PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG

CAHYA SUMARNA, ADHI (2002) PENATAAN KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
45Kb

Abstract

1.1 Latar Belakang Gedong batu atau biasa juga disebut Sam Poo Kong, yang berada di kotamadya Semarang, merupakan suatu kompleks peribadatan tri dharma (Kong Hu Cu, Tao dan Buddha) yang didirikan untuk menghormati jasa-jasa Sam Poo Tay Dijen sebagai utusan dari tiongkok pada masa dinasti Ming (1368-1643). Dalam pelayarannya yang kedua kalinya ke tanah jawa pada tahun 1416, Sam Poo Tay Djien mendarat di daerah Simongan Semarang yang pada saat itu masih merupakan pantai. Berdasarkan sejarah perkembangan kota Semarang, kawasan Gedong Batu memiliki ikatan kuat dengan kawasan lain seperti pelabuhan Tanjung Mas, Kampung Melayu, Kota Lama, Kampung Pecinan dan Kauman. Dalam implementasi urutan perkembangan kota, Gedong Batu menjadi pintu gerbang menuju kawasan lain disekitarnya. Karakter sejarah yang melekat pada kawasan Gedong Batu sebagai suatu ‘spirit of place’ merupakan potensi besar dalam penataan dan pengembangan kawasan yang kontekstual dengan posisi dan kondisi historisnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, Gedong Batu adalah salah satu objek wisata di Semarang yang dikategorikan sebagai bangunan konservasi dengan klasifikasi bangunan peribadatan. Sam Poo Kong merupakan peninggalan seni budaya yang dibangun dengan kekhasan arsitektur Cina yang indah dipadu dengan arsitektur Jawa. Percampuran dua budaya yang menyatu menjadi suatu daya tarik tersendiri di tengah kawasan permukiman dan industri yang ada di sekitarnya. Dengan jarak yang relative dekat, yaitu sekitar 5 km dari pusat kota Semarang dan sekitar 4km dari buandar udara Ahmad Yani, tempat ini banyak dikunjungi orang terutama untuk berdoa dan bersembahyang selain banyak juga yang berkunjung untuk menikmati keindahan arsitektur bangunan kelenteng ini. Bangunan yang syarat dengan sejarah dan legenda ini semula kurang dipromosikan karena adanya larangan pemerintah Orde Baru yang melarang tampilnya budaya etnis Cina. Dengan dicabutnya peraturan tersebut, maka tidak ada halangan lagi untuk memasarkan keunikan objek wisata ini agar menjadi asset wisata andalan. Berbagai atraksi digelar untuk menarik wisatawan, salah satunya adalah atraksi tari Liong Samsi dari beberapa klenteng di Jawa Tengah dengan melakukan unjuk kebolehan di halaman Klenteng Sam Poo Kong, Gedong Batu Semarang. (Kompas, Minggu, 19 Agustus 2001). Kelenteng ini sangat diminati oleh wisatawan baik domestic maupun mancanegara mengingat megahnya bangunan ini dengan patung-patungnya yang besar symbol keagaman Budhisme (www.cyberlifestyle.com/guide to semarang/). bahkan beberapa turis asing terlihat antusias terhadap keindahan klenteng terbesar di Jawa Tengah ini dengan sajian atraksi Barongsaynya. (Suara Merdeka, Minggu 17 Maret 2002). Kawasan Gedong Batu yang sebenarnya kaya seni dan budaya itu selama ini memang memerlukan perhatian. (Suara Merdeka 2 Juli 2001). Kelenteng Sam Poo Kong merupakan akulturasi dari budaya Cina, Jawa, Budha, Islam. Ketua panitia festival Sam Poo Kong, Dr. Bina Suhendra menekankan, akulturasi budaya dalam klenteng Sam Poo Kong merupakan modal utama pengembangan kawasan ini sebagai asset wisata. Lebih dari itu, akulturasi budaya itu merupakan salah satu penyebab Kota Semarang aman selama ini. Kawasan Simongan, dimana klenteng Sam Poo Kong ini berada, dalam perkembangannya menjadi daerah permukiman dan industri sehingga diperlukan tindakan preventif untuk mencegah rusaknya kawasan ini karena pengaruh lingkungan sekitarnya. Terlebih dengan rencana pembangunan yang semakin pesat di sekitar kawasan ini, khususnya terbangunnya jalan arteri yang melintasi kawasan ini yang berarti kawasan ini menjadi strategis dari segi ekonomi. (Dinas Pariwisata KOdya Semarang). Dengan pendekatan Perancangan Kota (urban space) diharapkan mampu menjawab permasalahan yang muncul berkaitan dengan lingkungan dan sosian budaya masyarakat sekitar kawasan Untuk melestarikan peninggalan hasil seni budaya dan bangunan bersejarah bagi kota Semarang, diperlukan suatu pengembangan yang bersifat melindungi dan melestarikan Gedong Batu (Sam Poo Kong) sebagai warisan seni budaya dan sejarah serta menjadikan kawasan ini potensial untk dikembangkan menjadi objek wisata terutama wisata budaya yang bisa menjadi penyeimbang bagi kesibukan kawasan sekitarnya. 1.2 Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Tujuan Menciptakan fasilitas dan sarana prasarana wisata budaya bagi penduduk kota Semarang dengan menggali potensi yang ada pada kawasan Gedong Batu Menciptakan suatu penataan kawasan Gedong Batu Sam Poo Kong sebagai kawasan wisata budaya dengan pendekatan perancangan kota. 1.2.2 Sasaran Tersusunnya langkah-langkah dasar proses perencanaan dan perancangan penataan kawasan Gedong Batu (Sam Poo Kong) sebagai kawasan wisata budaya di Semarang berdasarkan aspek-aspek panduan perancangan. 1.3 Manfaat 1.3.1 Subyektif Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti mata kuliah Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Juga sebagai pegangan dan acuan selanjutnya dalam Desain Grafis Arsitektur (DGA) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Tugas Akhir. 1.3.2 Obyektif Dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan dan pengembangan wawasan bagi mahasiswa yang akan mengajukan Laporan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Tugas Akhir. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Subtansial Merencanakan dan merancang penataan kawasan Gedong Batu (Sam Poo Kong) sebagai kawasan wisata budaya di Semarang. Hal-hal di luar ilmu arsitektur akan di bahas seperlunya sepanjang masih relevan dan mendukung permasalahan utama. 1.4.2 Spasial Lingkup spasial perencanaan adalah kawasan Gedong Batu Sam Poo Kong dan sekitarnya yang terletak di kelurahan Bongsari, kecamatan Semarang Barat yang dibatasi : Sebelah Utara : jalan arteri sekunder Pamularsih Sebelah Selatan : kawasan industri farmasi Phapros Sebelah Timur : sungai Banjir Kanal Barat Sebelah Barat : bukit Simongan 1.5 Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan dalam penyusunan laporan perencanaan ini adalah metode analisa yang mendukung rencana pengembangan kawasan wisata budaya di Semarang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan survey lapangan dan sumber-sumber yang mendukung (literatur) 1.6 Sistematika Pembahasan Secara garis besar sistematika pembahasan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, manfaat, lingkup bahasan, metode pembahasan yang digunakan, alur pikir serta sistematika pembahasan yang berisi pokok-pokok pikiran dalam setiap bab serta pembahasan laporan perencanaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi landasan teori penataan kawasan dan tinjauan wisata budaya sebagai dasar perencanaan kawasan BAB III DATA KAWASAN GEDONG BATU Berisi tinjauan kota Semarang secara umum dan tinjuan kawasan gedong batu dengan kebijakan-kebijakan serta potensi dan permasalahan didalamnya BAB IV ANALISA KAWASAN GEDONG BATU SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Berisi tentang analisa penataan kawasan gedong batu sebagai kawasan wisata budaya sehingga diperoleh gambaran makro perencanaan BAB V KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi kesimpulan, batasan dan anggapan untuk perencanaan dan perancangan dalam penataan kawasan Gedong Batu BAB VI PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Membahas tentang pendekatan aktivitas dan tuntutan kebutuhan ruang, pendekatan perencanaan dan perancangan penataan kawasan BAB VII LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang konsep dasar perencanaan dan pengembangan serta program ruang kawasan.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Electrical Engineering
Faculty of Engineering > Department of Electrical Engineering
ID Code:8385
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:12 Apr 2010 09:00
Last Modified:12 Apr 2010 09:00

Repository Staff Only: item control page