PENGARUH URBANISASI BERLEBIH PADA PERUBAHAN BENTUK FISIK SEBUAH KOTA

Setioko , Bambang (1991) PENGARUH URBANISASI BERLEBIH PADA PERUBAHAN BENTUK FISIK SEBUAH KOTA. Modul Arsitektur Fakultas Teknik Undip, 1 (1). p. 15. ISSN 0853 - 2877

[img]
Preview
PDF - Published Version
12Kb

Abstract

I. PENDAHULUAN Indonesia adalah suatu Negara kepulauan yang terletak di Asia Tenggara yang terdiri dari lebih 13.667 pulau dan berpenduduk lebih dari 170 juta jiwa. Penduduknya tidak tersebar merata disemua pulau tetapi memadat hanya di pulau Jawa dan Bali. Kedua pulau tersebut dihuni oleh lebih dari 61 % dari total penduduk Indonesia, sedangkan Kalimantan dihuni hanya oleh 4.5 % nya. Ketimpangan penyebaran kota juga terjadi di Indonesia. Pulau Jawa mempunyai 129 kota atau 55 % dari total kota besar dan kecil di Indonesia. Dilihat dari penyebaran kota metropolitan dan kota besar yang mempunyai penduduk yang mempunyai pendudk lebih dari 1.000.000 jiwa 71.4% kota kota tersebut juga terletak dipulau Jawa. Berbagai strategi pengembangan kota telah dilakukan dalam upaya untuk menyebarkan penduduk secara lebih merata, termasuk di dalamnya adalah dengan menghambat tumbuh dan berkembangnya kota kota utama dan memacu pertumbuhan kota kota kedua dan kota kecil yang diharapkan dapat menjadi “countermagnet” dan “competitor”bagi kaum migrant. Bagi kota besar kebijakan ini mempunyaipengaruh terhadap alokasi anggaran yang berasal dari pemerintah pusat, dimana anggaran tersebut diperuntukan bagi pembangunan sarana dan infrastruktur kota. Pengembangan infrastruktur kota dengan tingkat yang lambat ini dapat mengimbangi ledakan pertambahan jumlah penduduk kota yang memyebabkan “urban blight” di pusat kota dan tidak tersedianya sarana dan prasarana kota di daerah peri-pheri. Ilustrasi tersebut diatas menunjukan betapa berpengaruhnya ketidak merataan distribusi penduduk terhadap perkembangan kota yang dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, pada waktu pulau Jawa dinyatakan sebagai pusat pemerintahan dan pusat investasi modal dibidang pertanian. Migrasi penduduk ke pulau Jawa berlanjut dengan intensitas yang jauh lebih tinggi setelah masa kemerdekaan. II. URBANISASI BERLEBIH Pada dasa warsa belakangan ini urbanisasi telah merobah dunia secara fundamental. Tidak seperti di Negara industri pengaruh urbanisasi di Negara berkembang hamper bias dirasakan pada semua aspek kehidupan masyarakat. Proses konsentrasi penduduk dan mengumpulnya penduduk di kota metropolitan dan kota besar adalah merupakan hal yang spesifik pada empat decade belakangan ini. Di Negara-negara industri, terutama Eropa Barat, Amerika Utara demikian juga di Jepang, urbanisasi telah berlangsung secara terus menerus dan dimulai pada pertengahan abad yang lalu dan selalu terkait dengan industrialisasi yang membutuhkan sejumlah pekerja dan buruh. Sebaliknya urbanisasi di Negara berkembang terjadi dalam situasi yang berbeda. Berbagai persoalan besar seperti : ketidak stabiln politik, kerawanan ekonomi, kemarginalan standard kehidupan dan ketidak mantapan struktur social masyarakatnya selalu mendahului berlangsungnya proses urbanisasi ini. Phenomena urbanisasi ini tidak hanya berupa tingginya prosentage penduduk yang tinggal di urban area yang berkaitan dengan kegiatan dan fungsionalisasi politik, tetapi juga aktivitas ekonomi dan social serta budaya terhadap kota-kota utama tersebut. Terlalu terkonsentrasinya aktiviras kehidupan hanya dibeberapa kota besar saja telah berlangsung dibeberapa abad sejak jaman colonial dan kondisi ini terus berkembang dengan intensitas yang cukup tinggi pada periode/jaman kemerdekaan. Tingginya tingkat pertumbuhan di kota kota metropolitan di Indonesia ini hamper mencapai proporsi yang kritis yang pada umumnya disebabkan karena tingginya angka kelahiran tingkat urbanisasi. Dari angka kelahiran yang berdasar pada hasil sensus tahun 1971 and 1980, rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2.3% dan ditambahnya angka penduduk diperkotaan sebesar 2.5% setahun. Akhir-akhir ini tingginya angka urbanisasi di Indonesia menuju pada tingkat yang mencemaskan, berdasar pada sensus tahun 1980 dimana diantara 148,49 juta jiwa penduduk, 32.89 juta jiwa atau setara dengan 22.3% tinggal didaerah perkotaan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5.3% setahun. Kota Jakarta sebagai ibukota Negara dan Surabaya sebagai kota terbesar kedua mempunyai pertumbuhan penduduk yang sangat mencengankan dalam decade belakangan ini yaitu sebesar 9% pertahun. Pertumbuhan kota yang tidak terprediksi ini menimbulkan berbagai persoalan pembanguan kota, seperti tingginya tingkat kepadatan bangunan, tidak cukup tersedianya urban infrastructure dan urban facilities, cepat tumbuh dan berkembangnya pemukiman kumuh dipusat kota dan juga tidak terkontrolnya perubahan fisik kota.

Item Type:Article
Subjects:N Fine Arts > NA Architecture
Divisions:Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
Faculty of Engineering > Department of Architecture Engineering
ID Code:4437
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:19 Jan 2010 14:10
Last Modified:19 Jan 2010 14:10

Repository Staff Only: item control page