Alasan Rusia Melibatkan Diri dalam Konflik Bersenjata di Suriah Tahun 2011 – 2015

Abstract

Fenomena Arab Spring yang terjadi pada tahun 2011 menimbulkan protes-protes dari masyarakat Suriah yang menginginkan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad untuk mundur. Konflik yang semula berupa protes-protes tersebut kemudian berubah menjadi konflik bersenjata yang melibatkan kelompok pemerintah, kelompok oposisi, dan kelompok terorisme seperti ISIS serta Jabhat Al Nusra. Banyaknya korban jiwa yang diakibatkan oleh konflik tersebut dianggap PBB sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Dalam konflik tersebut, PBB menyelenggarakan Geneva Peace Talks tahun 2012 yang diinisiasi oleh Amerika Serikat dengan agenda pengupayaan transisi politik rezim Bashar Al Assad. Melihat keadaan tersebut, Rusia memveto upaya resolusi tersebut. Hal ini mendapat kecaman dari Amerika Serikat. Kemudian pada tahun 2013, Amerika Serikat dan aliansinya menurunkan pasukan militernya di Suriah dengan keberpihakan kepada kelompok oposisi. Selanjutnya pada tahun 2015, Rusia membalas aksi Amerika Serikat tersebut dengan menurunkan pasukan militernya dengan keberpihakan kepada kelompok Pemerintah Suriah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alasan keterlibatan Rusia dalam konflik bersenjata di Suriah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teori offensive realism. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa keterlibatan Rusia bertujuan untuk menguji pengaruh geopolitiknya sebagai great power di Timur Tengah dan membendung ekspansi pengaruh Amerika Serikat di Suriah.