-
   
  Nomor 3  
Juli - Desember 2006
 
 
 
ARTIKEL ASLI
 
Home
Latar Belakang
Redaksi
Pedoman Penulisan
 
PAST ISSUE

M3 Nomor 2

   
  UJI BANDING EFEKTIVITAS MORINDA CITRIFOLIA 2% DENGAN KETOKONAZOL 2% SECARA IN VITRO TERHADAP
PERTUMBUHAN MALASSEZIA FURFUR PADA PITIRIASIS VERSIKOLOR
-

 

PENDAHULUAN

Pitiriasis versikolor (P. versikolor) adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit, ditandai adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal ringan yang umumnya muncul saat berkeringat. Sifat dari penyakit ini biasanya kronik dan asimptomatik.1-4
P. versikolor termasuk dalam golongan mikosis superfisial, disebabkan oleh yeast lipofilik, dimorfik yang merupakan flora normal kulit, dikenal dalam genus Malassezia dan diantara spesies itu disebut sebagai Malassezia furfur (M. furfur).1,5,6 Kondisi patogen terjadi bila terdapat perubahan keseimbangan hubungan antara hospes dengan ragi sebagai flora normal kulit.5,7 P. versikolor timbul ketika ragi Malassezia yang secara normal mengkoloni kulit berubah dari bentuk yeast menjadi bentuk miselial yang patologik, kemudian menginvasi stratum korneum kulit.6 Beberapa kondisi dan faktor yang berperan pada patogenesis P. versikolor antara lain lingkungan dengan suhu dan kelembaban tinggi, produksi kelenjar sebum dan keringat, genetik, penyakit cushing, keadaan imunocompromised dan malnutrisi.4,8,9
P. versikolor memberikan gambaran klinis sebagai bercak atau makula dalam berbagai warna, bervariasi dari lesi hipopigmentasi sampai hiperpigmentasi, berbagai ukuran dan bentuk, ditutupi skuama halus dengan disertai rasa gatal.2,3,8 Predileksi P. versikolor adalah pada badan, dada, punggung, leher, dan lengan atas. Lesi juga dapat dijumpai pada bagian tubuh lain seperti lipat aksila, lipat paha, tungkai atas, kulit wajah dan kulit kepala.2,3,5
Ketokonazol merupakan anti jamur golongan azol sintetik, sangat efektif dan merupakan obat anti jamur dengan spektrum luas, bersifat fungistatik, bekerja mengganggu biosintesa ergosterol. Sterol utama yang berfungsi mempertahankan integritas membran sel jamur dengan menginhibisi enzim lanosterol 14 α-demetilase sitokrom P450, enzim esensial dalam sintesis ergosterol membran sel jamur.1,10 Ketokonazol digunakan sebagai obat baku dalam pengobatan P. versikolor. Ketokonazol dalam pengobatan P. versikolor terdapat dalam sediaan topikal maupun oral.8
M. citrifolia (Mengkudu) adalah tanaman obat berkhasiat yang terbukti melalui penelitian ilmiah memiliki efek imunomodulasi, efek reparasi dan peremajaan sel, efek vasoproteksi, efek antioksidan, antibiotik dan anti jamur. Studi in vivo Annie Hirazumi pada tikus yang disuntik bibit sel kanker paru-paru lalu diberi jus mengkudu, mendapatkan bahwa tikus yang diberi jus mengkudu lebih lama bertahan hidup daripada tikus yang tidak diberi jus mengkudu. Hasil studi itu menunjukkan bahwa mengkudu memiliki efek imunomodulasi dan vasoproteksi.11,12 Selain itu, mengkudu juga memiliki kandungan zat kimia yang mempunyai efek antifungi dan antibiotik, yaitu; a) Scopoletin (anti jamur), b) Antraquinone (untuk melawan infeksi fungi dengan cara meningkatkan sistem imun), c) Asam ursolik (secara topikal atau secara internal untuk mengatasi inflamasi dan infeksi jamur pada kulit), d) Asam kaprilik (mengatasi pertumbuhan jamur yang berlebihan pada tubuh), e) Terpenes (bioflavanoid dan karotenoid) (zat anti infeksi fungi dan bakteri), dan f) Xeronine (anti infeksi jamur dan meningkatkan imunitas tubuh)
Permasalah penelitian ini yaitu; ”Apakah ada perbedaan efektivitas antara mengkudu 2% dengan ketokonazol 2% secara in vitro di dalam menghambat pertumbuhan M. furfur pada P. versikolor?” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mengkudu 2% dengan ketokonazol 2% secara in vitro terhadap pertumbuhan M. furfur pada P. versikolor.

METODE

Penelitian eksperimental ini berdesain post-test only, menggunakan 30 penderita P. versikolor yang memenuhi kriteria klinis sebagai sampel. Setiap sampel diambil kerokan skuama kulit yang diambil secara aseptik menggunakan skalpel steril dan ditampung di kaca gelas steril untuk pemeriksaan mikroskopis dengan KOH + tinta Parker blue black. Hasil dinyatakan positif (+) bila ditemukan gambaran meat ball and sphagetti dengan perbesaran 400X. Kerokan skuama kulit yang dinyatakan (+) dibiakkan pada Sabouraud Dekstrose Agar olive oil + Amoxycillin 2 mg/200 cc pada suhu 37°C selama 3 sampai 5 hari, di Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP. Bila tumbuh koloni yeast pada media, maka dinyatakan biakan M. furfur (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada medium, maka dinyatakan biakan M. furfur (-). Hasil biakan (+) dilarutkan dengan NaCl 0,9% dan disesuaikan dengan Mc. Farland 0,5, kemudian diambil 0,1 cc dan ditanamkan pada masing-masing media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung mengkudu 2% dan media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 2%. Dari satu sampel biakan (+) M. furfur dipakai untuk satu kali. Jadi digunakan 30 biakan (+) M. furfur. Kemudian media dimasukkan ke inkubator pada suhu 37°C selama 2 hari dan dilihat pertumbuhannya pada hari kedua. Bila tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan M. furfur (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan M. furfur (-).
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS 13.00 for Windows. Uji hipotesis menggunakan uji Chi square dengan derajat kemaknaan p<0,05.

HASIL

Dari hasil pemeriksaan mikroskopis kerokan skuama kulit dengan KOH + tinta Parker blue black, 30 sampel (100%) dinyatakan P. versikolor (+), kemudian dari 30 sampel dengan P. versikolor (+) yang ditanamkan pada media Sabouraud Dekstrose Agar olive oil, 30 (100%) sampel dinyatakan biakan M. furfur (+) (Tabel 1). Jadi, jumlah yang digunakan adalah 30 sampel, dan dari 30 sampel dengan biakan M. furfur (+) di Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung M. citrifolia 2%, 29(97,6%) dinyatakan M. furfur (+) dan 1(3,3%) dinyatakan M. furfur (-). Sedangkan dari 30 tabung dengan biakan M. furfur (+) di Sabouraud Dekstrose Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 2%, 26 (86,7%) dinyatakan M. furfur (+) dan 4 (13,3%) dinyatakan M. furfur (-). Uji Chi square didapatkan hasil p=0,161, yang berarti tidak terdapat perbedaan antara efektivitas M. citrifolia 2% dengan ketokonazol 2% terhadap pertumbuhan M. furfur (Gambar 1).

 

Next Page >>

<<Previous Page

 

 
     
www.m3undip.org
 

Berdiri tahun 2005, dipulikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang