MAKNA TRADISI GUSJIGANG PADA RUMAH KAUM SANTRI PEDAGANG DI KOTA LAMA KUDUS

SARDJONO, Agung Budi and HARDIMAN, Gagoek and PRIANTO, Eddy (2016) MAKNA TRADISI GUSJIGANG PADA RUMAH KAUM SANTRI PEDAGANG DI KOTA LAMA KUDUS. PhD thesis, Diponegoro University.

[img]
Preview
PDF
719Kb
[img]
Preview
PDF
3361Kb
[img]
Preview
PDF
1920Kb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

19Mb
[img]PDF
Restricted to Repository staff only

11Mb
[img]
Preview
PDF
919Kb
[img]
Preview
PDF
968Kb
[img]
Preview
PDF
2148Kb

Official URL: http://dtap.undip.ac.id

Abstract

Globalisasi menyebabkan krisis identitas yang mendorong upaya penggalian nilai-nilai kebudayaan lokal. Masyarakat Kudus adalah masyarakat Santri Pedagang. Kehidupan beribadah dan berdagang menjadi pola kegiatan khas masyarakat, disebut Gusjigang. Di sisi lain arsitektur rumah tradisional Kudus dan lingkungan permukimannya mempunyai bentuk dan tata ruang yang khas pula. Sayang sekali rumah-rumah tradisional tersebut makin menyusut karena berubah, rusak ataupun dijual. Karakteristik yang kuat pada kebudayaan masyarakat Kudus di satu sisi dan kekhasan arsitektur rumah tradisional Kudus di sisi lain mengarah pada pertanyaan: bagaimana kaitan antara tradisi Gusjigang pada masyarakat Santri Pedagang di Kudus dengan wujud arsitektur rumah tinggalnya?, apa makna yang terkandung di balik arsitektur rumah tradisional Kudus yang khas tersebut?. Penelitian bertujuan untuk mengungkap makna bertempat tinggal masyarakat Kudus. Penelitian mengambil lokasi di daerah kota lama Kudus, biasa disebut Kudus kulon. Kawasan ini berpusat di masjid Menara, meliputi desa Kauman, Kerjasan, Langgar Dalem, Janggalan serta Demangan. Lingkungan permukiman relatif masih sedikit mengalami perubahan dibanding kawasan kota yang lain, rumah-rumah tradisional masih banyak dijumpai. Sampai saat ini sebagian besar masyarakat setempat masih memegang tradisi dengan kuat. Penelitian berada di bawah paradigma penelitian Naturalistik, dengan metoda Kualitatif. Pendekatan penelitian menggunakan Etnografi yang disesuaikan dengan kebutuhan bidang arsitektur. Langkah-langkah penelitian diawali dengan melakukan pengamatan menyeluruh pada kawasan kota lama Kudus. Fokus amatan kemudian diarahkan pada aktivitas keseharian pada aspek keagamaan serta perdagangan, dua aspek kehidupan yang dominan pada masyarakat. Di sisi lain pengamatan fisik dilakukan pada arsitektur rumah tinggalnya pada cakupan mikro (rumah), meso (kelompok rumah) serta makro (kawasan Kudus kulon). Pengamatan ini menghasilkan gambaran spesifik pola aktivitas masyarakat Kudus kulon serta wadahnya. Kajian dilakukan dengan mengkaitkan antara pola aktivitas dengan wadah yang dikelompokkan dalam enam tema bahasan, yakni: Ruang Ngaji dan Dagang; Ruang Publik dan Prifat; Ruang Sakral dan Profan; Ruang Proteksi dan Interaksi; Ruang Laki-laki dan Perempuan serta Ruang Adaptasi. Lima tema awal menggambarkan nilai dualitas yang ada dalam kehidupan masyarakat Kudus, dinamakan Ruang Habluminallah dan Ruang Habluminannas. Dalam susunannya, ruang Habluminallah adalah ruang pusat atau ruang dalam yang berorientasi vertikal, sementara ruang Habluminannas adalah ruang tepi atau ruang luar yang berorientasi horisontal. Tema ruang adaptasi menggambarkan upaya menyeimbangkan dan menyelaraskan kesatuan dualitas tersebut yang dinamakan ruang Gusjigang. Batas antara dua ruang tersebut menjadi penting untuk mengatur hubungan diantara keduanya. Dari konsep tersebut dapat disusun teori bahwa bagi masyarakat Kudus, rumah adalah kesatuan dari ruang berketuhanan dan ruang berkemasyarakatan. Kata kunci: Kudus; Rumah; Gusjigang; Habluminallah; Habluminannas

Item Type:Thesis (PhD)
Subjects:B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc
N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Architecture and Urban Planning
ID Code:55784
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:31 Aug 2017 11:05
Last Modified:31 Aug 2017 11:05

Repository Staff Only: item control page