STRATEGI KONSERVASI MANGROVE MELALUI HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm): Studi pada HKm Seberang Bersatu di Kabupaten Belitung

Abstract

Penetapan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan Seberang Bersatu Seluas 757 Hektar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ditindaklanjuti dengan penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung membuat Kelompok Hutan Kemasyarakatan Seberang Bersatu mendapat akses legal untuk melakukan kegiatan pemanfaatan di dalam kawasan hutan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadi kerusakan lingkungan karena status areal kerja yang berupa hutan lindung dan cadangan hutan mangrove di Kecamatan Tanjungpandan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lingkungan HKm Seberang Bersatu terkait kegiatan konservasi mangrove dan merumuskan strategi konservasi mangrove agar pemanfaatan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan penginderaan jauh, studi literatur, observasi lapangan, wawancara dan kuisioner. Metode analisa data dilakukan dengan SWOT. Kondisi biofisik Hkm Seberang Bersatu secara umum mendukung untuk dilakukan kegiatan konservasi mangrove. Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Hkm Seberang Bersatu juga sebagian besar mendukung kegiatan ini. Berdasarkan hal tersebut, jenis strategi yang cocok diterapkan adalah strategi mendukung pertumbuhan yang agresif. Strategi konservasi mangrove Hutan Kemasyarakatan Seberang Bersatu antara lain : (1) Membuat agenda tahunan program wisata yang berorientasi pada konservasi mangrove dan kearifan lokal; (2) Melakukan kegiatan sosialisasi, promosi mangrove HKm Seberang Bersatu kepada masyarakat luas; (3) Mengundang investor dalam hal pelatihan dan permodalan kepada anggota kelompok untuk pengembangan jenis usaha yang berbasis mangrove; (4) Menyelaraskan program kerja HKm Seberang Bersatu dengan program kerja pemerintah terkait konservasi mangrove; (5) Mendorong HKm Seberang Bersatu sebagai pusat pengembangan mangrove di Kabupaten Belitung, khususnya Kecamatan Tanjungpandan; dan (6) Menyusun konsep konservasi mangrove secara holistik dengan melibatkan seluruh anggota kelompok dan stakeholder. Kata kunci : Strategi, Konservasi, Mangrove, Hutan Kemasyarakatan, Kabupaten Belitung Seberang Bersatu Community Forest working area was approved by Indonesian Minister of Environment and Forestry which was followed by Community Forest Utilization Permit (IUPHKm) that was issued by the Governor of Bangka Belitung. This permit made Seberang Bersatu Community Forest got legal access to exploit forest that covers an area of 757 hectares. This raised fear of environmental effects due to the working area is a protected forest and the last mangrove reserve in Tanjungpandan District. This study was aimed to study the condition of the community forest and to frame a mangrove conservation strategies for a suitainable management. The data were collected by remote sensing, literature, field observations, interviews and questionnaires. SWOT method was used to analyze and frame the strategies. Generally, the biophysic conditions supported the mangrove conservation strategy. The condition of social, economic, and culture of the community forest was also supported this conservation effort. Based on those things, the type of strategy that suitable for the condition was the agressive strategy. The mangrove conservation strategies in Seberang Bersatu Community Forest, among others : (1) Drawing an annual tourism agenda based on mangrove conservation program and local wisdom; (2) Conducting socialization and promotion of mangrove on Seberang Bersatu Community Forest to a wider community; (3) Inviting investors in terms of training and financing members of community on mangrove-based sectors; (4) Aligning the Seberang Bersatu Community Forest work plan to the government's work program related to the mangrove conservation; (5) Encouraging Seberang Bersatu Community Forest as a mangrove center in Belitung Regency, especially Tanjungpandan District; and (6) Developing the concept of mangrove conservation in a holistic manner by involving all community member and stakeholders. Keyword(s) : Strategy, Conservation, Mangrove, Community Forest, Belitung Regency