PEMODELAN SPASIAL MANGROVE SEBAGAI LAYANAN EKOSISTEM KARBON BIRU PESISIR (COASTAL BLUE CARBON) DI TELUK SEMARANG

SUDIRMAN, Nasir and Helmi, Muhammad (2019) PEMODELAN SPASIAL MANGROVE SEBAGAI LAYANAN EKOSISTEM KARBON BIRU PESISIR (COASTAL BLUE CARBON) DI TELUK SEMARANG. Masters thesis, School of Postgraduate.

[img]
Preview
PDF
52Kb
[img]
Preview
PDF
122Kb
[img]
Preview
PDF
480Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

716Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

8Mb
[img]
Preview
PDF
10Kb
[img]
Preview
PDF
96Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

2356Kb

Abstract

Teluk Semarang merupakan wilayah pesisir yang padat penduduk dan memiliki aktivitas yang kompleks. Permasalahan di Teluk Semarang akibat perkembangan yang pesat mendorong terjadinya konversi area ekosistem mangrove menjadi pemukiman, tambak, industri, dan pertanian. Konversi area ekosistem mangrove menyebabkan pantai rentan terhadap abrasi, kondisi tersebut diperparah dengan bangunan pantai yang menjorok ke laut serta penurunan tanah akibat pengambilan air tanah berlebih yang menciptakan rongga di bawah permukaan tanah hingga terjadi amblesan (land subsidance) turut meningkatkan permasalahan di Teluk Semarang. Layanan ekosistem merupakan kontribusi berbagai struktur dan fungsi ekologis yang saling terkait, ekosistem mangrove memberikan layanan sebagai bagian penting dalam siklus karbon. Mangrove memanfaatkan CO2 untuk fotosintesis dan menyimpannya dalam stok biomass dan sedimen. Perhitungan nilai layanan ekosistem mangrove baru sebatas valuasi ekonomi dan penggambaran secara deskriptif, pemodelan spasial belum banyak dilakukan, hal ini menyebabkan data layanan ekosistem secara luas dan temporal tidak diketahui. Batasan wilayah pada penelitian ini secara ekologi sel sedimen pesisir dan administratif yang mencakup Kabupaten Kendal, Kota Semarang dan Kabupaten Demak dimana batas wilayah pesisir nya mengacu pada Undang-undang No.27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil juncto Undang-undang No.1 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Pada penelitian ini digunakan batas wilayah pesisir di daratan berupa area kecamatan pesisir, pada penelitian ini tidak mengkaji wilayah pesisir di perairan laut yang meliputi 12 mil dari garis pantai. Pemodelan spasial Coastal Blue Carbon yang digunakan pada penelitian ini membutuhkan input data klasifikasi penggunaan lahan berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat serta simpanan karbon global pada ekosistem mangrove sedangkan harga karbon berdasarkan Social Cost Carbon (SCC), Regional Greenhouse Gas Initiative (RGGI) dan International Voluntary Market Price (IVMP). Penelitian ini menghasilkan peta dinamika stok karbon, penyerapan, emisi, akumulasi dan net present value karbon. Luaran peta-peta tersebut diharapkan menjadi masukan untuk manajemen mangrove secara berkelanjutan, optimasi perencanaan wilayah pesisir dengan perlindungan ekosistem mangrove di Teluk Semarang Kata kunci: Teluk Semarang, karbon biru pesisir, mangrove, spasial Semarang Bay is a coastal area densely populated and have complex activities. Problems in the Semarang Bay due to rapid development led to the conversion of mangrove ecosystem areas into settlements, ponds, industry and agriculture. The conversion of the mangrove ecosystem area causes the beach to be prone to abrasion, this condition is exacerbated by coastal buildings jutting into the sea and land degradation due to excessive groundwater extraction which creates a subsurface cavity until land subsidies also increase problems in the Semarang Bay. The calculation of the service value of mangrove ecosystems is limited to economic valuation and descriptive description, spatial modeling has not been widely done, this causes data on ecosystem services widely and temporally unknown. The area boundary in this study is the ecology of coastal sediment cells and administrative which includes Kendal Regency, Semarang City and Demak Regency where the coastal boundary refers to Undang-undang No.27 of 2007 concerning the management of coastal areas and small islands juncto Undang-undang No.1 of 2014 concerning changes to Undang-undang No. 27 of 2007 concerning the management of coastal areas and small islands. In this study used coastal boundaries on land in the form of coastal sub-districts, in this study did not assess coastal areas in marine waters covering 12 miles of coastline. Coastal Blue Carbon spatial modeling used in this study requires input land use classification data based on interpretation of Landsat satellite images and global carbon deposits in mangrove ecosystems while carbon prices are based on Social Cost Carbon (SCC), Greenhouse Gas Initiative (RGGI) and International Voluntary Market Price (IVMP). This research produced a map of the dynamics of carbon stocks, absorption, emissions, accumulation and net present value of carbon. The output of these maps is expected to be an input for sustainable mangrove management, optimization of coastal area planning with the protection of mangrove ecosystems in Semarang Bay Keywords: Semarang Bay, coastal blue carbon, mangrove, spatial

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering
Divisions:School of Postgraduate > Master Program in Environmental Science
ID Code:72420
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:07 May 2019 14:04
Last Modified:07 May 2019 14:04

Repository Staff Only: item control page