PENGEMBANGAN STASIUN BEKASI DENGAN PRINSIP TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

Abstract

Kemacetan merupakan salah satu permasalahan utama dari kota-kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Termasuk ke dalamnya Kota Bekasi. Dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 2 juta jiwa pada tahun 2014, tidak dapat dipungkiri bahwa Kota Bekasi termasuk ke dalam kota megapolitan di Indonesia. Ditambah dengan stigma bahwa Kota Bekasi merupakan pendamping dari ibukota Jakarta. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi berbanding lurus dengan melesatnya jumlah kendaraan pribadi di Kota Bekasi. Tingginya kepemilikan kendaraan pribadi didukung dengan menurunnya jumlah angkutan umum membuat kemacetan di Kota Bekasi tidak dapat dihindari. Menurut hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Bekasi, jumlah angkutan umum seperti mini bus dan mikrobus cenderung mengalami peningkatan yang sedikit serta mengalami penurunan presentase penggunaan di beberapa tahun diantaranya dalam kurun waktu lima tahun terakhir (tahun 2010 s/d 2014) Terjadinya kemacetan di beberapa titik serta penurunan penggunaan kendaraan umum oleh masyarakat Kota Bekasi menunjukan bahwa Kota Bekasi membutuhkan sistem Transit Oriented Development (TOD) untuk meningkatkan minat atau kesadaran masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Selain itu, sistem Transit Oriented Development (TOD) dibutuhkan agar perkembangan kawasan pada titik-titik pertemuan moda transportasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Sehingga nantinya, dapat tercipta fasilitas transit yang dapat menampung kebutuhan para pengguna transportasi umum untuk melakukan kegiatan perpindahan moda transportasi dalam skala movement link.