POTENSI BEBAN PENCEMAR SUMBER TAK TENTU PADA DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU RAWAPENING

HIDAYATI, Neny and Soeprobowati, Tri Retnaningsih (2018) POTENSI BEBAN PENCEMAR SUMBER TAK TENTU PADA DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU RAWAPENING. Masters thesis, School of Postgraduate.

[img]
Preview
PDF
729Kb
[img]
Preview
PDF
204Kb
[img]
Preview
PDF
374Kb
[img]
Preview
PDF
326Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

1314Kb
[img]
Preview
PDF
9Kb
[img]
Preview
PDF
171Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

839Kb

Abstract

Danau Rawapening merupakan satu dari 15 danau prioritas Indonesia 2010-2019 yang terpilih menjadi proyek percontohan program Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN). Masalah utama Danau Rawapening adalah eutrofikasi yang memicu ledakan tanaman eceng gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air, menentukan status mutu air, mengidentifikasi potensi beban pencemar sumber tak tentu,menganalisis sebaran eceng gondok dari tahun 2012 sampai 2016 berikut rekomendasi pengelolaannya. Lokasi penelitian adalah tujuh kecamatan di Kabupaten Semarang yang berada di Daerah Tangkapan Air (DTA) Rawapening. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi dan pustaka yang relevan sedangkan data primer yang digunakan adalah citra satelit resolusi tinggi untuk pemantauan luas dan sebaran eceng gondok. Penentuan status mutu air danau menggunakan metode STORET. Hasil penelitian menunjukkan, antara tahun 2012 sampai 2016, Danau Rawapening berstatus cemar berat pada kelas air II sehingga tidak layak untuk bahan baku air minum dan prasarana/sarana rekreasi air. Potensi beban pencemar BOD dan COD dari 7 kecamatan yang berada di DTA Rawapening adalah 8.014,9 ton/th dan 18.905,05 ton/th. Beban pencemar tersebut yang tertinggi berasal dari sektor peternakan (BOD 73% dan COD 78%), sedangkan kecamatan dengan sumbangan potensi BOD dan COD terbanyak adalah Kecamatan Getasan (BOD 36,8% dan COD 40,2%). Berdasarkan jenis ternaknya, pada tahun 2016 sumbangan terbesar BOD dan COD diperoleh dari peternakan ayam broiler (30,6% dan 28,8%). Potensi beban pencemar total N dan total P adalah 3.342,48 ton/th dan 698,68 ton/th. Aktivitas pertanian memiliki potensi tertinggi yaitu TN 71,7% dan TP 77,3%). Kecamatan dengan sumbangan potensi total N terbanyak adalah Kecamatan Bandungan (22%), sedangkan sumbangan potensi total P terbanyak berasal dari Getasan (22,5%). Pada sektor pemukiman, Kecamatan Tuntang mempunyai potensi beban pencemar paling tinggi untuk semua parameter yaitu BOD 403 ton/th, COD 774 ton/th, total N 172,83 ton/th dan total P 28,85 ton/th. Berdasarkan citra satelit, terjadi peningkatan luas tutupan eceng gondok dari 46% di tahun 2012 menjadi 58% pada tahun 2016. Guna mengatasi hal tersebut, maka beberapa rekomendasi yang dapat diberikan yaitu perbaikan fasilitas sanitasi terutama, pengolahan limbah peternakan, penerapan good agricultural practices (GAP), pembuatan zona penyangga antara lahan pertanian dan sumber air, serta penggunaan biokontrol dikombinasikan dengan metode mekanis untuk pengendalian eceng gondok. Kata kunci: pencemar sumber tak tentu, eutrofikasi, Rawapening, GERMADAN, eceng gondok Rawapening Lake has been designated as the pilot project of the Save Indonesian Lake Movement (Gerakan Penyelamatan Danau/GERMADAN). The main problem of Rawapening Lake is eutrophication which leads to water hyacinth blooming. The aims of this research are evaluating the water quality and determining the quality status of lake water, identifying non-point sources pollution, analyzing the spread of water hyacinth from 2012 to 2016 and synthesizing recommedation for lake management afterwards. The research set limitation to seven districts in Semarang Regency which are located in Rawapening Water Catchment Area. It used secondary data collected from related agencies and satellite imagery as primary data for monitoring the extent and distribution of water hyacinth. Determination of quality status of lake water using STORET method. The results showed that during the year 2012 to 2016, Rawapening Lake committed severe polluted status in water class II. It makes Rawapening not feasible for drinking water and water recreational activities. Potential pollutant load of BOD and COD from 7 districts in DTA Rawapening are 8,014.9 ton/yr and 18,905.05 ton/yr. The highest contaminant burden comes from livestock waste (BOD 73% dan COD 78%), while the district with the highest potential of BOD and COD is Getasan (BOD 36,8% dan COD 40,2%). In 2016, the largest contribution of BOD and COD were obtained from broiler waste (30,6% dan 28,8%). The potential pollutant load of total N and total P are 3,342.48 ton/yr and 698.68 ton/year. Fertilizer from agricultural activity has the highest potential on both pollutant loads with TN 71,7% dan TP 77,3%. District with the highest total N is Bandungan (22%), while the total P mostly came from Getasan (22,5%). Tuntang district has the highest potential pollutant load from domestic sewage for all parameters: BOD 403 ton/yr, COD 774 ton/yr, total N 172,83 ton/yr and total P 28,85 ton/yr. Based on satellite imagery, water hyacinth coverage was widen from 46% in 2012 became 58% in 2016. To overcome the problems, recommendations given are improving sanitation facilities especially, processing animal waste, implementing good agricultural practices (GAP), creating buffer zone between agricultural land and water resources, and using combination of mechanical and biocontrol method to control water hyacinth. Keywords: non-point source, eutrophication, Rawapening, GERMADAN, water hyacinth

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:T Technology > TD Environmental technology. Sanitary engineering
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Environmental Science
ID Code:62400
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:16 May 2018 14:51
Last Modified:16 May 2018 14:51

Repository Staff Only: item control page