PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR RUANG KOTA TERHADAP AKSESIBILITAS (Studi Kasus: Kota Semarang)

MASRIANTO, Masrianto and SOETOMO, Sugiono and RIYANTO, Bambang and POERWO, I.F. Poernomosidhi (2012) PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR RUANG KOTA TERHADAP AKSESIBILITAS (Studi Kasus: Kota Semarang). PhD thesis, Diponegoro University.

[img]
Preview
PDF
11Mb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

11Mb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

11Mb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

11Mb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

11Mb
[img]
Preview
PDF
11Mb
[img]
Preview
PDF
11Mb
[img]
Preview
PDF
11Mb
[img]
Preview
PDF
11Mb

Abstract

Arus urbanisasi yang sangat tinggi dewasa ini mengakibatkan permasalahan yang sangat komplek di wilayah perkotaan, khususnya di kota-kota pada negara sedang berkembang. Khususnya di Indonesia hal tersebut juga menjadi perhatian serius dari Pemerintah karena dampaknya sangat luas, seperti misalnya kemiskinan, lingkungan, ekonomi, dll. Pola urbanisasi di Indonesia menunjukkan bahwa persentase jumlah penduduk di perkotaan pada tahun 2025 diperkirakan akan menjadi 67,5% dari jumlah penduduk (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014). Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan dan selanjutnya secara spasial akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur ruang kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang perubahan struktur ruang kota yang terjadi akibat pertambahan penduduk dan bagaimana pengaruhnya pada aksesibilitas penduduknya di ruang perkotaan. Di dalam disertasi ini dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda kuantitatif untuk membangun suatu konsep model yang di dalam kegiatannya dapat dikategorikan menjadi 4 kegiatan yang saling berkaitan, yaitu yang pertama adalah meneliti perubahan tata guna lahan kaitannya dengan struktur pembentuk ruang kota. Elemen struktur pembentuk ruang kota ini adalah kawasan perdagangan, kawasan industri, dan kawasan perumahan. Kegiatan kedua adalah mencari hubungan antara struktur pembentuk ruang kota dengan aksessibilitas dan kegiatan yang ketiga yaitu meneliti tingkat aksesibilitas zona-zona di perkotaan, serta kegiatan keempat meneliti aksesibilitas dengan adanya perubahan tata guna lahan tekait harga lahan yang berdasarkan pada kinerja jalan nasional yang ada. Elemen yang diteliti kaitannya dengan tingkat aksesibilitas itu adalah volume lalu lintas, waktu tempuh, dan biaya angkutan perjalanan. Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif tersebut dilakukan pemaknaan deskriptif terjadinya perubahan struktur ruang kota secara spasial dan aksesibilitas yang terjadi sebagai akibat dari perubahan struktur ruang kota tersebut. Dari penelitian disertasi ini didapatkan pengetahuan berkaitan dengan ”Pengaruh Perubahan Struktur Ruang Kota terhadap Aksesibilitas”. Pertama, didapat pengetahuan bahwa dalam dua kurun waktu yang berbeda elemen dominan perubah struktur ruang kota merujuk pada pola struktur kawasan yang terbagi menjadi kawasan CBD, transisi, dan pinggiran dalam dua konteks yang berbeda. Dalam konteks peningkatan harga lahan dan perubahan fungsi lahan di Semarang dalam kurun waktu 10 tahun, elemen dominan peubah struktur ruang di kawasan CBD adalah elemen perdagangan dan industri, di kawasan transisi elemen dominan adalah perdagangan dan perumahan, sedangkan di kawasan pinggiran adalah elemen perumahan dan industri. Dalam konteks peningkatan bangkitan perjalanan dalam kurun waktu 10 tahun elemen dominan adalah elemen perumahan di kawasan CBD, kawasan transisi,dan kawasan pinggiran. Jadi dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa pada dasarnya tidak terdapat elemen dominan yang sifatnya tetap dan berskala kota. Elemen dominan hanya terjadi dalam kurun waktu tertentu dan terjadi pada skala kawasan CBD, kawasan transisi, atau kawasan pinggiran. Kedua, ditemukan dalam penelitian disertasi ini bahwa perubahan struktur ruang kota dalam kurun waktu 10 tahun berupa perubahan fungsi-fungsi perumahan ke perdagangan dan industri memberikan pengaruh berupa peningkatan aksesibilitas di kawasan CBD, kawasan transisi, dan kawasan pinggiran. Ketiga, ditemukan bahwa korelasi antara peningkatan harga lahan dan aksesibilitas dalam kurun waktu 10 tahun di Semarang vi adalah berbanding terbalik. Pada kawasan dengan peningkatan harga tertinggi yaitu pada kawasan CBD, terjadi peningkatan aksesibilitas terendah dan sebaliknya pada kawasan dengan peningkatan harga terendah yaitu pada kawasan pinggiran terjadi peningkatan aksesibilitas tertinggi. Keempat, dalam penelitian ditemukan bahwa kawasan pinggiran dominan dengan elemen perumahan dan peningkatan aksesibilitasnya tinggi serta memberikan kontribusi bangkitan perjalanan yang tinggi. Maka peningkatan aksesibilitas berkorelasi dengan terjadinya peningkatan bangkitan perjalanan dari rumah ke tempat kerja, sekolah, belanja, rekreasi, dan kegiatan sosial yaitu dari kawasan pinggiran ke pusat kota dan kawasan transisi. Penelitian disertasi ini menghasilkan empat pengetahuan teoretik. Pertama, dari hasil penelitian ini didapatkan pengetahuan teoretik tentang struktur ruang kota di Semarang sebagai kota metropolitan muda yang berbeda dengan struktur ruang kotakota besar di Negara maju seperti di Amerika yang direpresentasikan oleh Alonso (1964) dalam diagram “bid-rent curve” dan diagram “variasi harga lahan dan jarak ke pusat kota” dari Bertaud (2004 dan 2010) yang menggambarkan kondisi kota besar yang mapan dengan basis kekuatan ekonomi yang berkompetisi dengan ketat dalam memperebutkan ruang-ruang kota yang strategis berdasarkan harga lahan dan jarak lahan ke pusat kota. Kedua, didapat pengetahuan bahwa peningkatan aksesibilitas pada jalur koridor menjadi daya tarik bagi fungsi perdagangan untuk memilih lokasi di sepanjang jalur koridor. Hal ini mengakibatkan bentuk kota Semarang yang tumbuh mengikuti jalur koridor. Ketiga, diperoleh pengetahuan yang menjelaskan bahwa perbedaan diagram “bid-rent curve” antara kota-kota di Negara maju dengan kota-kota di Negara sedang berkembang adalah karena kondisi aksesibilitasnya yang berbeda. Aksesibilitas merujuk pada sarana, prasarana dan sistim transpotasi di Negara maju sudah lebih mapan dalam memenuhi standar sedangkan di Negara sedang berkembang pada umumnya masih belum dapat memenuhi standar yang benar. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan diagram model “Hubungan antara Harga Lahan dengan Jarak ke Pusat Kota dan Aksesibilitas”. Diagram ini merupakan pengkaya /perkuatan terhadap diagram dari Alonso (1964) dan Bertaud (2004 dan 2010) dengan menambahkan faktor aksesibilitas. Keempat, berdasarkan pengetahuan teoretik pertama, kedua, dan ketiga, dirumuskan pengetahuan teoretik generik berupa “Model Hubungan Struktur Ruang Kota dan Aksesibilitas” yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi terhadap kinerja struktur ruang kota berdasarkan aksesibilitas di suatu kota pada kurun waktu tertentu. Kata kunci: struktur ruang kota, aksesibilitas, elemen, koridor

Item Type:Thesis (PhD)
Subjects:H Social Sciences > HE Transportation and Communications
H Social Sciences > HJ Public Finance
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Architecture and Urban Planning
ID Code:55809
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:31 Aug 2017 15:33
Last Modified:31 Aug 2017 15:33

Repository Staff Only: item control page