Cyntya Racsmi , Apsari and Bharoto, Bharoto and Malik, Abdul (2018) TEMPAT EVAKUASI AKHIR BENCANA MERAPI DI KABUPATEN MAGELANG. Undergraduate thesis, undip.
| PDF 883Kb | |
| PDF 423Kb | |
PDF Restricted to Repository staff only 1361Kb | ||
PDF Restricted to Repository staff only 808Kb | ||
PDF Restricted to Repository staff only 1135Kb | ||
| PDF 442Kb | |
| PDF 221Kb | |
| PDF 622Kb |
Abstract
Bencana letusan Gunungapi Merapi merupakan bencana paling berbahaya di Kabupaten Magelang. Ancaman bencana Merapi bersifat permanen dan memiliki propabilitas ulang kejadian sekitar 4-5 tahun. Pada erupsi Merapi terakhir pada November 2010 terjadi kepanikan dan kesewrawutan dalam proses evakuasi warga. Kejadian tersebut mengakibatkan 111 korban meninggal dan 307 rumah rusak tersapu lahar dingin di Kabupaten Magelang. Sebagai upaya penanganan pra bencana pada erupsi Merapi BPBD Kabupaten Magelang yang berkewenangan mengurusi penanganan pra , dan pasca bencana merumuskan konsep Sister Village. Program ini memasangkan dua desa. Desa yang berada di Kawasan Rawan Bencana I dengan Desa yang berada di Kawasan Rawan Bencana III. Desa yang berada di kawasan KRB I yang lebih aman bertugas menyangga desa di KRB III yang lebih berbahaya. Desa Penyangga bertugas menjadi tempat evakuasi untuk desa di area KRB I. BPBD Kota Magelang telah merencanakan pembangunan 21 Tempat Evakuasi Akhir (TEA) di 21 Desa Penyangga. Penulis melakukan penelitian pada salah satu pasangan desa bersaudara yaitu Desa Ngargomulyo (pengungsi) dan Desa Tamanagung (penyangga). Tempat Evakuasi Akhir diperuntukan untuk menampung pengungsi bencana selama waktu erupsi Merapi. Tempat Evakuasi Akhir diharapkan setidaknya dapat memenuhi kebutuhan dasar berhuni penduduk Desa selama kurang lebih satu bulan. Untuk menunjang kegiatan berhuni kelompok masyarakat maka dibutuhkan pemenuhan kebutuhan hunian yang layak. Kebutuhan fisiologis perlu dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi diakomodasi. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan oksigen (sandang, pangan, papan) (Maslow, 2018) Kenyamanan hunian pengungsi menjadi hal penting yang perlu di perhatikan. Yang secara spesifik berkaitan dengan pencahayaan dan kenyamanan thermal hunian (Teguh, 2018). Ketidaknyamanan tempat tinggal ditakutkan akan mengakibatkan pengungsi berkeinginan kembali ke rumah yang berada di kawasan rawan bencana tinggi. Selain tuntutan fungsi Tempat Evakuasi sebagai hunian sementara. Tempat Evakuasi ini harus memenuhi fungsinya melindungi dari bencana Merapi yang bersifat berulang selama selang waktu terpendek 2-3 tahun , menengah 5-7 tahun , dan 10 tahun. Maka tempat Evakuasi ini harus dapat memiliki jangka hidup yang panjang agar dapat terus digunakan tidak hanya dalam satu kejadian erupsi merapi. Hal lain yang perlu dipertimbangkan terkait objek evakuasi yang merupakan kelompok masyarakat ini juga menuntut adanya pertimbangan pemenuhan hubungan sosial masyarakat.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 70171 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 28 Feb 2019 11:17 |
Last Modified: | 28 Feb 2019 11:17 |
Repository Staff Only: item control page