Pengukuran dan Analisis Kinerja Operasional Pembangkit Menggunakan Data Envelopment Analysis dan IEEE standard 762-1987 (Studi Kasus di PT Indonesia Power Unit bisnis Pembangkitan Semarang)

Purwaningsih, Ratna and Suliantoro, Hery and Charlia L, Evy (2008) Pengukuran dan Analisis Kinerja Operasional Pembangkit Menggunakan Data Envelopment Analysis dan IEEE standard 762-1987 (Studi Kasus di PT Indonesia Power Unit bisnis Pembangkitan Semarang). Diponegoro University. (Unpublished)

[img]Microsoft Word
32Kb

Abstract

Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui seberapa efisien anak perusahaan bekerja untuk memenuhi tuntutan perusahaan di tengah keterbatasan sumber daya yang ada. Ketika pengukuran kinerja dibuat, maka akan muncul serangkaian unit pengambilan keputusan yang digunakan untuk membandingkan sumber-sumber mana yang memiliki potensi atau menjadi sumber ketidakefisienan perusahaan. Faktor evaluasi ini dapat digolongkan ke dalam faktor input dan output. Sebagai perusahaan yang berproduksi berdasarkan voltage demand, maka keandalan sentral pembangkit menjadi kunci pemenuhan permintaan terhadap tegangan listrik di Jawa-Bali. Sesuai dengan karakteristik unit bisnisnya, Unit Bisnis Pembangkitan Semarang digolongkan dalam pembangkit jenis thermal. Sehingga pengukuran keandalan sentral pembangkit untuk mengubah energi menjadi tolak ukur kinerja operasional unit ini. Keandalan operasi suatu sentral pembangkit menurut Marsudi (1997) dapat dilihat dari besarnya cadangan daya yang tersedia dan jumlah gangguan yang terjadi selama periode operasi. Pengukuran keandalan sentral pembangkit mengacu pada definisi-definisi yang terdapat pada IEEE Standard 762-1987. Standar ini merupakan standar definisi formal yang digunakan sebagai acuan pada pembangkit yang beroperasi berdasarkan beban yang mendefinisikan lebih dari 66 terminologi yang berkaitan dengan keandalan dan 25 indeks performansi. Pengukuran efisiensi tiap Sentral Pembangkit dilakukan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah salah satu metode evaluasi efisiensi kinerja yang banyak digunakan untuk mendapatkan efisiensi relatif suatu perusahaan. DEA telah digunakan secara luas untuk mengukur efisiensi kinerja berbagai perusahaan dan memungkinkan untuk diaplikasikan sebagai perbandingan (benchmarking) pada perusahaan sejenis. Karena kondisi efisiensi 100% sukar dicapai akibat keterbatasan kemampuan sumberdaya, maka dilakukan pengukuran efisiensi relatif. Efisiensi relatif berarti nilai suatu obyek tidak dibandingkan dengan kondisi ideal namun dibandingkan dengan nilai efisiensi obyek lain. Dari hasil pengukuran efisiensi relatif dari tiap sentral pembangkit pada setiap bulan sepanjang tahun 2006 dan 2007, nilai efisiensinya telah mencapai nilai 1 yang berarti bahwa penggunaan input maupun output pada kondisi masing-masing periode telah optimal. Namun untuk rata-rata tahun 2006, unit 3 memiliki nilai efisiensi relatif terendah yaitu 0,85 dengan bobot faktor dominan dimiliki oleh produksi netto. Produksi netto yang rendah disebabkan oleh berkurangnya waktu produksi akibat outage dan konsumsi bahan bakar untuk peralatan subtitusi atau pendukung selama terjadi outage. Dari pengukuran keandalan pembangkit pada tahun 2006 terjadinya outage terutama pada sentral pembangkit Tambak Lorok 3 menyebabkan avaibilitas pembangkit berkurang karena penghentian produksi dan penurunan kapasitas untuk mencegah kerusakan yang lebih besar. Sedangkan pada tahun 2007, terjadi penurunan outage akibat gangguan namun avaibilitas pembangkit cenderung lebih rendah karena terjadi proses pemeliharaan periodik pada sentral pembangkit untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tahun 2006 sehingga diharapkan pada tahun 2008 gangguan yang mungkin terjadi dapat diminimalkan. Performance measurement needed to inform how efficient a business unit fulfills company’s demands in limited resources condition. When a performance measurement made, a set of decision-making unit will appear to compare resources that is inefficient or potentially being a cause of inefficiency in a company. These factors can be determined in input and output factors. As a company whose has voltage demand production, reliability of power generator is the key of fulfillment Java-Bali electricity demand. According to business unit characters, Semarang Generation Business Unit belongs to thermal power generation. Therefore, reliability measurement in each central generator to produce power is the key of operational performance of this unit. Operational reliability in a power generation according to Marsudi (1997) known from the availability of reserve power and the number of disturbance (outage) happens in each operational period. Measurement of central power generator reliability is based on definitions in IEEE Standard 762-1987. This standard is a formal standard definition used by power generator base on voltage demand, which has defined more than 66 terminologies related in reliability and 25 performance indexes. Efficiency measurement in each power generator used Data Envelopment Analysis method. DEA is an efficiency evaluation method used to get relative efficiency in a company. DEA has been used widely to measure performance in many firm and allowed to apply in benchmark process in similar firm. 100 % efficiency condition is difficult to reach because of limited resources, so measurement done to get relative efficiency. This means that value of an object not compared in ideal condition but compared with efficiency value of another object. From relative efficiency measurement in each power generator in each month in 2006 until 2007, the score result is one, is mean that input and output are optimally used in each condition. However, unit 3 has the lowest score of relative efficiency by the mean of input-output used in 2006, and dominant weight factor in this condition is net production. Less of net production is because of less production time affected by outage and fuel consumption to substitution equipments when outages happen. From reliability measurement of power generator in 2006, outage happened especially in unit 3 caused availability decrease because of production must be stopped and capacity restriction to avoid fatal disturbance. In 2007, outage caused of disturbance has decreased but availability still less because of periodic maintenance to solve problems in last year, so that it can minimize the same disturbance in 2008.

Item Type:Other
Uncontrolled Keywords:Kata kunci : pengukuran kinerja, keandalan, avaibilitas, reliabilitas, efisiensi relatif Key words: performance measurement, availability, reliability, relative efficiency
Subjects:T Technology > T Technology (General)
T Technology > TS Manufactures
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Industrial Engineering
Faculty of Engineering > Department of Industrial Engineering
ID Code:7389
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:25 Mar 2010 15:58
Last Modified:25 Mar 2010 15:58

Repository Staff Only: item control page