PENGARUH TANDA-TANDA KOSMOLOGIS KOTA JAWA PADA MASJID DEMAK PERWUJUDAN VISUAL YANG BER-KEARIFAN LOKAL

SANTOSO, Imam and SETIOKO, Bambang and PANDELAKI, Edward E (2015) PENGARUH TANDA-TANDA KOSMOLOGIS KOTA JAWA PADA MASJID DEMAK PERWUJUDAN VISUAL YANG BER-KEARIFAN LOKAL. In: SEMINAR NASIONAL Menuju Ruang Arsitektur & Perkotaan Yang Ber-Kearifan Lokal, 12 Mei 2015, Departemen Arsitektur FT Undip Semarang.

[img]
Preview
PDF
1448Kb
[img]
Preview
PDF
862Kb

Official URL: http://dtap.undip.ac.id

Abstract

Menurut Jo Santoso (1), bahwa alun-alun pada kota Jawa juga merupakan simbol dari angkasa raya atau dunia atas. Yang mana didalamnya tercakup dari konsep alun-alun kota Jawa tersebut, dibahasakan bahwa kedua beringin diartikan sebagai simbol dunia atas dan dunia manusia dan berfungsi sebagai orientasi kehidupan sosial. Masjid dibangun untuk memenuhi keperluan ibadah Islam, secara fungsi dan perannya ditentukan oleh lingkungan, tempat dan jaman di mana masjid didirikan. Ruang Haram sebagai ruang utama berperan memenuhi makna sakral sebagai sebuah ruang utama dalam beribadah pada sebuah masjid. Sehingga muncul beberapa simbol/ tanda yang mampu dibaca dan dipahami sebagai sebuah permaknaan/ perlambangan secara arsitektural. Demak diperkirakan berdiri sekitar perempat akhir abad XV oleh seorang Cina bernama Cek Ko-po, oleh orang Portugis anaknya disebut Rodim, seperti yang dimaksud sebagai Baharuddin atau Komaruddin, kemudian Hagemoni Demak muncul setelah Sultan Trenggana memerintah tahun 1505 – 1546 ( dua kali pemerintahan). Dan menurut cerita sejarah tradisional, Masjid Agung Demak didirikan oleh Sunan Kalijaga pada 1478 yang juga sebagai salah satu Walisongo. Memahami konteks kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (2), religi merupakan bagian yang mendukung eksistensi konsep dari sebuah kebudayaan. Masyarakat primitif dan tradisional pada umumnya lebih arif dalam merepresentasikan konsep kebudayaan secara fisik didalam tampilan karya budayanya, dimana diwujudkan antara lain menyatu ke dalam bentuk dan struktur bangunan. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Rapoport (3). Kosmologi sebagai sesuatu konsep sakral dari masyarakat tradisional/masa lalu di dalam mengisyaratkan sumbu sakral mendasarkan kepercayaan atau budaya nusantara. Seperti sumbu Utara- Selatan atau gunung-laut dan timur-barat yang terpengaruh Majapahit. Didalam masjid Demak ada mihrab terdapat hiasan berupa kura-kura, ada yang menginterpretasikan, kepalanya menunjukkan angka 1, kakinya 4, badan 0 dan ekor 1, lambang dari tahun didirikannya tahun Saka 1401 atau 1479 M, yang dikatakan oleh Murtiyoso (4). Ada lima pintu masuk ke dalam Haram, diinterpretasikan sebagai simbol dari lima rukun Islam . Tujuan dari penelitian adalah untuk menemukan tanda-tanda pada Masjid Demak sebagai Peninggalan Walisongo dan sebagai Penanda pada Kawasan Kota Demak. Pada kertas kerja ini penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi kualitatif, dimana sangat terkait dengan perolehan data yang disajikan bukan dalam bentuk angka melainkan bentuk kata verbal. Dan pada penelitian arsitektural, “bukan angka“ yang hanya di interpretasikan sebagai bentuk kata verbal melainkan dapat dianalogikan pula dengan gambar/graphic seperti yang dikatakan oleh Muhadjir (5). Dan kajian awal berdirinya masjid sebagai data awal dan sejarah masjid, sedangkan metode yang digunakan deskriptifinterpretatif dan memakai hermeneutika guna menengarai representasi simbol-simbol dalam pemaknaan ruang haram sebagai ruang yang sakral. Kata kunci: tanda-tanda visual, simbol, kosmologi, Ruang Haram

Item Type:Conference or Workshop Item (Paper)
Subjects:H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Architecture and Urban Planning
ID Code:55891
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:07 Sep 2017 14:55
Last Modified:07 Sep 2017 14:55

Repository Staff Only: item control page