IDENTITAS HYBRID CINA (STUDI KASUS KELURAHAN GABAHAN, KECAMATAN SEMARANG TENGAH, SEMARANG)

PURNAMA, NIDYA SARI (2019) IDENTITAS HYBRID CINA (STUDI KASUS KELURAHAN GABAHAN, KECAMATAN SEMARANG TENGAH, SEMARANG). Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Budaya.

[img]
Preview
PDF
1749Kb

Abstract

Semarang terdiri dari berbagai macam etnis yang hidup berdampingan, yaitu Etnis Cina, Etnis Arab dan Etnis Jawa. Keberagaman itu disimbolkan dengan Warak Ngendhog berwujud binatang dengan tiga bagian tubuh yang merepresentasikan tiga etnis besar di Kota Semarang yaitu Cina, Arab, dan Jawa. Sehingga Warak Ngendhog dapat mencerminkan identitas hybrid atau identitas yang saling bertumpuk. Kelurahan Gabahan menjadi tempat penelitian saya tentang adanya identitas yang timbul akibat persinggungan antara Etnis Cina dan Etnis Jawa yang terjadi di wilayah “kumuh” Kota Semarang. Tujuan utama penelitian ini secara umum ialah untuk melihat dan menggambarkan terwujudnya identitas yang terjadi akibat adanya persinggungan dua identitas yang saling mempengaruhi sehingga terwujud identitas baru yang bercampur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara, observasi partisipasi, dan studi pustaka. Dalam menentukan subjek penelitian digunakan metode snowball sampling yang kemudian menghasilkan 4 informan dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Identitas Hibrid terbentuk dari adanya proses interaksi kultural dan negoisasi budaya yang melahirkan identitas hibrid. Identitas hybrid atau identitas campuran ini terjadi akibat pelenturan identitas yang berbeda dan terbentuk melalui sebuah kontestasi dimana identitas tersebutsaling berkompetisi atau bernegosiasi sama lain sehingga menghasilkan identitas baru yang lebih mapan. Semarang consists of various ethnic groups who live side by side, those are Chinese, Arabic and Javanese. The diversity of those ethnic groups is symbolized by Warak Ngendhog in the form of a creature which has body parts of three animals. Warak Ngendhog can reflect a "hybrid identity" or overlapping identities. The research is conducted in Gabahan Village, the place where Chinese and Javanese culture meets. The main purpose of this study is to describe the existence of hybrid identity that appears due to the concourse of Javanese and Chinese culture which coexists in Gabahan village. This study uses a qualitative approach with ethnographic methods. Data collection techniques obtained from interviews, participant observation, and literature study. The subjects of this research are obtained with snowball sampling method which then produced 4 informants with a variety of different backgrounds. Based on the results, it can be concluded that hybrid identity is formed from the existence of a process of cultural interaction and cultural negotiation that gives birth to a hybrid identity. The hybrid identity occurs due to a different flexing of identity and is formed through a contestation where the identity competes with or negotiates with each other resulting in a new, more established identity.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
Divisions:Faculty of Humanities > Department of Anthroplogy
ID Code:81051
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:23 Jul 2020 11:22
Last Modified:23 Jul 2020 11:22

Repository Staff Only: item control page