H, H U S N A D I (2006) MENUJU MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN DARATAN ANTAR NEGARA (Studi Kasus : Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat). Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO.
| PDF - Published Version 169Kb |
Official URL: http://mpwk.undip.ac.id
Abstract
Kecamatan Paloh dan Sajingan Besar (PALSA) di Kabupaten Sambas merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sarawak). Sebagai wilayah yang strategis, kaya akan sumber daya alam, memiliki panorama alam laut, pantai dan hutan yang indah dan eksotis, namun keberadaannya selama ini kurang mendapat perhatian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembangunan wilayah. Akibatnya antara lain adalah munculnya banyak permasalahan di kawasan ini, seperti kesenjangan ekonomi, ketertinggalan pembangunan, dan keterisolasian kawasan. Ketiadaan konsep yang jelas, menyebabkan pembangunan kawasan perbatasan terkesan tidak terencana dengan baik dengan implikasi degradasi sumber daya alam dan kualitas lingkungan, serta tidak tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terjadinya proses dehumanisasi (peminggiran masyarakat), dan dekulturisasi, serta secara makro mengarah pada disintegrasi wilayah (terutama secara ekonomi). Dalam studi ini dibahas keterkaitan yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kawasan perbatasan PALSA-Sarawak. Dipilihnya kawasan perbatasan PALSA-Sarawak sebagai kasus studi dilatarbelakangi oleh adanya fenomena atau gejala, dimana wilayah perbatasan PALSA juga menjadi daerah belakang dari sistem pusat-pusat permukiman yang ada di Sarawak selain wilayah yang ada di Kalbar secara umum. Hal ini dikaitkan dengan keterbatasan infrastruktur sosial dan ekonomi yang telah menyebabkan masyarakat cenderung berorientasi secara ekonomi ke Sarawak. Hasil kajian terhadap berbagai lesson learned model pengembangan kawasan perbatasan di berbagai negara ditemukan empat tipologi model berdasarkan kecenderungan orientasi pengembangan ekonomi wilayahnya, yaitu: pertama, wilayah terbelakang suatu negara berorientasi ke negara tetangga yang lebih maju; kedua, wilayah negara yang lebih maju berorientasi ke wilayah negara tetangganya yang relatif tertinggal; ketiga, masing-masing negara tidak saling berorientasi satu sama lain; dan keempat, kedua wilayah antarnegara saling bekerjasama dan mengarah kepada integrasi secara ekonomi. Berdasarkan tipologi ini, kawasan perbatasan PALSA yang secara empiris masuk dalam tipologi pertama diarahkan menuju kepada tipologi model keempat. Hasil analisis mengungkapkan bahwa model pengembangan agropolitan merupakan salah satu model yang sesuai untuk dikembangkan di kawasan PALSA sesuai tipologi model keempat diatas. Pemilihan model ini didasarkan pada potensi dan kondisi empiris yang ada bahwa kawasan PALSA yang mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) namun belum memiliki daya saing (competitive advantage), sehingga masyarakat di perbatasan tidak memiliki posisi tawar dan cenderung berada pada posisi yang lemah dalam interaksi perdagangan lintas batas dengan Sarawak meskipun secara sosial budaya hubungan mereka sangat erat. Kata kunci: kawasan perbatasan, agropolitan, daya saing
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | kawasan perbatasan, agropolitan, daya saing. cross-border region, agropolitan, competitive advantage |
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > G Geography (General) |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Master Program in Urban and Regional Planning |
ID Code: | 4787 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 20 Jan 2010 18:00 |
Last Modified: | 10 Feb 2010 14:30 |
Repository Staff Only: item control page