MEMAHAMI EKSISTENSI BT'RUH (Perspektif Standpoint)

Turnomo, Rahardjo (2009) MEMAHAMI EKSISTENSI BT'RUH (Perspektif Standpoint). Project Report. FISIP UNDIP.

[img]
Preview
PDF
1822Kb

Abstract

Dalam setiap peristiwa politik seperti pemilihan umum, buruh dan kelompok-kelompok marjinal lainnya seperti petani dan nelayan selalu menjadi sasaran kelompok lain guna mendapatkan keuntungan-keuntungan politik. Partai politik, kandidat wakil rakyat, calon presiden/wakil presiden, gubernur, bupati/walikota menjadikan buruh sebagai komoditas politik. Melalui pesan-pesan politik yang disampaikan, mereka berusaha untuk menciptakan "realitas" yang tampak melalui penyampaian pesan-pesan politik yang direkayasa secara sistematis. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman politisi dan buruh yang berbeda posisi kelasnya dalam memahami keberadaan buruh. Penelitian ini merupakan kajian dalam komunikasi antarbudaya dengan memberi penekanan pada gagasan teoritik Standpoint yang menjelaskan bahwa individu-individu adalah konsumen aktif dari realitas mereka sendiri sekaligus sebagai sumber informasi yang paling penting mengenai pengalaman mereka. Pemikiran teoritik ini juga menjelaskan bahwa posisi kelas (ntaterial life) akan membentuk dan membatasi pemahaman mengenai relasi sosial. Secara metodologis, penelitian ini merupakan kajian fenomenologi, sebuah metoda yang digunakan peneliti untuk memahami obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa dari sudut pandang seseorang sebagai perceiver. Phenomenon adalah penampakan sebuah obyek, peristiwa atau kondisi dalam persepsi individu. Informan yang dilibatkan dalam studi ini adalah politisi (anggota legislatif) DPRD Kota Semarang, aktivis buruh, dan buruh. Penelitian ini menemukan bahwa bahwa buruh adalah komoditas politik. Perbedaan posisi kelas telah menciptakan perbedaan cara pandang dalam memahami keberadaan buruh. Politisi rnelakukan rekayasa simbolik melalui pesan-pesan politik yang disampaikan. Pada sisi lain" br,rruh memperjuangkan nasib mereka sendiri tanpa harus mengikuti praktik komunikasi politik yang dilaktrkan politisi. Hal lain yang ditemukan dalarn studi ini adalah bahwa relasi komunikasi antara politisi dengan buruh berlangsung dalam suasana yang monolog. Buruh sekadar dipakai sebagai "alat" politisi untuk mendapatkan kekuasaan. Pesan-pesan politik yang disampaikan politisi lebih dipahami sebagai propaganda politik yang bersifat searah daripada komunikasi pemasaran politik vang rnerlekankan pada pentingnya dialog dan negosiasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kon"runikasi. Implikasi dari studi yang dilakukan adalah perlunya pendidikan politik tidak saja bagi (calon) politisi, tetapi juga kelompok-kelompok marjinal seperti buruh, petani, dan nelayan yang selama ini sekadar dipakai sebagai alat politik untuk meraih kekuasaan. Melalui pendidikan politik, politisi disadarkan akan pentingnya komunikasi yang etis (dialog). Melalui pendidikan politik. buruh dan kelompok-kelompok marjinal lainnya disadarkan tentang pentingnya keberadaan mereka untuk melalcukan negosiasi politik ketika berhadapan dengan politisi yang memanfaatkan keberadaan kelompok-kelompok marj inal. Dialog menjadi kata kunci dalam relasi komunikasi antara politisi dengan buruh. Melalui dialog akan tercipta kesetaraan diantara kedua belah pihak sekaligus sebagai wujud dari hadirnya "banyak suara" (manv voices\.

Item Type:Monograph (Project Report)
Subjects:H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions:Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication
ID Code:48437
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:04 Apr 2016 11:37
Last Modified:04 Apr 2016 11:37

Repository Staff Only: item control page