Pangarso, Agung (2015) Identifikasi Kondisi Sosial-Ekonomi Kawasan Aglomerasi Industri di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dalam Perspektif Pengembangan Ekonomi Lokal. In: Conference on Urban Studies and Development , 08 SEPTEMBER 2015, SEMARANG.
| PDF - Published Version 963Kb |
Official URL: http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpk/pages/v...
Abstract
Pertumbuhan kota tidak lepas dari perkembangan industri. Industri memanfaatkan penghematan aglomerasi seperti dukungan infrastruktur, pasar, atau konsentrasi tenaga kerja. Secara spasial, perkembangan kota mengarah pada terbentuknya aglomerasi kota yang mengintegrasikan pusat (core) dan wilayah pinggirannya (peri-urban), termasuk berkembangnya wilayah peri-urban untuk industri. Pertumbuhan perekonomian wilayah berbasis industri tentunya diharapkan mampu meningkatkan taraft kesejahteraan masyarakat pada wilayah industri. Meskipun kondisi ini dapat terwujud di beberapa wilayah, Namun terdapat wilayah aglomerasi industri dengan persentase keluarga miskin cukup besar termasuk Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, yaitu 30%. Untuk menjelaskan fenomena secara lebih jelas, penelitian pada Kecamatan Pringapus yang termasuk wilayah peri-urban metropolitan Semarang ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi secara umum kondisi sosial ekonomi serta keterkaitan ekonomi lokal dan aglomerasi industri di wilayah studi. Perspektif Pengembangan Ekonomi Lokal (Local Economic Development/LED), dipandang penting karena berkaitan dengan proses di tingkat lokal dalam rangka pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang inklusif dan berkeadilan, dengan tetap memperhatikan aspek pasar. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif melalui metoda observasi dan wawancara secara mendalam (in-depth interview) terhadap stakeholder di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aglomerasi industri tumbuh seiring dengan aglomerasi kota yang membentuk kawasan metropolitan. Wilayah Kecamatan Pringapus sebagai peri-urban metropolitan Semarang, berkembang menjadi aglomerasi industri karena penghematan aglomerasi yang terbentuk (baik penghematan lokalisasi maupun penghematan urbanisasi). Aglomerasi industri di peri-urban ini didominasi perusahaan footloose industry dimana keterkaitan industri dengan sumberdaya lokal rendah atau tidak dapat mengembangkan rantai nilai (value chain) terkait industri secara optimal. Kondisi ini diduga sebagai penyebab sektor industri di Kecamatan Pringapus belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan penduduk wilayah ini secara signifikan, sehingga persentasi penduduk miskin wilayah ini masih cukup tinggi. Aglomerasi industri dalam perspektif LED dapat diarahkan pada pengembangan industri kecil di Kecamatan Pringapus dengan konsep Klaster Industri. Klaster industri kecil lokal berupa industri kasur, keset dan furniture potensial dikembangkan dengan memberikan perhatian pada kerjasama (termasuk kelembagaan) dalam klaster dan inovasi, serta membuka peluang kerjasama dengan industri besar di wilayah ini. Sehingga membuka peluang meningkatnya nilai tambah yang lebih besar atas pemanfaatan sumberdaya lokal. Sementara dalam perspektif pembangunan yang inklusif dan berkeadilan (socio-economic justice), termasuk di bidang tata ruang dan pengembangan kota, fenomena aglomerasi industri perlu diarahkan secara lebih rinci melalui kebijakan dan pengaturan ruang kota/wilayah dan sektoral, sehingga pembangunan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menghindari permasalahan pembangunan kota seperti kesenjangan pendapatan dan marginalisasi penduduk lokal yang dapat berdampak pada masalah sosial yang lebih besar.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Urban and Regional Planning Faculty of Engineering > Department of Urban and Regional Planning |
ID Code: | 49796 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 17 Aug 2016 20:41 |
Last Modified: | 17 Aug 2016 20:41 |
Repository Staff Only: item control page