Haryo Santoso, Ir. KRMT (2014) Model Ekolabel Sebagai Instrumen Pengelolaan Lingkungan Pada Industri Furnitur di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. PhD thesis, Program Doktor Ilmu Lingkungan.
| PDF 201Kb | |
| PDF 644Kb |
Abstract
Abstrak Kerusakan parah hutan tropis, termasuk Indonesia, telah menarik perhatian dunia. Ekolabel dijadikan instrumen global untuk memerangi pembalakan liar, perdagangan kayu ilegal dan konversi hutan. Indonesia perlu melestarikan hutan sebagai penyangga kehidupan. Bagi industri furnitur, ekolabel dirasakan sebagai tekanan perdagangan internasional. Perkembangan ekolabeling di Indonesia lebih lambat dibandingkan negara-negara pesaing produsen furnitur seperti China dan Vietnam. Pada suatu periode yang sama, China mencapai lebih dari 1000 unit industri, Vietnam mencapai 238 unit, Indonesia sebanyak 78 unit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena ekolabeling pada industri mebel di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan mixed method antara pendekatan kuantitatip dengan pendekatan kualitatip. Populasi industri besar di Jawa Tengah dan DIY berjumlah 74 unit. Sampel terdiri dari 53 unit industri dan 32 pembeli internasional. Data kualitatif antara lain dikumpulkan melalui wawancara mendalam.Sampel terpilih yaitu badan ekolabel, industri bersertifikat dan non-sertifikat, Perhutani, Dinperindag, ASMINDO. Pengolahan data digunakan software SmartPLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa, menurut persepsi responden ekolabel sebagai instrumen lingkungan memiliki dampak positif signifikan terhadap lingkungan, hutan lestari, citra perusahaan, pangsa pasar, dan laba. Model hasil sintesis menjelaskan fenomena ekolabeling secara sederhana, komprehensif, dan mudah dimengerti. Kedepan, model berguna ketika pasar benar-benar menuntut ekolabel. Karakteristik pembeli kurang mendukung, hanya 3% yang memprioritaskan pelestarian lingkungan, sebanyak 56% memprioritaskan perlindungan lingkungan tanpa mengorbankan kenyamanan atau kualitas, 41% memprioritaskan kenyamanan. Hanya 21% pembeli yang mensyaratkan CoC. Pembeli mengetahui SVLK, tetapi tidak setuju untuk menggantikan FSC-CoC. Sosialisasi CoC perlu ditingkatkan untuk menyelaraskan pemahaman ekolabel. Kebijakan SVLK seyogyanya disempurnakan agar industri merasakan manfaatnya. Promosi internasional SVLK perlu diefektifkan, agar industri tidak terbebani ‘dobel’ sertifikasi. Kata kunci: ekolabel, industri furnitur, hutan lestari.
Item Type: | Thesis (PhD) |
---|---|
Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GE Environmental Sciences T Technology > TX Home economics |
Divisions: | School of Postgraduate (mixed) > Doctor Program in Environmental Science |
ID Code: | 43073 |
Deposited By: | INVALID USER |
Deposited On: | 12 May 2014 10:19 |
Last Modified: | 12 May 2014 10:19 |
Repository Staff Only: item control page