ANALISIS SPASIAL DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA SURABAYA TAHUN 2012 - 2016

Abstract

Faktor lingkungan khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, kelembaban, kecepatan angin serta faktor sosio demografi turut mempengaruhi timbulnya kasus Demam Berdarah Dengue. Kota Surabaya merupakan daerah endemis DBD di JawaTimur dengan penderita sebanyak 640 dengan 13 meninggal dunia di tahun 2015. Tujuan penelitian adalah menganalisis secara spasial-temporal kasus DBD, faktor lingkungan dan demografi di Kota Surabaya selama tahun 20122016. Jenis penelitian ini adalah observasional descriptive-analitic dengan desain penelitian studi ekologi menurut waktu (time series). Populasi penelitian adalah seluruh kecamatan yang penduduknya terdeteksi pernah terjangkit DBD tahun 2012-2016. Sampel menggunakan total populasi sebanyak 31 kecamatan. Variabel yang diteliti meliputi curah hujan, suhu dan kelembapan, ABJ, kepadatan penduduk, dan mobilitas penduduk serta program pemberantasan penyakit DBD. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari studi dokumen dan data primer dari indepht interview. Analisis secara spasial menggunakan program ArcGIS. Analisis statistik menggunakan Korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan sebaran IR DBD (tinggi, sedang, rendah) cenderung mengelompok pada wilayah yang saling berdekatan. Variabel kepadatan penduduk dan mobilitas penduduk berkorelasi positif dengan kejadian DBD. Variabel suhu dan ABJ berkorelasi negative dengan kejadian DBD. Variabel curah hujan dan kelembaban tidak berkorelasi dengan kejadian DBD. Variabel yang paling berkorelasi dengan kejadian DBD adalah suhu. Program P2 DBD berada pada posisi SO (Strenght-Opportunity) dengan strategi memaksimalkan kekuatan internal dan memanfaatkan peluang eksternal. Dinas Kesehatan Kota Surabaya perlu merancang strategi untuk mencegah peningkatan transmisi penyakit DBD dengan mengurangi kepadatan penduduk dan membatasi jumlah penduduk yang bermigrasi masuk ke Surabaya. Kata Kunci: Analisis spasial, Kasus DBD, Faktor iklim, Faktor demografi The environmental factors, especially temperature, rainfall, humidity, wind speed and socio-demographic factors influence the occurrence of dengue cases. Surabaya city is endemic area of Dengue Haemorraghic Fever (DHF) in East Java with 640 cases and 13 deaths in 2015. The objective of the research was to analyze spatial-temporal cases of DHF, environmental and demographic factors in Surabaya City during 2012-2016. This research was an observational descriptive-analitic research. The study design was ecology study by time (time series). The population was the entire districts which the residents were detected to have DHF in 2012-2016. The sample used total population of 31 districts of Surabaya city. The variables studied include rainfall, temperature, humidity, Larva Free Index, population density, population mobility and DHF eradication program. Secondary data collection was obtained through document study and primary data through indepht interview method. The spatial analysis used ArcGIS software program. The statistical correlation analysis used Pearson Correlation test. The results showed that the distribution of DHF which defined by Incidence Rate (IR) in three levels (high, medium, low) tends to cluster in adjacent areas. The population density and population mobility were correlated positively with DHF incidence. Temperature and Larva Free Index were negatively correlated with DHF incidence. Rainfall and humidity variables were not correlated with DHF incidence. The most correlated variable with the incidence of DHF was temperature. The DHF eradication program was defined on the SO (StrengthOpportunity) quadran of SWOT matrix. The needed strategy was to maximize internal strength and take advantage of external opportunities. Surabaya City Health Office needs to design strategy to prevent the increasing transmission of DHF by reducing population density and limiting the number of migrating population into Surabaya. Keywords: Spatial Analysis, DHF Cases, Climate Factors, Demographic Factors