FAKTOR RISIKO STUNTING PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI KECAMATAN GENUK, KOTA SEMARANG

Abstract

Latar belakang: Stunting berdampak pada gangguan perkembangan fungsi kognitif, psikomotor dan penurunan intelektual. Di Semarang prevalensi stunting pada balita usia 2-5 tahun lebih banyak berasal dari keluarga yang tidak miskin (67,19%) daripada yang berasal dari keluarga miskin (32,8%). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko stunting pada anak usia 2-5 tahun di Kecamatan Genuk, Kota Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan studi case-control dengan jumlah sampel 71 kasus (stunting) dan 71 kontrol (tidak stunting). Pemilihan subjek menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur yaitu food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitatif. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan multivariat menggunakan metode regresi logistik. Hasil: Tingkat kecukupan protein (OR=4,15; 95% CI=1,1-15,6), tingkat kecukupan vitamin C (OR=2,97; 95% CI=1,4-6,31), tingkat kecukupan zat besi (OR=2,87; 95% CI=1,44-5,71), tingkat kecukupan seng ( OR=9,24; 95% CI=2,02-42,12) yang rendah serta riwayat ISPA (OR=2,4; 95% CI=1,2-4,8) merupakan faktor risiko stunting. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah tingkat kecukupan seng yang rendah (OR=5,13; 95% CI=1,05-24,99). Kesimpulan: Riwayat ISPA dan tingkat kecukupan seng yang rendah merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 2-5 tahun.