PILPRES 2014 PADA RUBRIK “TAJUK RENCANA DI SURAT KABAR SUARA MERDEKA (Sebuah Analisis Wacana Kritis Model Teun A. van Dijk)

Abstract

Pada tanggal 9 Juli 2014, berlangsung Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Republik Indonesia. Euforia menyongsong pemilu tampak pada pembahasan di berbagai media massa, termasuk surat kabar Suara Merdeka melalui rubrik “Tajuk Rencana”. Dalam skripsi ini dibahas analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk pada Rubrik “Tajuk Rencana” di surat kabar Suara Merdeka, dilihat dari struktu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur teks yang terbentuk dalam wacana “Tajuk Rencana” dalam surat kabar Suara Merdeka tentang Pilpres 2014 dilihat secara struktur makro, superstruktur dan struktur mikro, serta mendeskripsikan kognisi sosial dan konteks sosial yang mendasari kemunculan teks terkait Pilpres 2014 dalam wacana “Tajuk Rencana” di surat kabar Suara Merdeka. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Tahapan pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan menggunakan metode simak dan teknik catat. Pengambilan data peneliti lakukan dari wacana rubrik “Tajuk Rencana” di surat kabar Suara Merdeka yang membahas Pilpres 2014. Data yang dikumpulkan merupakan teks yang terbit setiap hari Senin-Sabtu di halaman 6 surat kabar SM, berjumlah 153 wacana. Korpus data penelitian ini ialah teks yang membahas Pilpres 2014 dalam kurun waktu penelitian tujuh bulan, yaitu sejak tanggal 2 Januari 2014 sampai 9 Juli 2014 berjumlah 14 data. Dari 14 data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa struktur mikro dalam wacana TR di surat kabar SM yang membahas tentang Pilpres 2014 sudah menegaskan tema pelaksanaan Pilpres 2014 masih belum berkualitas. Pilpres 2014 masih diliputi banyak kecurangan, kampanye hitam dan pelanggaran yang tidak menaati asas pemilu damai, jujur dan adil. Pada elemen kognisi sosial, motif kemunculan teks TR di surat kabar SM yang membahas tentang Pilpres 2014 diproduksi media dalam kognisi kecewa terhadap rakyat. Kognisi sosial tersebut juga menjawab pertanyaan bagaimana konteks sosial yang berlangsung di masyarakat. Wacana tentang Pilpres 2014 yang berkembang di masyarakat masih jauh dari perwujudan Pemilu berkualitas.