MORFOLOGI KOTA KERAJAAN BANTEN

Roesmanto, Totok (1991) MORFOLOGI KOTA KERAJAAN BANTEN. Modul Arsitektur Fakultas Teknik Undip, 1 (1). pp. 58-64. ISSN 0853 - 2877

[img]
Preview
PDF - Published Version
9Kb

Abstract

KOTA KERAJAAN DI ABAD KE-16 Kota kota kerajaan di Jawa pada abad ke-16 diperkirakan mencontohkan tata kota dari ibu kota kerajaan Majapahit. (Graaf, 1985:1980). Beberapa bagian gedung di Majapahit bahkan dipindah dan dipasangkan sebagai elemen bangunan baru di Demak dan Kudus. Tiang-tiang bangunan dari kayu pada bagian serambi Masjid Demak, dan pintu Majapahit sebagi peninggalan kuna di Kudus memperkuat pendapat tersebut. Seorang ahli bangunan di Majapahit yang menjadi tawanan perang di kerajaan Demak, Ki sepet (Graff, 1985-79) atau Raden Sepat atau Raden Sapet (Hoesein Djajadiningrat, 1983-35) kemungkinan besar sebagi perencana kota dan arsitek Demak. Atas perintah sunan Gunung Jati, sultan Demak mengirimkan Raden Sepat ke Cirebon. Sebelum bermukim di Cirebon, Sunan Gunung Jati adalah Raja pertama dikerajaan Banten. Sunan Gunung Jati juga memerintahkan putranya, Hasanuddin atau Molana Judah, membangun kota kerajaan. Penentuan letak bangunan bangunan dan bagian bagian penting dari kota kerajaan berdasarkan petunjuk Sunan Gunung Jati. Sehingga tata kota kerajaan Banten sangat dimungkinkan memiliki kesamaan dengan tata kota kerajaan Demak meskipun karya desain dan bangunan Raden sepat di Cirebon adalah kompleks pemakaman untuk wali. Pendatang pendatang pertama asal Portugis dan Belanda menuturkan bahwa kebanyakan kota pelabuahn Jawa pada abad ke-16 dan permulaam abad ke-17 diperkuat dengan kubu pertahanan, pagar bertiang (kemungkinan disebut pagaruyung) atau tombok. Kota pelabuhan yang dimaksud adalah Demak, jepara, Cirebon, Banten, Pati, Tuban, Sidayu, Gresik, Sjurabaya, Aros Baya, Wirasaba, dan Pasuruan.(Graff, 1985:80). KOTA BANTEN LAMA Kota Banten yang sekarang bermula dari sebuah kanpung nelayan yang tidak begitu penting dan berada di tepi teluk Banten. De Barros dalam tulisannya menyebut perkampungan ini dengan dataran Fatahillah atau Faletehan bersama tentara Demak tahun 1525. Penemuan perkakas batu, keramik Cina dari dinasti T’ang dan sung abad ke-9 dan 10 dikampung odel di tepi sungai Cibanten menunjukan bahwa daerah aliran sungai Cibanten sudah lama dijadikan tempat hunian jauh sebelum masa kerajaan Islam di Banten. Odel merupakan daerah genangan limpahan banjir sungai Cibanten dan setelah mengalami pengendapan dan pengeringan dijadikan daerah hunian. Odel terletak 2 km di selatan dari masjid agung Banten (halwany Michrob,1990 : 9).

Item Type:Article
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:4472
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:19 Jan 2010 15:12
Last Modified:19 Jan 2010 15:12

Repository Staff Only: item control page