- | ||||||||||||||||||||||||||||||
Nomor 3 |
Juli - Desember 2006 |
|||||||||||||||||||||||||||||
ARTIKEL ASLI |
||||||||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||||||||
KONSUMSI FAST FOOD SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA OBESITAS PADA REMAJA USIA 15-17 TAHUN (Studi kasus di SMUN 3 Semarang) |
||||||||||||||||||||||||||||||
- | ||||||||||||||||||||||||||||||
Persentase kalori makanan cepat saji diperoleh berdasarkan jumlah kalori makanan cepat saji yang dikonsumsi dibagi total kalori. Pada Tabel 1 tampak bahwa rerata persentase kalori makanan cepat saji pada kelompok kasus mencapai 6,12%, dan rerata persentase kalori makanan cepat saji pada kelompok kontrol mencapai 4,31% dari total kalori sehari. Angka tersebut termasuk kecil bila dibandingkan dengan persentase kalori makanan cepat saji pada periode umur yang berbeda.1 Hasil ini mengindikasikan bahwa makanan cepat saji bukanlah makanan yang sangat digemari dikalangan remaja, karena kemungkinan para remaja sudah paham efek buruk dari konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan. Setelah dilakukan perhitungan OR, didapatkan bahwa siswa yang persentase kalori makanan cepat saji-nya lebih besar dari 6% mempunyai risiko 4,2 kali lebih besar (OR=4,2) untuk terjadinya obesitas, bila dibandingkan dengan siswa yang persentase kalori makanan cepat saji-nya kurang dari 6%. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Padmiari dan Hamam Hadi yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jumlah energi makanan cepat saji yang dikonsumsi terhadap terjadinya obesitas.1 Studi ini juga sesuai dengan WHO yang menyatakan bahwa perkembangan food industry, yang salah satunya dengan berkembangnya makanan cepat saji, merupakan salah satu faktor risiko obesitas.10 Studi ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan YLKI mengenai makanan cepat saji. Secara umum, kandungan energi, kolesterol dan garam pada makanan cepat saji tinggi namun sangat miskin serat dan bila dikonsumsi secara tidak rasional dalam jangka waktu yang relatif lama maka akan dapat menimbulkan obesitas.2 Setelah dilakukan uji korelasi, ternyata didapatkan hasil bahwa persentase kalori yang berasal dari makanan cepat saji tidak mempunyai hubungan untuk terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan persentase kalori yang berasal dari makanan cepat saji pada penelitian ini tidak begitu besar, hanya berkisar 6% dari total intake kalori per hari, sehingga tidak begitu berpengaruh terhadap terjadinya obesitas. Pada beberapa penelitian, disarankan untuk mengkonsumsi rendah lemak, dengan kalori yang berasal dari lemak <30% untuk mencegah penambahan berat badan.11 SIMPULAN Pada penelitian ini menghasilkan dua kesimpulan; pertama, banyaknya jenis makanan cepat saji yang dikonsumsi bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya obesitas. Kedua, jumlah kalori makanan cepat saji yang dikonsumsi merupakan faktor risiko terjadinya obesitas. SARAN
UCAPAN TERIMA KASIH Kepada staf administrasi dan pengajar SMUN 3 Semarang yang telah memberikan kemudahan selama berlangsungnya penelitian ini dan semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
|
||||||||||||||||||||||||||||||
www.m3undip.org |
||||||||||||||||||||||||||||||
Berdiri tahun 2005, dipulikasi oleh: Tim Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang |
||||||||||||||||||||||||||||||