PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA

KHASANAH, USWATUN (2002) PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
52Kb

Abstract

1.1 LATAR BELAKANG Surakarta sebagai kota budaya di Jawa Tengah memiliki beragam potensi kesenian yang mampu menarik para wisatawan baik domestic maupun mancanegara. Salah satu kesenian asli Surakarta adalah Wayang Orang, yaitu seni drama tari yang mengambil cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai induk ceritanya. Dalam berbagai buku mengenai budaya wayang, disebutkan bahwa wayang orang diciptakan Kanjeng Bendara Adipati Aryo Mangkunegara I (1757 - 1795) yang dimainkan oleh para abdi dalem kraton dan dinikmati oleh kalangan dalam kraton sendiri. Usaha memasyarakat kesenian ini makin pesat ketika Sultan Pakubuwono X (1893 – 1939) memprakarsai pertunjukan wayang orang bagi masyarakat umum di Balekambang, Taman Sriwedari dan di Pasar Malam. Pemainnya pun bukan lagi abdi dalem keratin melainkan juga orang-orang diluar kraton yang berbakat menari. Karena kesenian wayang orang mendapat sambutan hangat dari masyarakat, bermunculan berbagai perkumpulan wayang orang; mula-mula dengan status amatir, kemudian professional. Perkumpulan wayang orang yang cukup tua dan terkenal, diantaranya WO Sriwedari dan WO Ngesti Pandawa di Semarang. Pentas seni wayang orang juga melahirkan seniman-seniman tari yang menonjol antara lain Sastrodirun, Rusman, darsi, dan Surono dari Surakarta; Sastrosabdo dan Nrtosabdo dari Semarang; Kies Slamet dari Jakarta. Tapi sayang, perkembangannya sekarang ini tidak seperti masa-masa keemasannya sepeninggal seniman-seniman yang berbakat itu. Upaya untuk menyempurnakan mutu dan nilai pewayangan sudah banyak yang menangani seperti Senawangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), Yayasan Nawangi (Pembinaan Wayang Indonesia), Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia), Ganasidi (Gabungan Seniman Dalang Seluruh Indonesia). Sebenarnya sudah lengkaplah upaya untuk pembinaan itu, mulai dari wayangnya, dalang sampai penonton sekalipun. Namun perkembangannya tidak seperti yang diharapkan semula, bahkan semakinmerosot mutunya. Dari semua pembinaan yang ada ternyata masih ada yang tertinggal, yaitu pembinaan terhadap tubuh wayang wong (orang). Keadaan krisis ini tidak hanya menyangkut dalangnya saja, tapi juga anak wayangnya beserta keluarganya. Uluran tangan untuk mempertahankan kelestarian memang sangat dibutuhkan. Masalah serius yang dihadapi sekarang ialah bagaimana mewariskan kesenian adiluhung tersebut kepada generasi penerus. Seni waayang meupakan warisan budaya nenek moyang sejak dahulu kala, turun temuun yang diwariskan dari generasi ke generasi dan itu terjadi dengan sendirinya menurut kodrat dan naluri. Namu dialam yang serba modern ini budaya teknologi banyak berpengaruh pada generasi penerus sehingga manusia sekarang harus berupaya mencari jalan untuk mewariskan budaya wayang tadi. Soalnya laju pewarisannya tidak dengan sendirinya lagi. Selain itu generasi muda dewasa ini sudah banyak yang menjauhi. Sastra pewayangan dengan filsafat yang terkandung di dalamnya sudah kurang bahkan tidak diminati dan dihayati karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan jamannya. Sastra Jawa yang merupakan dominant dalam pagelaran wayang sudah kurang bahkan tidak dipahami lagi oleh generasi Jawa yang sekarang sudah bukan Jawa lagi (Guritnu, Pandam.. 1996. Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila). Keutuhan benuknya memang tak bisa lepas unsure lain didalamnya seperti sastra, karawitan (musik), tari, sistim kepercayaan, juga masyarakat pendukungnya (orang Jawa) yang dulu masih homogen. Dihayati secara tidak professional dalam arti tidak mengandalkan hidup dari profesi wayang oaring, kiat itu bertolak dari konspsi bahwa kesenian harus dihayati secara kreatif-inovatif. Ini berarti bahwa pengembalian wayang orang sebagai pertunjukan harus digarap secara serius dan tidak hanya menghibur dengan banyak adegan prengesan atau bahkan mengeksploitasi humor. Maka diperlukan suatu wadah yang mampu menghasilkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan professional dibidang pertunjukan wayang orang sekaligus sebagai usaha pewarisannya kepada generasi muda yaitu sebuah Padepokan wayang Orang. Diharapkan padepokan ini dapat menjadi suatu lembaga pendidikan tradional yang merupakan suatu komunitas perilaku pendidikan, dimana selain terjadi kegiatan belajar mengajar didalamnya juga terjadi kegiatan berhuni. Di dalam padepokan, bersama-sama tinggal guru sebagai pemilik dan sespuh padepokan, serta orang-orang yang datang dengan maksud berguru dan menimba ilmu dalam hal ini adalah sgala sesuatu yang berhubungan dengan pertunjukan wayang orang seperti seni tari, seni sastra, seni karawitan, tat arias dan seni lainnya yang mendukung. Hasil dari pendidikan di padepokan ini perlu ditampilkan dengan kreatif, inovatif dan professional serta mampu bersaing dengan jenis pertunjukan lain. Dukungan teknologi dalam teknik pementasan dan aspek kenyamanan tempat pertunjukan bagi para penggunanya akan sangat berpengaruh terhadap minat para penonton, maka Padepokan Wayang Orang ini perlu pula dilengkapi dengan gedung pertunjukan yang representative. Untuk mewujudkan harapan di atas maka perlu sebuah Program Perencanaan dan Perancangan Padepokan dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di Surakarta yang dilengkapi dengan fasilitas pendidikan yang modern dan tempat pemondokan. Sesuai dengan fungsi dan tujuan bangunan maka penekanan desain arsitektur neo vernakuler yang menggali nilai arsitektur Jawa yang disesuaikan perkembangan jaman dan teknologi adalah sangat tepat. 1.2 TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dari penyusunan Laporan Program Perencanaan dan Perancangan Padepokan dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di Surakarta ini adalah untuk melestarikan dan mengembangkan Kesenian Wayang Orang dengan memberikan wadah pendidikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang professional, kreatif dan inovatif serta memberikan tempat pertunjukan yang sesuai dengan kebutuhan pertunjukan wayang orang agar mampu bersaing dengan jenis pertunjukan lain. Adapun sasarannya adalah tersusunnya Program Perencanaan dan Perancangan Padepokan dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di Surakarta berdasarkan atas aspek-aspek penduan perancangan (design guide lines aspect). 1.3 MANFAAT Maanfaat subyektif yang dari penyusunan Proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP yang nantinya digunakan sebagai pedoman dalam Desain Grafis Arsitektur (DGA). Sedangkan manfaat obyektif yang dapat diambil yaitu sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang berkecimpung di dunia arsitektur pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 1.4 RUANG LINGKUP Ruang lingkup substansial yang membatasi Perencanaan dan Perancangan Padepokan dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang di Surakarta ini termasuk dalam kategori bangunan endidikan non formal dengan masa jamak. Adapun lingkup spasial Perencanaan dan Perancangan Padepokan Wayang Orang ini terbatas pada wilayah kota Surakarta. 1.5 METODE PENULISAN Metode pembahasan yang digunakan adalah : • Metode deskriptif, yaitu menggambarkan dan memaparkan fenomena-fenomena yang ada di lokasi sebagai data pembahasan secara actual. • Metode dokumentatif, yaitu merekam data di lokasi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas berupa dokumentasi foto, disampig data-data visual yang sudah ada. 1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN Kerangka pembahasan masalah ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, manfaat, ruang lingkup, metode pembahasan, kerangka pembahasan dan alur pikir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI BANDING Menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Padepokan dan Wayang Orang serta Gedung Pertunjukan berdasarkan studi literature dan studi banding pada Padepokan Seni Bangong Kusudiardjo di Yogyakarta, Sekolah Tinggi Seni Indonesia di Surakarta, Padepokan Pencak Silat Indonesia di TMII dan Gedung Watyang Wong Sriwedari. BAB III TINJAUAN KOTA SURAKARTA Berisi tinjauan mengenai kota Surakarta serta data-data yang mendukung dalam Program Perencanaan dan Perancangan Padepokan dan Gedung Pertunjukan Wayang Orang. BAB IV KESIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN Berisi kesimpulan, batasan dan anggapan yang didapat dari tinjauan pustaka, studi banding dan tinjauan kota Surakarta yang menjadi acuan untuk melakukan analisa. BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA Berisi analisis data-data yang diperoleh melalui survey lapangan dan kajian teori dengan pendekatan aspek-aspek perencanaan dan perancangan arsitektur. BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PADEPOKAN DAN GEDUNG PERTUNJUKAN WAYANG ORANG DI SURAKARTA Berisi rumusan dari kajian atau analisis yang telah dilakukan pada Bab IV serta kesimpulan- kesimpulan yang akan menjadi panduan dalam proses studio grafis.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:7921
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:31 Mar 2010 09:36
Last Modified:31 Mar 2010 09:36

Repository Staff Only: item control page