SANTOSO, Budi and Prasetiyono, Bambang Waluyo Hadi Eko (2019) ANALISIS WILAYAH PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SEMARANG. Masters thesis, School of Postgraduate.
| PDF 236Kb | |
| PDF 328Kb | |
PDF Restricted to Repository staff only 736Kb | ||
PDF Restricted to Repository staff only 2580Kb | ||
| PDF 185Kb | |
| PDF 344Kb | |
PDF Restricted to Repository staff only 3896Kb |
Abstract
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meminimalkan impor daging sapi yaitu melalui pengembangan peternakan sapi potong pada wilayah-wilayah potensial, salah satunya di Kabupaten Semarang. Pengembangan sektor peternakan harus menerapkan konsep keberlanjutan. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis wilayah prioritas untuk peternakan sapi potong berdasar potensi wilayah dan menentukan strategi yang efektif untuk pengembangannya. Metode analisis data yang digunakan antara lain: analisis kesesuaian lahan peternakan sapi potong menggunakan SIG, analisis daya dukung dan indeks daya dukung hijauan makanan ternak, analisis Locationt Quotient (LQ) dan shift share (SS), serta analisis gabungan AHP-SWOT (A’WOT). Sintesis hasil analisis dalam penelitian ini, menjadikan pengembangan peternakan sapi potong berfokus pada 3 wilayah kecamatan yaitu: Bringin, Bancak, dan Banyubiru. Wilayah kecamatan tersebut mempunyai nilai LQ>1 dan SS positif yang berarti merupakan wilayah basis ternak sapi potong dan mengalami pertumbuhan usaha. Daya dukung untuk peternakan sapi potong di Kecamatan Bringin sebesar 15.829 ST, Bancak sebesar 8.457 ST, dan Banyubiru sebesar 6.315 ST. Nilai indeks daya dukung hijauan pada ketiga wilayah kecamatan ini yaitu >2, kategori aman untuk ketersediaan hijauan pakan ternak. Luas kesesuaian lingkungan ekologi peternakan sapi potong, sebagai berikut: Bringin (2.758,86 Ha), Bancak (1.550.08 Ha), dan Banyubiru (1.451,2 Ha). Luas kesesuaian lahan untuk hijauan makanan ternak, sebagai berikut: Bringin (13.049,66 Ha), Bancak (7.615,31 Ha), dan Banyubiru (6.967 Ha). Strategi pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Semarang berdasarkan hasil analisis A’WOT yaitu: 1) Optimalisasi pemanfaatan hijauan makanan ternak melalui pembuatan silase maupun hay, 2) Optimalisasi penyediaan lahan yang memenuhi persyaratan teknis untuk peternakan sapi potong dilengkapi dengan peta, 3) Optimalisasi kemampuan peternak dalam mengakses modal atau pembiayaan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa wilayah kecamatan yang menjadi prioritas untuk pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Semarang yaitu: 1) Bringin, 2) Bancak, dan 3) Banyubiru. Strategi pengembangan peternakan sapi potong yang dihasilkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan sektor peternakan di Kabupaten Semarang. Kata kunci: Sapi potong, potensi wilayah, strategi pengembangan peternakan. Efforts that can be made by the government to minimize beef imports are through the development of beef cattle farms in potential areas, one of which is in Semarang Regency. The development of livestock sector must apply the concept of sustainability. The purpose of this study is to analyze priority areas for beef cattle farms based on regional potential and determine effective strategies for their development. Data analysis methods used include: analysis land suitability of beef cattle farm using GIS, analysis of Location Quotient (LQ) and shift share (SS), and combined analysis of AHP-SWOT (A'WOT). The synthesis results of analysis in this study made the development of beef cattle farms focused on 3 sub-districts, namely: Bringin, Bancak, and Banyubiru. The sub-district area has LQ>1 and SS positive values which means it is a beef cattle base area and experiences business growth. The carrying capacity for beef cattle farms in Bringin District is 15,829 AU, Bancak is 8,457 AU, and Banyubiru is 6,315 AU. Forage index values in the three sub-districts are>2, safe for the availability of forage. The land area of suitability ecological environment for beef cattle farms is as follows: Bringin (2.758,86 Ha), Bancak (1.550.08 Ha), and Banyubiru (1.451,2 Ha). The land area of suitability forage is as follows: Bringin (13.049,66 Ha), Bancak (7.615,31 Ha), and Banyubiru (6.967 Ha). The strategy for developing beef cattle farms in Semarang Regency is based on the results of A'WOT's analysis, namely: 1) Optimizing the utilization of forage through silage and hay making, 2) Optimizing the provision of land that meets the technical requirements for beef cattle farms equipped with maps, 3) Optimizing the ability of farmers to access capital or financing. The conclusion of this study is that the subdistricts are the priority for developing beef cattle farms in Semarang Regency, namely: 1) Bringin, 2) Bancak, and 3) Banyubiru. The strategy for developing beef cattle farms produced can be taken into consideration in developing livestock sector policies in Semarang Regency. Keywords: Beef cattle, regional potential, livestock development strategy
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Sapi potong, potensi wilayah, strategi pengembangan peternakan |
Subjects: | S Agriculture > SF Animal culture |
Divisions: | School of Postgraduate > Master Program in Environmental Science |
ID Code: | 74925 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 31 Jul 2019 09:38 |
Last Modified: | 31 Jul 2019 09:38 |
Repository Staff Only: item control page