Armand, Chalief (2004) SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B TERPADU DI SEMARANG. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip.
| PDF - Published Version 55Kb |
Abstract
1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Pendidikan nasinal bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudu pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut aka setiap warga Negara berhak untk mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU No. 2 tahun 1989 pasal 5 bahwa setiap warga Negara mempunyai hak yang sam untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian orang-orang yang menderita cacat atau kelainan juga mendapatkan perlindungan hak, seperti yang tertuang pada pasal 8 ayat (1) UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidkan nasional dimana disebutkan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan atau mental berhak memperoleh Pendidikan Luar Biasa (PLB). Pendidikan Luar Biasa ini diberikan kepada warga Negara yng memiliki kelainan fisik atau mental agar nantinya bisa kembali bersosialisasi ke masyarakat secara normal. Namun dalan kenyataannya prosentase anak cacat yang mendapatkan layanan pendidikan jumlahnya amat sedkit. Seperti yang diutarakan Menteri Pendidikan Nasional Malik Fajar bahwa saat ini ada 1,3 juta anak usia sekolah yang memerlukan pelayanan khusus, baik secara khusus, baik secara fisik, mental, maupun kelainan perilaku. Sayangnya, dari jumlah itu baru sekitar 3,7 persennya atau 48.022 anak yang baru mendapatkan pelayanan khusus. Dengan demikian, masih ad sekitar 96,3 persen atau 1,29 juta anak yang belum terjangkau pelayanan khusus melalui pendidikan formal (Harian KOMPAS, Rabu 16 Oktober 2002). Hal ini dikarenakan masih adanya hambatan pada pola pikir masyarakat kita yang mengabaikan potensi anak cacat. Pada umumnya masyarakat memandang kecacatan (disability) sebagai penghalang (handicap) untuk berbuat ssuatu. Dan juga disebabkan banyaknya anak didik yang belum terjangkau pelayanan pendidikan luar biasa itu, antara lain disebabkan masih minimnya jumlah sekolah luar biasa yang ada, serta penyebaran Sekolah Luar Biasa yang baru terbatas di kota-kota besar saja. Menurut BPS Kota Semarang, Kota Semarang adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang pendrita cacatnya mencapai 1247 orang dan terus meningkat. Dari jumlah tersebut 25 persennya adalah penderita tuna rungu. Sedangkan jumlah sekolah luar biasa yang ada di Semarang belum mampu untuk melayani penderita cacat tuna rungu. Oleh karena itu perlu diadakannya sekolah bagi penyandang tuna rungu di kota Semarang. Alasan utama dari pengambilan judul ini, dikarenakan jumlah sekolah luar biasa B (untuk tuna rungu) beserta fasilitasnya yang ada di kota Semarang belum mampu untuk melayani anak usia sekolah yang menderita tuna rungu baik skala kota maupun regional (berdasar hasil wawancara dengan Bp. Anton , Pembina SLB Widya Bakti, Semarang). Pengambilan lokasi di Semarang karena kota Semarang mempunyai fasilitas pendidikan yang lebih baik dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Tengah. Jadi diharapkan setelah lulus dari kota sekolah luar biasa ini, siswa dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat umum sekitarnya. Salah satu upaya upaya perbaikan kesadaran akan pentingnya Pendidikan Luar Biasa bagi penderita cacat tuna rungu adalah memalui sekolah luar biasa bagian B terpadu. Sekolah luar biasa terpadu yang dimaksud yaitu dari jenjang dan satuan pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak luar biasa, sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertaman luar biasa, dan sekolah menengah umum luar biasa berada dan dikelola oleh pihak yang sama dengan dilengkapi oleh fasilitas penunjang artinya dengan terpadunya tiap jenjang dan Satuan pendidikan maka para siswa tidak akan terputus dalam hal pendidikannya sesudah selesai melalui satu jenjang pendidikan. Siswa yang telah selesai atau melalui sekolah dasar luar biasa misalnya tidak perlu repot untuk mendaftar ke sekolah sekolah lain, malainkan langsung terdaftar pada sekolah menengah pertama luar biasa yang erpadu dengan seklah dasar luar biasa tersebut. 1.2. Maksud dan Tujuan Pembahasan Maksud Maksud penulisan LP3A ini adalah untuk merencanakan dan merancang sebuah kawasan sekolah luar biasa bagian B terpadu yang terdiri dari playgroup, taman kanak-kanak luar biasa, sekolah dasar luarbiasa. Sekolah menengah pertama luar biasa, dan sekolah menengah luar biasa berlokasi di kota Semarang dimana nantinya akan meningkatkan kualitas fisik kota Semarang dan Jawa Tengah pada umumnya serta meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka turut serta mencerdaskan masyarakat penyandang cacat Indonesia. Tujuan Tujuan penulisan LP3A ini adalah sebagai acuan langkah-langkah dasar yang akan digunakan dalam proses perencanaan dan perancangan Sekolah Luar B, Terpadu di Semarang. Selain itu Sekolah Luar Biasa bagian B Terpadu ini bisa dijadikan acuan bagi kota-kota lainnya di Indonesia dan meningkatkan kualitas fisik kota semarang secara keseluruhan. 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan ditekankan pada masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu arsitektur untuk perencanaan dan perancangan sarana dan prasarana Sekolah Luar Biasa bagian B Terpadu di Semarang. Hal-hal di luar displin ilmu arsitektur digunakan sebagai pendukung perencanaan dan perncangan dan akan dibahas dengan batasan tanpa pembahasan yang lebih mendalam. Pada perencanan dan perancangann Sekolah bagian B Terpadu di Semarang, landsan program perencanaan dan peracangan akan menitik beratkan pada perencanan kawasan pendidikan dengan perancangan bangunan sekolah Taman Kanak-Kanak Luar Biasa, Sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertama luar biasa, sekolah menengah luar biasa beserta fasilitas yang ada di dalamnya dan secara spasial lokasi perencanaan masuk pada wilayah administrative kota Semarang dan bisa melayani lungkup regional. 1.4. Metode Pembahasan Metode yang diterapkan dalam pembahasan adalah metode deskriptif analisis sebagai paparan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan obyek studi, dengan cara memecahkan masalah memalui proses pengumpulan data, menyusun atau mengklasifikasinya, menganalisis, mengambil kesimpulan dan mengadakan studi pendekatan program perencanaan dan perancangan Sekolah Luar Biasa bagian B Terpadu di Semarang. Data-data mengenai obyek diperoleh dari data primer, data sekunder maupun dengan survey langsung ke lapangan melalui studi banding, studi literature dan internet. 1.5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan yang digunakan dalam landasan konseptual ini adalah : BAB I Menguraikan bagian awal yang berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, metode yang digunakan dan sistematika pembahasan. BAB II Menjelaskan tinjauan pustaka mengenai sekolah luar biasa dalam hal pengertian, karakteristik dan unsure-unsur yang dikandungnya, beserta studu literature yang akan digunakan sebagai acuan untuk pembahasan selanjutnya. BAB III Berisi tinjauan umum mengenai Kota Semarang meliputi gambaran secara umum, potensi yang dimiliki, kondisi eksisting, dan lain-lain serta studi banding. BAB IV Berisikan Sekolah Luar Biasa terpadu yang akan dibuat di Semarang. BAB V Berisikan kesimpulan, batasan, dan anggapan dalam proses perencanaan dan perancangan obyek studi. BAB VI Pendekatan Program Dasar Perencanaan dan Perancangan berisikan tentang pendekatan fungsional, kinerja, kontekstual, arsitektural, dan pendekatan teknis. BAB VII Menjelaskan konsep dasar perencanaan dan perancangan, program ruang dan luas tapak.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | N Fine Arts > NA Architecture |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering |
ID Code: | 4905 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 21 Jan 2010 11:12 |
Last Modified: | 21 Jan 2010 11:12 |
Repository Staff Only: item control page