RAHAYUWATI, RAHAYUWATI (2019) PERUBAHAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT PETANI-NELAYAN PASCA PEMBANGUNAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI: STUDI KASUS PEMAKNAAN DAN FUNGSI RITUAL SEDEKAH LAUT MASYARAKAT SADENG, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Budaya.
| PDF 2323Kb |
Abstract
Sedekah laut merupakan sebuah ritual bagi masyarakat nelayan yang dilaksanaan secara rutin setahun sekali pada bulan Suro. Ritual sedekah laut dilaksanakan untuk menjembatani kegelisahan para nelayan akan keselamatan dan rezekinya kepada Tuhan dan berkomunikasi secara simbolik kepada penguasa laut pantai selatan yaitu, Nyi Roro Kidul. Karena hal tersebut, upacara sedekah laut menjadi sebuah kewajiban moral yang wajib untuk dilaksanakan oleh masyarakat nelayan. Dibalik tradisi sedekah laut tersebut, terdapat hal menarik pada masyarakat Sadeng, yaitu mereka yang semula merupakan masyarakat secara umum berbasis agraris, berubah menjadi nelayan setelah adanya pembangunan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) pada tahun 1992. Pembangunan PPP Sadeng memberikan dampak cukup besar pada masyarakat di Sadeng, selain memberikan dorongan kepada masyarakat seputarnya untuk menjadi nelayan, pembangunan PPP Sadeng juga memberikan pengaruh terhadap munculnya tradisi baru, yaitu tradisi ritual sedekah laut. Peneliti ini merupakan sebuah penelitian etnografi. Pada penelitian kali ini, penulis ingin mengetahui apa dan bagaimana sebenarnya ritual sedekah laut serta makna dan fungsinya bagi masyarakat Sadeng. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa ritual sedekah laut memiliki makna sebagai media komunikasi antara nelayan dan Nyi Roro kidul. Para nelayan meminta izin agar diberikan keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah. Sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. Ritual sedekah laut memiliki fungsi sebagai media untuk menjembatani fraksi-fraksi di masyarakat, menegaskan kembali nilai-nilai masyarakat, memulihkan keseimbangan dan solidaritas antar kelompok. Sedekah laut ritual (sea thanksgiving) is an annual tradition which is held in the Islamic month of Suro by fishing communities in Indonesia, including the fishing community in Sadeng, Gunungkidul, DIY. This ritual functions as a means for the fishermen to ask for safety and sustenance to The Almighty God and to communicate symbolically with Nyi Roro Kidul who is the ruler of the south coast. Therefore, this ritual becomes a moral obligation for the fishing community. There is an interesting fact which can be uncovered regarding how this ritual became a tradition in the first place. Once an agrarian society, the people in Sadeng switched job into becoming fishermen after the establishment of Sadeng Fisheries Port (PPP) in 1992. This establishment brought huge impacts on the lives of the local people, including the emergence of sedekah laut, which is a common tradition for a fishing community. In this ethnographic study, the writer wants to examine what this sedekah laut is all about as well as to identify its meaning and function for Sadeng community. It can be drawn from the results of this study that the meaning of this ritual is communicating with Nyi Roro Kidul in order to ask for safety and to get plenty of earnings from fishing. Sedekah laut also functions as a means to fix social fragmentation, to redefine values, as well as to restore balance and solidarity between groups within the community. That way, Sadeng people can live a peaceful and content life.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology |
Divisions: | Faculty of Humanities > Department of Anthroplogy |
ID Code: | 81057 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 23 Jul 2020 11:37 |
Last Modified: | 23 Jul 2020 11:37 |
Repository Staff Only: item control page