ANALISIS STRATEGI MENGEMBANGKAN VOLUME TRANSAKSI PERANTARA PEDAGANG EFEK STUDI KASUS PADA PT. BEPEDE JATENG SECURITIES

Abstract

ABSTRACTION Deregulation policlies of Capital Market which has done by Government since 1988 in order to develop Capital Market has started appear this result. Taxes application to interest deposits and saving accounts, foreign capitalists allow to buy 49% stock of registered stock, giving protection to investor, transparency of emitten, stability of politic-economy-social and culture, and supported by the favourable macro economic condition, Capital Market in Indonesia growing so fast. In 1991 funds which have collected by Capital Market is Rp 29,29 billion - in other word - take 23,9% from all of funds which have collected by Capital Market and Banking, while in 1996 funds which have collected by Capital Market is Rp 192,24 billion or take 41,6% from all of funds which have collected by Capital Market and Banking. But unfortunately , Capital Market development is not supported by domestic investor. Transactions which have done are 70% by foreign investor and 30% by domestic investor. The efforts to extend domestic investor role is done by giving facility to found regional Broker. PT Bepede Jateng Securities is one of Broker in Semarang. PT Bepede Jateng Securities run in broker service matter and also as trader. As broker will get some fee by buy and sale stocks and bonds, and as trader will get earn from capital gain and dividend. Amount of earning as broker is very depend on transaction frequency and volume which is accounted by Rupiah. From research result : transaction frequency is significantly with volume call and margin trading; company in favourable position for short term won't get any problem - while for long term will get problem if this condition is not anticipated immediately, company has specific strength to extend specific policy, strength has to use as good as possible specially for product and service, even the strength has to extend, while the weakness in price, promotion and distribution matter has to get some way out. Liquidity tool which is too liquid will become burden to company, while creditor trust has to maintain well. Business rentability decline so that profit which is given to owner is very minimum even that's not normally. Declining profit in 1994, 1995 and July 1996 cause by capital market business which extend costs due to capital loss. The biggest threat comes from competitor which start to open their branches in Semarang and emerging new company - that is Reksa Dana, which is extend extremely by Government. To develop this company better we need get some step strategic : to stand the exist products, to create new product, having cooperation with third parties to get new earning, to add capital and to develop human resources in order to create professional employee with a good salary and to improve the weaknesses. INTISARI Kebijakan deregulasi dalam bidang Pasar Modal yang dilakukan oleh Pemerintah sejak tahun 1988 sampai sekarang untuk mengembangkan Pasar Modal telah nampak hasilnya. Pengenaan pajak pada bunga deposito, diperbolehkan pemodal Asing untuk membeli saham sebatas 49% dari saham yang didaftarkan, pemberian perlindungan kepada investor, transparansi dari emiten, Poleksosbud yang stabil, serta ditunjang dengan keadaan ekonomi makro yang sangat menguntungkan membuat Pasar Modal di Indonesia berkembang dengan pesat. Pada tahun 1991 dana yang dapat dihimpun dari Pasar Modal sebesar Rp.29,29 trilyun atau menduduki 23,9% dad seluruh dana yang dihimpun balk dari Pasar Modal dan Perbankan, sedangkan pada tahun 1996 dana yang dapat dihimpun Pasar Modal sebesar Rp.192,24 trilyun atau menduduki 41,6 % dari dana yang dihimpun oleh Pasar Modal dan Perbankan. Perkembangan Pasar Modal ini sayangnya belum didukung oleh investor Dalam Negeri. Transaksi yang terjadi 70% oleh Pemodal Asing dan 30% dari Pemodal Dalam Negeri. Usaha untuk meningkatkan peranan investor Dalam Negeri dilakukan dengan kemudahan untuk mendirikan Perantara Pedagang Efek di daerah-daerah. PT Bepede Jateng Securities adalah salah satu Perantara Pedagang Efek di daerah Semarang. PT Bepede Jateng Securities bergerak dibidang jasa perantara efek dan sebagai pedagang efek. Sebagai perantara mendapatkan fee atas jual dan beli efek, sedangkan sebagai pedagang mendapatkan pendapatan dari capital gain dan deviden. Besarnya pendapatan sebagai perantara sangat tergantung pada frekuensi transaksi dan volume transaksi dalam jumlah rupiah. Dad hasil penelitian : frekuensi transaksi sangat dipengaruhi oleh volume call dan margin trading; perusahaan pada posisi favourable pada jangka pendek tidak mengalami masalah sendangkan pada jangka panjang terdapat masalah bila tidak disiasati secara dini; perusahaan mempunyai kekuatan tertentu untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu; keunggulan perlu dimanfaatkan dengan baik terutama pada produk dan pelayanan, bahkan keunggulan tersebut perlu ditingkatkan, kelemahan yang ada yaitu dibidang harga, promosi dan distribusi perlu dicarikan jalan keluar. Alat likuid yang terlalu besar akan membebani perusahaan, sedangkan kepercayaan kreditur harus dijaga dengan baik. Rentabilas usaha mengalami penurunan sehingga keuntungan yang diberikan kepada pemilik sangat minim bahkan diluar kewajaran. Keuntungan yang menurun pada tahun 1994, 1995 serta Juli 1996 disebabkan adanya usaha perdagangan efek yang memperbesar biaya karena adanya capital loss. Ancaman terbesar adalah para pesaing yang sudah mulai membuka cabang di Semarang dan munculnya perusahaan baru yaitu Reksa Dana yang sedang digalakan oleh Pemerintah Untuk dapat mengembangkan perusahaan ini lebih baik lagi perlu diambil langkah-langkah : tetap mempertahankan produk yang ada, menciptakan produk baru, kerjasama pihak ketiga dalam menggali pendapatan baru, menambah modal serta sumber daya manusia dikembang tingkatkan untuk menjadi tenaga profesional dengan pendapatan yang memadai serta memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada.