q=(1p), dalam hal ini p=0.50, sehingga diperoleh besar sampel minimal adalah 97. Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat maka peneliti ditetapkan jumlah sampel sebesar 120.
Pengambilan sampel dipilih dengan metode simple random sampling, yaitu dari Propinsi D.I. Yogyakarta dipilih Kabupaten Bantul, kemudian dari Kabupaten Bantul diambil beberapa kecamatan, dari kecamatan itu diambil beberapa kelurahan, dari kelurahan diambil sampel secara acak. Instrumen penelitian menggunakan; 1) kuesioner The Androgen Deficiency in Aging Males (ADAM), yang terdiri atas 10 buah pertanyaan yang harus dijawab "Ya" atau "Tidak", 2) kuesioner Aging Male Symptoms (AMS),yang terdiri dari 17 buah pertanyaan, setiap pertanyaan mengandung 5 buah kriteria jawaban, setiap jawaban mempunyai nilai 1 sampai 5, dan 3) kuesioner tambahan lain.6
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari anggota masyarakat yang menjadi responden melalui kuesioner. Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan survei dari rumah ke rumah responden dan melakukan wawancara yang berpedoman pada kuesioner. Data diedit, diberi kode dan ditabulasi, serta disajikan dalam tabel.

 

Next Page >>

<<Previous Page

 

 
     
www.m3undip.org
 

Berdiri tahun 2005, dipulikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang