Wacana Takfiri (Kafir-Mengkafirkan) Di Dalam Feature Jurnalis Harian Umum Republika Periode 2011-2018

Abstract

Pengucilan atau peminggiran umunya dilakukan dengan pilihan-pilihan bahasa yang bernada pengasaran (disfemisme) seperti aliran sesat, penistaan agama, kafir, dll. Sementara media yang terlihat melakukan pembelaan menggunakan bahasa-bahasa yang mengelaborasi tentang kebebasan berkeyakinan dan hak-hak asasi manusia. Hal tersebut menunjukkan bahwa masalah takfiri di dalam penelitian ini adalah masalah yang amat peka, sensitif khususnya bagi orang yang beragama, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskripstif dengan pendekatan teori wacana kritis. Sedangkan model analisisnya menggunakan teknik analisis wacana kritis milik Teun A. van Dijk, teknik analisis yang mendeskriptifkan bagaimana teks diproduksi seseorang. Dari hasil penelitian pada dua buah gaya artikel feature jurnalis HU Republika diperoleh temuan bahwa wacana takfiri di dalam feature jurnalis, yaitu yang berjudul: “Tak Cukup Terjemah untuk Memahami al-Qur’an” dan “Momok Paling Ditakuti Arab” memiliki makna wacana pada aspek-aspek; kognisi sosial, dan konteks sosial jurnalis. Dalam feature tersebut menggunakan kalimat pengandaian, kata-kata sinonim, dan metafora. Setiap jurnalis memiliki pandangan makna teks wacana yang berbeda-beda. Juga ditemukan penggunaan kalimat, dan pemilihan kata yang merupakan faktor kemana arah teks wacana tersebut ditekankan.