MA LIMA PERILAKU PANTANGAN MASYARAKAT JAWA Kajian Tekstologis Naskah Serat Ma Lima

Muzakka, M. (2002) MA LIMA PERILAKU PANTANGAN MASYARAKAT JAWA Kajian Tekstologis Naskah Serat Ma Lima.

[img]PDF (artikel)
66Kb

Official URL: http://bcrec.undip.ac.id/vol3/bcrec090958p 1-8.pdf

Abstract

Hadirnya sebuah naskah dan atau teks sastra dalam masyarakat tidak terlepas dari karya-karya sastra terdahulu. Menurut Culler (1981: 103), hadirnya sebuah teks merupakan mosaik kutipan-kutipan yang merupakan peresapan dan atau transformasi dari teks-teks lain. Hal itu berarti bahwa proses penciptaan karya sastra selalu berkesinambungan baik secara sinkronis maupun diakronis. Hadirnya sebuah teks sastra dalam masyarakat merupakan reaksi dari karya sezaman atau karya sastra terdahulu; hadirnya sastra modern punmerupakan reaksi dari sastra modern sezaman atau mungkin reaksi terhadap sastra lama (Teeuw, 1982: 12). Tulisan ini mencoba mengkaji sejarah perkembangan teks sastra Jawa yang sangat popular dari waktu ke waktu bahkan hingga kini, yaitu Serat Ma lima. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis akan mengkaji sejumlah naskah yang mengungkap perilaku ma lima dan perkembangannya yang muncul dalam masyarakat Jawa. Dengan menelusuri perkembangan teks tersebut di samping diperoleh gambaran sejarah teks yang sangat diperlukan dalam studi filologi dan tekstologi, juga diperoleh gambaran sambutan masyarakat terhadap teks tersebut dari waktu ke waktu atau merupakan reaksi historis masyarakat terhadap Serat Ma Lima. Tujuan kedua tersebut sangat bermanfaat dalam studi resepsi sastra. Istilah ma lima sebagaimana yang tergambar dalam Serat Ma Lima mengandung arti lima perilaku yang yang diawali oleh suku kata ma atau bunyi m, yaitu madat (menghisap candu), madon (melacur atau bermain perempuan), minum (mabuk minuman keras), main (berjudi), dan maling (mencuri). Lima perilaku tersebut sangat popular dan sangat bermakna bagi masyarakat Jawa hingga sekarang, merupakan perilaku pantangan yang harus dihindari karena akibat yang ditimbulkan sangat merugikan diri sendiri dan orang lain (Asna, 2001: 2). Munculnya ajaran ma lima tersebut secara historis sudah cukup lama, tetapi fenomena tersebut mulai terungkap sejak ditaklukkannya Kerajaan Singosari yang diperintah Kertanegara (1268-1292) oleh Kerajaan Kediri akibat tidak berdayanya pasukan dan aparat kerajaan setelah berpesta pora dan bermabuk-mabukan (Sukmana, 1981: 66). Kepopuleran perilaku ma lima tersebut ternyata tidak hanya muncul dalam wacana moral dan agama yang bersifat lisan, tetapi kepopuleran perilaku tersebut juga terdokumentasi dalam sejumlah naskah yang tersebar dalam masyarakat Jawa. Naskah-naskah yang membicarakan perilaku ma lima tersebut cukup bervariasi baik dari segi bahasa, judul naskah, jumlah halaman, jenis pupuh tembang, maupun muatan isinya bahkan nama pengarangnya. Mengingat kondisinya yang demikian itu, maka kajian sejarah perkembangan teks ma lima sangat diperlukan.

Item Type:Article
Divisions:Faculty of Humanities > Department of Indonesian
ID Code:5978
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:28 Jan 2010 13:47
Last Modified:28 Jan 2010 13:47

Repository Staff Only: item control page