MUSEUM KEDIRGANTARAAN NASIONAL DI BANDUNG

V SUTRISNO, EDWARD (2003) MUSEUM KEDIRGANTARAAN NASIONAL DI BANDUNG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.

[img]
Preview
PDF - Published Version
42Kb

Abstract

1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam pekembangan dunia kedirgantaraan baik pada masa perang kemerdekaan kegiatan kedirgantaraanyang utama adalah sebagai bagian untuk memenangkan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, dalam bentuk memodifikasi pesawat yang ada untuk misi-misi tempur. Tokoh pada massa ini adalah Agustinus Adisutjipto, yang merancang dan menguji terbangkan dan menerbangkan dalam pertempuran yang sesungguhnya. Pesawat Cureng/Nishikoren peninggalan Jepang yang dimodifikasi menjadi versi serang darat. Penerbangan pertamanya diatas kota kecil Tasikmalaya pada OKtober 1945. Pada masa setelah kemerdekaan, 1945, makin terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan impiannya membuat pesawat terbang sesuai dengan rencana dan keinginan sendiri. Kesadaran bahwa Indonesia sebagai Negara kepulauan yang luas akan selalu memerlukan perhubungan udara secara mutlak sudah mulai tumbuh sejak waktu itu, baik untuk kelancaran pemerintahan, pembangunan ekonomi dan pertahanan, pembangunan ekonomi dan pertahanan keamanan. Tokoh pada masa ini dipelopori oleh Wiweko Soepono, J. Sumarsono dan Nurtanio Pringgoadisurjo. Perkembangan Dunia Kedrgantaraan Indonesia semakin maju dengan berdirinya IPTN pada 28 April 1976, yang dalam perkembangannya telah menghasilkan produk yang berhubungan dengan dunia kedirgantaraan, yang apda puncaknya telah menghasilkan pesawat N-250, yang telah memulai sejarah Indonesia baru menuju era teknologi maju. Untuk melestarikan peninggalan sejarah tersebut, serta untuk menumbuhkan dan menumpuk semangat minat dirgantaramasyarakat terutama bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai bidang kedirgantaraan serta berperan aktif didalamnya, maka dibutuhkan suatu wadah yang dapat menampungnya. Karena museum dirgantara yang ada sekarang di Yogyakarta, Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala dianggap kurang representative dan lebih banyak menampilkan dunia kedirgantaraan dari sisi militer. Kota Bandungan yang merupakan pusat perkembangan dunia kedirgantaraan di Indonesia memiliki potensi di dunia kedirgantaraan, terutama untuk menarik minat generasi muda akan dunia kedirgantaraan nasional, karena disamping sebagai lokasi tempat PT. Dirgantara Indonesia berada, Bandung juga memiliki beberapa program pendidikan yang berhubungan dengan penerbangan, diantaranya adalah Jurusan Teknik Penerbangan Fakultas Industri ITB dan Akademi Teknik Aeronautika. Dari uraian tersebut di atas, sekiranya layaklah Kota Bandung dengan potensinya dalam Dunia Kedirgantaraan Nasional dipilih sebagai lokasi Museum Kedirgantaraan Nasional. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan Memperoleh program perencanaan dan perancangan yang representative ditinjau dari segi pemenuhan kebutuhan ruang beserta persyaratan teknisnya sekaligus dari segi rasa aman dan nyaman bagi pengguna bangunan serta menciptakan suatu bangunan yang menarik dari sisi arsitektural. 1.2.2. Sasaran Sasaran pembahasan ini adalah tersusunnya landasan atau pedoman perencanaan dan perancangan Museum Kedirgantaraan Nasional dengan penekanan desain ekspresi Arsitektur High-Tech. 1.3. Manfaat 1.3.1. Manfaat Subyektif Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan, khususnya dalam hal Perencanaan dan Perancangan sebuah Museum Kedirgantaraan Nasional bagi mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. 1.3.2. Manfaat Obyektif Penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. 1.4. Lingkup Pembahasan Pembahasan dititikberatkan pada hal-hal yang berkautan dengan disiplin ilmu arsitektur, seperti aspek fungsional, teknis, kinerja, kontekstual dan arsitektural; sedangkan data informasi dan permasalahan di luar bidang arsitektur sejauh masih melatarbelakangi, mendasari dan berkaitan dengan factor-faktor perencanaan fisik dibahas secara umum dengan asumsi rasional dan logis sebagai informasi pendukung, antara lain mengenai tinjauan mengenai museum dan dunia kedirgantaraan nasional secara umum. 1.5. Metode Pembahasan Metode yang digunakan secara keseluruhan adalah deskriptif komparatif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data maupun sekunder yang kemudian diadakan analisa sehingga akan dihasilkan sintesa-sintesa. Studi banding pada bangunan sejenis dilakukan untuk mendapat acuan/pendekatan mengenai bangunan yang akan dirancang. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah: a. Survey lapangan, dilakukan untuk mendapatkan data primer, mengenai kebutuhan ruang, besaran ruang, struktur organisasi, kelompok pengguna bangunan, serta kegiatan dalam objek studi banding sebagai acuan bagi perencanaan dan perancangan yang akan dilakukan. b. Studi literature, dilakukan untuk mendapatkan data sekunder, dalam hal ini berupa studi kepustakaan mengenai museum, standar ruang serta pengumpulan data informasi dan peta dari instansi terkait. c. Wawancara, dilakukan dengan pihak terkait untuk melengkapi data primer mengenai topic yang dibahas. 1.6. Sistematika Pembahasan Penulisan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan (LP3A) ini menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Berisi tentang pokok-pokok pemikiran yang melatarbelakangi pemilihan judul, tujuan, sasaran dan manfaat pembahasan, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan. BAB II Tinjauan Umum Museum Kedirgantaraan Berisi mengenai pengertian, fungsi dan tujuan, penggolongan jenis, kegiatan, persyaratan museum, tinjauan tentang dirgantara, pengertian Museum Kedirgantaraan Nasional, serta sekilas mengenai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala dan PT. Dirgantara Indonesia. BAB III Tinjauan Kota Bandung dan Studi Banding Menguraikan tentang gambaran umum kota Bandung mengenai sejarah, kondisi fisik dan non fisik kota Bandung, serta kebijakan pemerintah kota Bandung dan studi banding mengenai Museum Dirgantara di Indonesia dan mancanegara BAB IV Kesimpulan, Batasan dan Anggapan Berisi kesimpulan, batasan, anggapan yang dipakai untuk memberi batsan dan anggapan pada permasalahan yang berkaitan dengan Museum Kedirgantaraan Nasional. BAB V pendekatan Program Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang analisa berbagai aspek perancangan (fungsional, struktur, utilitas, akustik, penekanan desain, dan lokasi tapak), pendekatan standard an studi ruang untuk mendapatkan besaran ruang serta pendekatan pemilihan tapak. BAB VI Konsep dan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Berisi program dasar perancangan hasil pendekatan dan analisis, uraian konsep dasar perancangan dan faktor-faktor penentunya.

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:7017
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:22 Feb 2010 10:07
Last Modified:22 Feb 2010 10:07

Repository Staff Only: item control page