KAMPUNG PELANGI (Studi tentang Kampung Wonosari sebagai Kampung Wisata di Kota Semarang)

WAHYUNINGSIH, DWI (2019) KAMPUNG PELANGI (Studi tentang Kampung Wonosari sebagai Kampung Wisata di Kota Semarang). Undergraduate thesis, Fakultas Ilmu Budaya.

[img]
Preview
PDF
2649Kb

Abstract

Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang mengalami pertumbuhan penduduk yang cukup pesat. Perkembangan kota-kota di Indonesia diiringi oleh perubahan positif dan negatif. Perubahan positif yang terlihat adalah pertumbuhan ekonomi yang cepat. Hal ini menciptakan dinamika perkotaan, perubahan penggunaan lahan, serta munculnya permukiman legal dan ilegal serta permasalahan lain. Munculnya permukiman kumuh dengan keterbatasan sarana dan prasarana pendukung menunjukkan adanya kantong-kantong kemiskinan di perkotaan. Adanya masyarakat miskin perkotaan di Pusat Kota Semarang menyebabkan sebuah masalah yang berkaitan dengan keindahan dan penataan kota. Salah satu kawasan kumuh yang menjadi perhatian Pemerintah Kota Semarang adalah Kampung Wonosari. Pemerintah Kota Semarang melakukan penataan pada Kampung Wonosari dengan menjadikannya kampung tematik yang bertemakan warna-warni pelangi, sehingga kampung tersebut berubah menjadi kampung wisata “Kampung Pelangi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui respon masyarakat Kampung Wonosari terhadap upaya penataan lingkungan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang guna menjadi Role Model pengentasan kampung miskin perkotaan di Kota Semaran. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana bentuk adaptasi dari masyarakat Kampung Wonosari terhadap pembangunan Kampung Pelangi. Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode etnografi antropologi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik observasi partisipan dan wawancara mendalam sebagai instrument utama penelitian. Hasilnya menunjukan bahwa masyarakat Kampung Wonosari memiliki dua respon berbeda dalam menanggapi pembangunan Kampung Pelangi, respon tersebut adalah respon aktif dan respon pasif. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan pembangunan antara RW 03 dan RW 04. Selain itu kurang optimalnya peran Pokdarwis dalam melakukan rencana pengembangan wisata Kampung Pelangi membuat destinasi wisata tersebut mengalami pengurangan jumlah pengunjung. Oleh karena itu, peran Pemerintah Kota Semarang diperlukan guna melakukan monitoring dan evaluasi pada pembangunan Kampung Pelangi, karena masyarakat Kampung Pelangi sendiri belum siap sepenuhnya untuk menjadi kampung wisata. Semarang is one of the city in Indonesia that experiences a quite fast growth of the population. The development of cities in Indonesia has within positive and negative impacts. One of the positive impact that can be seen is the rapid growth of the economy. This has caused the change in the dynamic of the city, alteration of the usage of the land and also the appearance of legal and illegal residence as well as other problems. The appearance of densely populated residence with the limitation of basic facilities shows the availability of poverty in the city. The existence of poor people in the city center of Semarang city has also been known to cause some major problems related to the beauty and the placement of the city. One of the most congested area that has been the biggest concerned of the local government is Wonosari. As the endeavor to transform the village into a thematic kampong, the local government has made tremendous arrangement so that the Kampong can be transformed into a tourism kampong named “Kampung Pelangi”. This research is meant to find out the response of the local people of Wonosari regarding the attempt of the local government in arranging the neighborhood as the role model in eliminating the poor area of the city in Semarang. Furthermore, this research has also the objective to discover the form of adaptation of the people of Wonosari over the development of Kampung Pelangi. This thesis uses qualitative research with the ethnographic method of anthropology. The data analysis techniques being used here are the participant observation method and deep interview as the main instrument of the research. In the end, it shows that the people of Wonosari has two different ways, which are passive and active response. The reason behind this difference is of the inequality of development between RW 03 and RW 04. Also, the role of the Pokdarwis in doing the planning of the development of tourism Kampung Pelangi is considered not optimal and causes the decrease in the number of visitors. Therefore, the role of the local government is needed in monitoring and evaluating the development of Kampung Pelangi, because the people of Kampung Pelangi is not yet ready to transform independently into a tourism kampong.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
Divisions:Faculty of Humanities > Department of Anthroplogy
ID Code:81038
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:23 Jul 2020 10:44
Last Modified:23 Jul 2020 10:44

Repository Staff Only: item control page