REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM TELEVISI. ANALISIS FRAMING PADA PROGRAM ACARA DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA (RCTI)

Rahmiaji, Lintang Ratri (2009) REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM TELEVISI. ANALISIS FRAMING PADA PROGRAM ACARA DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA (RCTI). Masters thesis, FISIP UNDIP.

[img]Rich Text (RTF) (Tesis)
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial.

54Kb

Abstract

Televisi adalah dunia. Sebagai sebuah ”supermarket” yang menyajikan tontonan bervariasi alias ”gado-gado” dan stasiun yang selalu haus terhadap audience rating setinggi-tingginya telah memaksa televisi untuk memproduksi dan menayangkan tayangan yang bisa dinikmati semua kalangan masyarakat. Dunia tidak dapat direpresentasikan secara akurat dan objektif kita hanya mengalaminya melalui perantara teks, citra dan cerita. Ketiganya tidak pernah mencerminkan realitas secara jelas dan netral melainkan merepresentasikannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kode-kode dan konvensi-konvensi masyarakat tertentu. Kode-kode dan konvensi-konvensi diatas tidak selalu digunakan secara sadar, ini dikarenakan begitu mendarahdaging dalam tatanan budaya, kita mengambilnya seolah itu perangkat yang natural. Dengan demikian, representasi yang tercipta tersebut ternaturalkan, dan statusnya sebagai konstruksi terhapuskan. Inilah yang diasumsikan terjadi manakala para khalayak media terutama perempuan menonton televisi (RCTI). Namun demikian, televisi tidak bisa hanya dibaca melalui program per se, televisi adalah integrated reality. Tayangan televisi adalah kolase citra-citra yang terfragmentasi. (Sarup, 2008: 258-259). Oleh karena itu jika kita ingin mendapatkan representasi perempuan dalam media televisi secara utuh, kita harus menganalisisnya secara utuh, membacanya sebagai satu realitas yang bekerjasama membangun identitas perempuan. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya komodifikasi perempuan dalam pola pengemasan isi tayangan televisi dan terpaan informasi yang berulang kali menyebabkan terjadinya internalisasi nilai dan terbentuknya kebutuhan perempuan, sehingga semakin mengukuhkan nilai dan stereotipe gender melalui representasi perempuan dalam tayangan televisi. Penelitian ini akan mencoba menjawab pertanyaan Bagaimana televisi merepresentasikan komodifikasi perempuan, adakah ketidakadilan gender dalam proses komodifikasi dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi representasi komodifikasi perempuan di televisi. Penelitian ini dilakukan berdasarkan paradigma kritis yang bersumber dari pemikiran mahzhab Frankfurt, berupa penelitian kualitatif dengan metode analisis Framing Gamson dan Modigliani. Penelitian ini menempatkan Stasiun Televisi RCTI dengan pilihan program acara, yakni Seputar Indonesia, Sergap, Dahsyat, Sinetron Munajah Cinta, Cek dan Ricek, Silet, Titian Semangat, dan Indonesia Idol serta Iklan yang ditayangkan sebagai unit observasi. Berdasarkan hasil penelitian, hampir di setiap program acara yang ditayangkan perempuan selalu tampil dalam stereotipi feminin dan labeling yang melekat kuat. Dalam gambaran keluarga ideal, sang perempuan akan lebih banyak di rumah, melakukan aktivitas domestik, sementara laki-laki akan lebih banyak di luar rumah, sibuk dengan dunia publik-nya. Seringkali perempuan yang digambarkan sukses dalam ranah publik akan menuai masalah di dalam rumah (ranah domestiknya). Sehingga beban kerja perempuan menjadi lebih berat, harus sukses di karir sekaligus sukses di dalam mengurus rumah tangganya. Memang ada tayangan yang meruntuhkan stereotipi feminitas perempuan namun demikian tayangan dan teks-teks yang memberi ruang pada perempuan untuk memperlihatkan eksistensi dan kompetensinya sangat sedikit. Tayangan ini menjadi tenggelam di tengah kepungan tayangan yang menjadikan perempuan terpenjara dalam ranah domestiknya. Tayangan-tayangan yang berpihak pada relasi gender ala kapitalis-patriakis ini dipertahankan untuk dua alasan pertama sebagai entitas ekonomi, tayangan itu menjadi komoditas potensial untuk mendapatkan rating, iklan dan image yang baik. Kedua sebagai entitas politik kultural, sebagai sarana edukasi yang strategis mengenai konstruksi relasi gender asimetris yang represif. Pemilihan topik, isu, dan narasumber dan teks-teks yang diproduksi, pembatasan ruang gerak perempuan di ranah publik, juga iklan yang tanpa sensor gender mengindikasikan adanya keberpihakan televisi (RCTI) pada nilai-nilai kapitalis-patriarkis yang melanggengkan stereotipi feminitas dan relasi gender yang patriarkis. Dengan diTuhankannya rating, pengkomodifikasian perempuan akan terus berlanjut, bagi televisi, perempuan adalah aset yang tak habis diekspoitasi baik sebagai pengisi acara maupun sebagai khalayak. Rating dan perolehan iklan menjadi justifikasi akan keuntungan yang menjadi tujuan utama industri televisi. Namun bagi perempuan hal ini berarti akan terus ada tayangan-tayangan yang tidak berpihak pada perempuan, tayangan-tayangan yang sarat akan nilai ketidakadilan gender. Sebagai implikasi dari representasi perempuan di televisi yang terus menerus menampilkan perempuan dalam stereotipi dan labelisasi yang kental nilai-nilai patriarkis, maka perempuan terkonstruksikan menjadi perempuan yang sesuai dengan kriteria laki-laki.

Item Type:Thesis (Masters)
Subjects:H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions:Faculty of Social and Political Sciences > Department of Communication
ID Code:43832
Deposited By:INVALID USER
Deposited On:07 Oct 2014 08:56
Last Modified:07 Oct 2014 08:56

Repository Staff Only: item control page