PUSPITASARI, RENI (2019) FESTIVAL RAKYAT THONG-THONG LÈK SEBAGAI ARENA GENGSI MASYARAKAT DI KABUPATEN REMBANG. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Budaya.
| PDF 6Mb |
Abstract
Thong-thong Lèk merupakan kesenian ikonis di bulan Ramadhan yang berkembang seiring dengan perkembangan zaman, namun hal ini tidak mengurangi minat masyarakat. Tulisan ini mengungkapkan bagaimana kesenian Thong-thong Lèk ini tetap bertahan meliputi sejarah, perkembangan dan daya tariknya. Selain itu tulisan ini mengungkapkan dukungan masyarakat hingga membuat festival kesenian ini menjadi sebuah arena gengsi masyarakat. Pendekatan yang digunakan untuk mengkaji penelitian ini, yaitu Interaksionisme Simbolik oleh Herbert Blumer. Penelitian menggunakan metode penelitian etnografi dengan teknik penelitian, yaitu: studi pustaka, observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Berdasarkan hasil penelitian, bertahannya kesenian Thong-thong Lèk yang ada di Kabupaten Rembang tidak terlepas dari peran masyarakat dan pemerintah. Peran masyarakat adalah membuat kesenian ini terlihat menarik bagi semua kalangan dengan kreativitas dalam mengemas dan menyajikan kesenian Thong-thong Lèk setiap tahun. Peran pemerintah dari awal adalah mewadahi kesenian Thong-thong Lèk dan membuat perlombaan. Gengsi sosial sosial hadir di tengah-tengah masyarakat Rembang sebagai rasa kebanggaan mereka terhadap grup desanya yang mengikuti festival kesenian Thong-thong Lèk. Gengsi sosial mengakibatkan perubahan fungsi Thong-thong Lèk dari waktu ke waktu, yaitu: sebagai pelestarian budaya; kebanggaan desa, perekat sosial masyarakat dalam maupun luar kota; kemeriahan bulan puasa Ramadhan; dan sajian budaya dalam pariwisata. Thong-thong Lèk is an iconic art in the month of Ramadan that develops along with the times, but this does not reduce the interest of the community. This paper reveals how the Thong-thong Lèk art still survives covering its history, development and appeal. In addition this article expresses community support to make this art festival an arena of community prestige. The approach used to study this research, namely Symbolic Interactionism by Herbert Blumer. The research uses ethnographic research methods with research techniques, namely: literature study, participatory observation and in-depth interviews. Based on research results, the survival of Thong-thong Lèk art in Rembang Regency is inseparable from the role of the community and the government. The role of the community is to make this art look attractive to all groups with creativity in packaging and presenting Thong-thong Lèk art every year. The role of the government from the start was to accommodate the arts of Thong-thong Lèk and make competitions. Social prestige is present in the midst of the people of Rembang as a sense of pride in the village group that follows the Thong-thong Lèk art festival. Social prestige results in changes in the function of Thong-thong Lèk from time to time, namely: as a cultural preservation; village pride, social glue in and out of town; the joy of the fasting month of Ramadan; and cultural offerings in tourism.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of Anthroplogy |
ID Code: | 81077 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 23 Jul 2020 12:25 |
Last Modified: | 23 Jul 2020 12:25 |
Repository Staff Only: item control page