Semarang Kota Pesisir Lama

Abstract

Buku ini merupakan hasil penelitian dan serial dari lanjutan dan penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2010 yang berfokus pada kota tradisional di Jawa. Berdasarkan riset terdahulu yang didanai oleh DIPA Universitas Diponegoro dalam skim Riset Publikasi International (RPI) 2016 serta proceeding (Rukayah, 2016) menghasilkan temuan bahwa dengan hasil temuan bahwa kota Semarang merupakan riverfront dan berada di muara sungai Semarang. Pada masa lalu, kota Semarang (bila mengacu pada foto dari KITLV maka old Semarang adalah kawasan Layur dan Kampung Melayu di muara sungai Semarang) diduga berada pada garis pantai (Bemmelen, 1948; Muhammad, 2016; Tio, 2004). Bila hal ini benar maka hasil penelitian dari sudut pandang arsitektur dan urban design ini akan melengkapi penyataan dari para ahli sejarah dan geologi. Nilai sejarah dan arsitektur tersebut perlu pengamanan dari amblesan tanah, bencana alam rob dan laju pembangunan. Isu penelitian dilatarbelakangi oleh adanya proses abrasi dan akresi yang dialami oleh pesisir pantai Utara di pulau Jawa (Sardiyatmo dkk, 2013; Suara Merdeka, 2014; Ambaryanto, 2012; Sardiyatmo, 2013) dan isu perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, serta isu penataan kawasan 2 Semarang Kota Pesisir Lama cagar budaya yang belum menyentuh benda tinggalan arsitektur dan perancangan kota pesisir. Menurut berita sejarah, kota Semarang merupakan kota yang telah ada sejak abad 8 dan pernah dikunjungi oleh Tome Pires, Armada Cheng Ho dan Ma Huan. (Cortesao, 1954). Menurut Bemmelen, 1949, pada abad ke 8 Kota Semarang masih berupa gugusan pulau. Garis pantai berada di kawasan Candi. Sementata itu pada abad ke 14-an garis pantai semakin maju hingga di kawasan Sleko. (Tio, 2004). Di kawasan tersebut ditandai dengan adanya perkampungan multi etnis Sementara itu dalam peta kuno (Peta Pulau Jawa Kuno Pertama - Iava Maior Karya Barent Langenes 1612) dan berita perjalanan para pelaut asing abad XVI, serta berita sejarah dari Tome Pires dan Mahuan (Cortesao, 1944) menyebutkan bahwa mereka telah menyinggahi beberapa kota-kota di sepanjang pantai Utara Jawa namun belum menyebutkan adanya kota Semarang pada peta tersebut. Keberadaan kota-kota kuno yang tergambar pada peta pulau Jawa abad XVI tersebut kini kehilangan identitas sebagai kota tradisional akibat laju sedimentasi, abrasi ataupun laju pembangunan. Oleh karena itu, buku hasil riset Penelitian Terapan Ungulan Perguruan Tinggi ini akan memberikan pengetahuan baru tentang kawasan heritage pesisir sebagai cagar budaya yang bisa diimplementasikan sebagai dalam perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian kawasan pesisir Hal tersebut, guna mengisi detail yang belum terjelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. (Pasal 43 ayat 1 tentang perencanaan zonasi wilayah pesisir). Demikian pula pengetahuan pada buku ini diharapkan akan memberikan wawasan untuk melengkapi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029 Pasal 30 dan 31, yaitu tentang pola ruang wilayah provinsi yang meng- gambarkan rencana sebaran kawasan lindung (dalam hal ini dijelaskan salah satu kawasan lindung adalah kawasan cagar budaya). Selain itu tujuan penulisan buku ini diharapkan mampu memberi masukan yang lebih detail tantang zona kawasan cagar budaya bagi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.