LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO

Chintia, Lina (2009) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
163Kb

Abstract

1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang penting bagi kota Cilacap dan Tegal. Potensi kota Cilacap sebagai pusat industri Jawa Tengah bagian selatan dan kota Tegal di utara Jawa Tengah memberi peluang kota Purwokerto untuk tumbuh dan berkembang sebagai kota transit yang prospektif, terutama di bidang perdagangan. Di samping itu kota Purwokerto juga memiliki akses yang cukup kuat dan relatif besar menuju Yogyakarta dan Bandung. Di posisi jalur transportasi ini, kedudukan kota Purwokerto sebagai kota transit juga masih berperan. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong perkembangan kota Purwokerto sekaligus menjadikan Purwokerto sebagai pusat pertumbuhan bagi kota-kota di sekitarnya. Dikutip dari RUTRK dan RDTRK Kota Purwokerto, kota Purwokerto merupakan ibukota kabupaten dan pusat pengembangan yang cukup berpengaruh di dalam proses pertumbuhan baik lokal maupun regional. Selain itu karena letaknya yang strategis yaitu pada jalan regional, maka kota Purwokerto memiliki peran sebagai daerah pusat pemasaran, perdagangan dan jasa. Kawasan perdagangan komersial tingkat regional, tumbuh dan berkembang di pusat kota, tepatnya di sepanjang Jalan Jendral Sudirman. Perdagangan ini meliputi pasar, pertokoan, warung, dan sebagainya, dengan Pasar Wage sebagai pusat orientasi utamanya. Melihat potensi tersebut, di wilayah ini dimungkinkan akan selalu berkembang kompleks perdagangan, terutama untuk pertokoan dan pasar swalayan dengan skala sedang dan besar. Jalan Jendral Sudirman yang merupakan koridor utama yang melintas di pusat kota dijadikan sebagai barometer untuk koridor-koridor jalan lain di Purwokerto. Di mana untuk ruas Jalan Jendral Sudirman ke arah barat dalam perkembangannya tumbuh pesat dalam bidang perkantoran, perdagangan dan jasa dengan banyak bangunan-bangunan baru yang bergaya arsitektur masa kini. Sementara ruas Jalan Jendral Sudirman ke arah timur yang dapat dikatakan sebagai embrio pusat perdagangan Purwokerto pada awal perkembangan kota dengan kondisi eksisting bangunan yang sebagian diantaranya masih asli yakni belum terpengaruh oleh arsitektur masa kini. Seiring dengan pertumbuhan perdagangan dan jasa di koridor Jalan Jendral Sudirman tersebut muncul beberapa pengaruh negatif yang dapat menurunkan kualitas lingkungan perkotaan akibat dari kurang terencananya koridor Jalan Jendral Sudirman. Jika ditinjau dengan delapan elemen Urban Design oleh Hamid Shirvani permasalahan di ruas barat Jalan Jendral Sudirman tersebut diantaranya bahu jalan yang merupakan arus sirkulasi kendaraan baik di jalur lambat dan jalan utama digunakan sebagai area parkir kendaraan sehingga memerlukan penanganan yang serius. Permasalahan lain juga timbul akibat dari PKL yang kurang terencana sehingga perkembangannya cukup mengganggu aktivitas lain, seperti area PKL yang menggunakan jalur pedestrian sehingga keberadaan PKL menjadi masalah baru yang perlu diatasi. Sedangkan permasalahan yang terjadi pada fasade bangunan yang ada di penggal Jalan Jendral Sudirman diantaranya bangunan yang berbeda-beda karakter baik dalam langgam arsitektur bangunan maupun dari ketinggian dan skala bangunannya, sehingga tampak kurang harmonis dan tata guna lahan yang diterapkan dalam bangunan masih ada yang belum memenuhi peraturan Tata Guna Lahan. Selain permasalahan di atas permasalahan lain juga terjadi akibat kurangnya elemen-elemen perkotaan yang merupakan penunjang kegiatan, seperti kurangnya street furniture yang ada di sepanjang koridor tersebut serta kurangnya penanda-penanda jalan/signages. Dan baru-baru ini terjadi pembebasan alun-alun kota Purwokerto dari PKL yang jika ditinjau secara fungsi tidak lagi menjadikannya ruang publik kota sepenuhnya. Sama halnya yang terjadi di ruas timur Jalan Jendral Sudirman. Banyak PKL yang mamakai jalur pedestrian sebagai area berdagang serta pemakaian bahu jalan untuk parkir kendaraan. Disamping itu juga kurangnya penunjang kegiatan seperti street furniture dan penanda-penanda jalan. Dan masalah terpenting yang perlu segera ditindaklanjuti adalah suasana ruas timur Jalan Jendral Sudirman yang “mati” saat malam hari. Padahal dengan potensi yang ada seharusnya koridor ini dapat lebih lively. Kompleksitas permasalahan pada koridor di Jalan Jendral Sudirman perlu dipikirkan secara komprehensif alternatif pemecahannya. Oleh sebab itu penataan terhadap koridor sangat diperlukan guna menata vista dan serial vision (pengertian serial vision—yang dikutip dari buku Ruang Publik dalam Arsitektur Kota oleh Prof.Ir. Edy Darmawan, M.Eng—yaitu penataan secara visual suatu penggal jalan tertentu atau ruang terbuka, dengan menempatkan focal point atau kontras tertentu sehingga menimbulkan suatu dramatisasi dalam suatu deretan visual, dengan demikian pengamat akan merasa terkejut terhadap suatu pandangan yang terlihat sepotong-sepotong) koridor dari daerah tersebut, diantaranya penanganan masalah parkir yang keberadaanya masih mengganggu aktivitas lainnya, pemberian fasilitas berupa area PKL yang dapat menampung semua kegiatan yang ada dan memfungsikan kembali alun-alun sebagai ruang publik kota, pemberian elemen-elemen yang dapat mengikat arsitektur masa lampau dan masa kini menjadi satu kesatuan yang harmonis serta pemberian perabot jalan (street furniture) yang merupakan fasilitas penunjang yang ada di koridor Jalan Jendral Sudirman. Dengan melihat uraian di atas maka koridor Jalan Jendral Jendral Sudirman yang merupakan koridor utama kota membutuhkan penataan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut diantaranya dengan cara mengetahui secara rinci permasalahan-permasalahan yang ada dan menggali potensi di sepanjang koridor sehingga dapat memberikan solusi-solusi yang tepat serta mewujudkan ruang publik dan vista kota yang lebih baik. 1.2. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Untuk memberikan solusi yang berupa penataan kawasan Jalan Jendral Sudirman Purwokerto sebagai pembentukan ruang publik dan vista kota dengan mengatasi permasalahan yang terjadi dan menggali potensi ada. Sasaran Untuk mendapatkan kriteria-kriteria serta ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan sebagai dasar penataan kawasan Jalan Jendral Sudirman Purwokerto. 1.3. MANFAAT PEMBAHASAN Subyektif Sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan ke studio grafis, sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai jenjang strata S1. Obyektif Diharapkan nantinya dapat dihasilkan suatu Landasan Program Perencanaan dan Perancangan yang dapat digunakan sebagai dasar guna mengangkat potensi-potensi dalam penataan kawasan penggal Jalan Jendral Sudirman Purwokerto. 1.4. LINGKUP PEMBAHASAN Pembahasan dititikberatkan pada penataan koridor untuk membentuk ruang publik dan vista kota yang ditinjau dari disiplin ilmu urban design. Disiplin ilmu urban design tersebut digunakan sebagai acuan menganalisa koridor Jalan Jendral Sudirman Purwokerto. 1.5. METODEPEMBAHASAN Tahap Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui pengamatan, foto, dan dengan wawancara dengan nara sumber untuk mengetahui tentang data, masalah, potensi koridor serta dengan studi literatur. Tahap Analisa Menganalisa data yang ada serta menggali potensi dan masalah yang ada dan mencari kerterkaitan antar masalah sehingga diperoleh gambaran sebab timbulnya masalah. Pada tahap analisa telah didasari oleh landasan teoris serta tinjauan koridor utamanya. Tahap Sintesa Tahap sintesa merupakan tindak lanjut dari tahap analisa dimana upaya pemecahan masalah dilakukan secara menyeluruh dengan pertimbangan dari berbagai segi. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku, potensi yang ada, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, diolah secara terpadu hingga diperoleh suatu output berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah, yang dalam hal ini berupa landasan program perencanaan. 1.6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Secara garis besar pembahasan laporan LP3A ini dapat diuraikan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang permasalahan, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup pembahasan, metodologi dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang tinjauan mengenai koridor, teori Urban Design, dan teori Citra Kota yang digunakan sebagai acuan untuk menata dan mengatur kembali vista koridor kota, serta studi banding yang relevan dengan wilayah studi. BAB III TINJAUAN KAWASAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN PURWOKERTO Berisi tentang bahasan mengenai lokasi koridor, peraturan daerah setempat, batas penataan koridor, kondisi fisik-non fisik koridor, dan utilitas koridor Jalan Jendral Sudirman Purwokerto, BAB IV BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi tentang pembatasan lingkup penataan dan anggapan-anggapan yang dipakai untuk memudahkan dan memperjelas dalam penataan koridor Jalan Jendral Sudirman Purwokerto. BAB V PENDEKATAN PERANCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang analisa dari bab-bab sebelumnya yang berisi pendekatan-pendekatan dan perancangan penataan koridor Jalan Jendral Sudirman Purwokerto. BAB VI KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Berisi konsep dasar perencanaan dan perancangan penataan koridor serta hasil analisa besaran ruang. 1.7. DIAGRAM ALUR PIKIR

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:989
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:02 Oct 2009 10:30
Last Modified:23 Oct 2009 13:34

Repository Staff Only: item control page