PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT LEHER TIKUS WISTAR YANG DIGANTUNG DENGAN PEMBEDAAN PERIODE POSTMORTEM

Al Haris, Muhammad Sulthon and Rohmah , Intarniati Nur and Miranti, Ika Pawitra (2019) PERBANDINGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI KULIT LEHER TIKUS WISTAR YANG DIGANTUNG DENGAN PEMBEDAAN PERIODE POSTMORTEM. Undergraduate thesis, Faculty of Medicine.

[img]
Preview
PDF
1494Kb
[img]
Preview
PDF
272Kb
[img]
Preview
PDF
579Kb
[img]
Preview
PDF
312Kb
[img]PDF
Restricted to Registered users only

188Kb
[img]PDF
Restricted to Registered users only

262Kb

Abstract

Latar Belakang: Penggantungan adalah jenis penjeratan di mana tekanan pada leher disebabkan oleh berat badan korban sendiri. Tidak semua kasus penggantungan disebabkan melalui praktik bunuh diri. Kasus penggantungan juga dapat terjadi akibat kecelakaan ataupun pembunuhan, dan dapat pula ditemui kasus penggantungan postmortem yaitu bila korban digantung dalam keadaan sudah meninggal setelah sebelumnya dibunuh. Untuk membedakan kasus-kasus tersebut diperlukan investigasi yang menyeluruh serta kecermatan dalam proses autopsi yang bertujuan untuk mencari dan mengidentifikasi adanya luka atau jejas sehingga dapat ditentukan intravitalitas dan umur luka atau jejas tersebut, baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Salah satu metode pemeriksaan mikroskopik adalah melalui analisis proses inflamasi yang menggunakan beberapa parameter seperti infiltrasi leukosit. Sejauh ini belum ada penelitian yang membahas tentang perbandingan intravitalitas berdasarkan gambaran histopatologi organ. Tujuan: Mengetahui perbandingan gambaran histopatologi kulit leher tikus Wistar yang digantung dengan perbedaan periode postmortem. Metode: Penelitian eksperimental dengan post test-only control group design ini menggunakan 4 kelompok yang masing-masing terdiri atas 7 ekor tikus Wistar. Kelompok K (kontrol) yaitu tikus yang digantung antemortem setelah mendapat anestesi. Kelompok P1 (perlakuan 1) yaitu tikus yang digantung saat postmortem 1 jam setelah diterminasi menggunakan anestesi dosis letal dengan durasi penggantungan selama 1 jam. Kelompok P2 (perlakuan 2) dan P3 (perlakuan 3) digantung 2 jam dan 3 jam saat postmortem dengan cara yang sama seperti kelompok P1. Selanjutnya dilakukan pembuatan preparat histopatologi kulit leher dan pemeriksaan gambaran mikroskopis. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K dengan P1 (p < 0,001), K dengan P2 (p < 0,001), dan K dengan P3 (p < 0,001), serta diperoleh perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok P1 dengan P2 (p = 1), P1 dengan P3 (p = 0,576), dan P2 dengan P3 (p = 1). Simpulan: Terdapat penurunan jumlah leukosit pada tikus Wistar yang mulai digantung 1 jam , 2 jam, dan 3 jam postmortem dengan kontrol karena pada kondisi postmortem terjadi penurunan proses inflamasi, serta terdapat jumlah leukosit yang hampir sama pada tikus Wistar yang mulai digantung antara 1 jam, 2 jam, dengan 3 jam postmortem karena interval waktu penggantungan dengan kematian somatik maupun antar kelompok perlakuan yang terlalu lama, sedangkan kematian seluler sudah mulai terjadi. Kata Kunci: penggantungan, postmortem, infiltrasi leukosit

Item Type:Thesis (Undergraduate)
Subjects:R Medicine > RA Public aspects of medicine > RA1001 Forensic Medicine. Medical jurisprudence. Legal medicine
Divisions:Faculty of Medicine > Department of Medicine
Faculty of Medicine > Department of Medicine
ID Code:69452
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:11 Feb 2019 09:30
Last Modified:11 Feb 2019 09:30

Repository Staff Only: item control page