ANALISIS PENERAPAN SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI BENTUK ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI KELURAHAN WONOSARI KOTA SEMARANG

Abstract

Kebutuhan air bersih di perkotaan semakin meningkat seiring dengan tingkat urbanisasi dan bertambahnya jumlah penduduk. Asian Cities Climate Change Resilience Network melihat bahwa Kota Semarang merupakan salah satu kota di Indonesia yang rentan terhadap perubahan iklim terutama kaitannya dengan penyediaan air bersih. Salah satu upaya untuk membangun ketahanan masyarakat Kota Semarang dalam penyediaan air bersih adalah melalui pilot project penerapan sistem pemanenan air hujan. Sistem pemanenan air hujan dipilih sebagai alternatif sumber air bersih baru karena potensi curah hujan di Kota Semarang yang tinggi, yaitu mencapai 3.090 mm pada tahun 2009 ( BMKG Kota Semarang, 2011 ) . Selain itu, pemanfaatan air hujan bersifat lebih berkelanjutan dibandingkan dengan ekstraksi air tanah. Untuk sistem individu, pembangunan pemanen air hujan dilakukan di Kelurahan Wonosari, sedangkan sistem komunal di Kelurahan Tandang, mengingat karakteristik kedua wilayah yang memiliki gap air bersih tinggi ( PLTR UNDIP, 2011 ) . Kearifan lokal masyarakat setempat diperlukan dalam mengadaptasi sistem pemanenan air hujan ini karena sistem pemanenan air hujan merupakan teknologi yang masih baru bagi masyarakat. Sebagai subyek pembangunan, masyarakat diharapkan juga mampu melakukan replikasi dalam pemanfaatan air hujan sebagai alternatif sumber air bersih baru yang lebih berkelanjutan. Respon masyarakat terhadap pembangunan sistem pemanenan air hujan sangat berpengaruh pada keberlanjutan dari pemanfaatannya.